NovelToon NovelToon
Istri Kecil Om Dokter

Istri Kecil Om Dokter

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Ina dan Izhar memasuki kamar pengantin yang sudah disiapkan secara mendadak oleh Bu Aminah, ibunya Ina.

Keduanya duduk terdiam di tepian ranjang tanpa berbicara satu sama lain, suasana canggung begitu terasa, mereka bingung harus berbuat apa untuk mencairkan suasana.

Izhar keluar dari kamar mandi dan masuk kembali ke kamar setelah berganti pakaian di kamar mandi, sementara itu, Ina kesulitan untuk membuka resleting gaun pengantinnya, yang tampaknya sedikit bermasalah.

Ina berusaha menurunkan resleting yang ada di punggungnya, namun tetap gagal, membuatnya kesal sendiri.

Izhar yang baru masuk ke kamar pun melihat kesulitan istrinya, namun tidak berbuat apapun, ia hanya duduk kembali di tepian ranjang, cuek pada Ina.

Ina berbalik pada Izhar, sedikit malu untuk meminta tolong, tetapi jika tak di bantu, dia takkan bisa membuka gaunnya, sedangkan Ina merasa sangat gerah maka, "Om, bisa tolong bukain reseltingnya gak? Aku gagal terus!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Izhar pulang pada malam hari, setelah lebih dulu membawa mobilnya ke bengkel, karena mengalami beberapa kerusakan di bagian samping, setelah menyerang mobil Zaki tadi siang. Izhar pulang dengan mengendarai taksi, karena mobilnya harus di servis terlebih dahulu selama beberapa hari untuk kembali seperti semula

Izhar masuk ke apartemennya dengan penampilan yang kacau, rambut acak-acakan dan pakaiannya juga basah dengan keringat dan lecek. Aksi tadi siang cukup melelahkan baginya, hingga membuatnya merasa sangat lelah.

Izhar membanting tubuhnya di sofa, mengacak rambutnya kembali hingga lebih kusut dari sebelumnya.

Izhar sangat menyesal karena tak dapat menangkap dua orang pengkhianat itu, seharusnya ia bisa mengejar mereka dan memberikan mereka hukuman atas perbuatannya bejatnya. Tapi sayangnya, ia gagal dan mereka berhasil lolos.

Izhar mengurut-urut keningnya, kepalanya terasa pening, ditambah emosinya yang tadi tak dapat di kontrol.

'ceklek'

Pintu kamar Ina terbuka, Izhar menoleh ke arah kamar istrinya.

Ina keluar dari kamarnya, matanya sembab, bibirnya terkatup rapat, bahkan dia langsung melengos pergi ke kamar mandi.

Saat itulah Izhar sadar, bahwa ia telah mengecewakan Ina, ia mengingkari janjinya untuk menginap di rumah orang tua Ina, karena terlalu bersemangat mengejar Zaki dan Ratih, sampai ia melupakan janjinya itu.

"Astaghfirullah... Kenapa aku sampai lupa dengan janjiku pada Ina?" gumamnya.

Izhar datang ke arah kamar mandi, menunggu Ina keluar dari dalam sana untuk meminta maaf.

Tak lama, Ina keluar dari kamar mandi, saat melihat Izhar, Ina langsung pergi ke kamarnya. Izhar mengikutinya dan menahan tangan Ina agar tak masuk.

"Saya minta maaf, saya lupa." Ucapnya.

Ina terdiam, tangannya masih dalam pegangan Izhar.

"Na, saya minta maaf, saya benar-benar lupa. Saya terlalu sibuk diluar sampai-sampai saya lupa kalau saya sudah janji sama kamu." Izhar kembali meminta maaf.

Ina berbalik menghadap Izhar, melepaskan pegangan tangan Izhar darinya, matanya menatap sayu pada Izhar.

"Nggak usah minta maaf, wajar kok, orang yang gak pernah dicintai itu memang gak ada artinya. Aku terlalu berharap sama Om, gak tau diri kalau aku bukan istri yang di inginkan." Ujar Ina tegas, lalu masuk ke dalam kamarnya dengan membanting pintu dan menguncinya.

"Na, saya gak bermaksud seperti itu, saya benar-benar lupa!" Izhar berusaha menjelaskan dari luar.

Izhar mengendor pintu kamar Ina, "Na, tolong dengarkan saya dulu, saya bisa jelaskan kenapa saya bisa lupa!" Izhar memohon lagi.

Ina tak mau menghiraukan panggilan dari suaminya, Ina terlalu kecewa padanya, yang telah mengingkari janji.

"Na, kalau kamu mau, kita bisa pergi sekarang ke rumah Mama kamu, ini baru jam 7 malam kok!" Izhar mencoba menawarkan.

Ina masih belum mau bicara, masih mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan suaminya.

"Na, ayolah... Kita bisa ke rumah Mama kamu sekarang. Sebagai permintaan maaf saya, besok kita lihat-lihat tempat yang akan kita jadikan butik sesuai kemauan kamu, gimana?" Izhar kali ini membujuk dengan sesuatu yang di inginkan oleh Ina.

Ina agak goyah dengan bujukan suaminya, tapi belum ingin membukakan pintu, ingin Izhar menambahkan sesuatu lagi untuk membujuknya.

"Gimana kalau setelah dari tempat itu, kita pergi ke restoran steak wagyu lagi? Kamu boleh deh, makan steak dua porsi sekaligus, terus kita beli sepatu sama tas baru, gimana?" Izhar kembali menambahkan iming-imingnya pada Ina.

Perlahan Ina tersenyum, ternyata Izhar benar-benar ingin dia memaafkannya.

"Na, please... Mau apa lagi? Saya akan tambahi lagi, asal kamu mau buka pintunya dan memaafkan saya." Izhar masih menunggu.

Ina memutuskan untuk membuka pintu, Izhar menghela nafas lega setelah Ina berdiri di hadapannya. Ina pura-pura masih marah, bibirnya masih cemberut.

"Gimana? Mau gak maafin saya? Saya janji besok adalah harinya kamu." Tanya Izhar, meraih tangan Ina dan menggenggamnya.

"Aku mau maafin Om, tapi satu syarat lagi!" ucap Ina.

"Apa itu?"

"Besok, saat kita makan steak Om harus suapi aku!" pintanya.

Izhar mengerutkan kening, "Cuma itu?" tanya nya.

"Iya, aku mau disuapi sama suamiku, buat bukti kalau Om sayang sama aku!" jawab Ina.

'Mana ada harus membuktikan rasa sayang seperti itu? Dasar bocah, mengada-ada aja!' batin Izhar.

"Iya deh, saya akan suapi kamu besok, puas?!" Izhar mengalah.

"Puas!" jawab Ina, dengan senyum lebarnya.

"Jadi gimana, mau ke rumah Mama kamu atau nggak nih? Keburu malam." tanya Izhar lagi.

"Mau dong, 'kan Om udah janji."

"Ya udah, kamu siap-siap, saya mau mandi dulu."

"Oke!"

Izhar masuk ke kamarnya untuk mengambil handuk, sedangkan Ina masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Dia sangat gembira, akhirnya bisa pulang juga ke rumahnya, walaupun sempat dikira tak akan jadi pergi.

Ina mengenakan dress selututnya, di lapisi sweater hoodie berwarna cokelat, rambutnya di ikat ke atas, dia tampak manis dengan penampilan sederhananya.

Ina keluar dari kamar, menunggu Izhar yang masih mandi. Ina bersiap lebih dulu, karena sadar dari segi bedandan wanita itu lebih lama daripada pria.

Ina menunggu sambil memainkan ponselnya, bermain game online yang sering dimainkannya bersama Kinara ketika jam istirahat di sekolah.

Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka, otomatis Ina menoleh ke arah kamar mandi dan ternyata Izhar baru keluar dengan hanya mengenakan handuk putihnya. Ina terbelalak saat dengan jelas melihat tubuh suaminya setengah telanjang.

'Bodynya si Om ternyata keren juga, dadanya, ototnya, perutnya. Anjir... Spek idaman banget ini mah!' Ina bergumam dalam hatinya sambil melototi tubuh suaminya.

Ina terkagum-kagum melihat betapa sempurna tubuh Izhar, walaupun sebenarnya dia pernah melihatnya saat dia berteleponan dengan Kinara beberapa waktu lalu. Namun saat itu, Ina tidak benar-benar melihat dengan jelas bagaimana bentuk tubuh suaminya.

Izhar yang tak menyadari bahwa tengah dipandangi oleh istrinya, melengos masuk ke kamar, ia tak sadar bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian Ina.

'Si Om Emang idaman banget sih, nggak cuma mukanya aja yang ganteng, tapi bodynya juga perfect, nggak kalah sama cowok-cowok muda zaman sekarang. Kayaknya, gue beruntung deh bisa nikahi Om Izhar, seenggaknya gue bisa punya suami yang good looking dan good rekening juga, hehehe...' Ina membatin sedikit nakal.

Ina kembali sibuk dengan ponselnya, masih sabar menunggu sang suami selesai bersiap.

Selang beberapa menit kemudian, Izhar keluar dari kamarnya, membawa tas ransel berisi baju gantinya dan menghampiri Ina yang sejak tadi sudah menunggunya.

"Yuk!" ajak Izhar.

Ina mengangguk, lalu berdiri dari duduknya dan berjalan bersama Izhar keluar dari apartemen.

Ina berjalan di belakang Izhar, masih saja sibuk dengan game nya. Izhar menghentikan langkah karena Ina tak berjalan sejajar dengannya, ia berbalik dan mengambil tangan Ina untuk menuntunnya.

Ina yang paham, langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Jangan dibiasakan main hp saat sedang jalan, itu bisa berbahaya ketika kamu menabrak sesuatu atau menendang sesuatu." Ujar Izhar, mengingatkan.

"Iya, maaf, habisnya aku lagi asyik main sih, tanggung!"

"Game bisa di mainkan kapan aja, utamakan keselamatan dan kewaspadaan."

"Iya, iya... Om kulkas!"

Izhar mengeratkan pegangan tangannya pada Ina, sebagai hukuman karena menyebutnya dengan sebuat 'Om Kulkas'. Ina yang dapat hukuman, bukannya merasa sakit atau mengeluh, tapi justru senang karena genggaman erat tangan Izhar sangat hangat untuknya.

Mereka telah keluar dari gedung apartemen dan berdiri di tepi jalan menunggu taksi.

"Om, kenapa gak ambil mobilnya tapi malah berdiri disini?" tanya Ina, merasa heran karena Izhar tak membawa mobilnya, malah membawanya menunggu taksi.

"E... Anu... Mobil saya masuk bengkel, tadi ada kecelakaan sedikit." Jawab Izhar, sedikit gugup.

"Kecelakaan?! Om terluka gak?!" tanya Ina, langsung memeriksa tubuh suaminya dengan panik.

"Nggak, saya gak kenapa-kenapa, cuma mobil aja yang agak rusak."

"Kenapa bisa?"

"Itu... Anu... Tadi itu saya gak sengaja nabrak pembatas jalan gara-gara ngantuk, makanya mobilnya agak rusak." Jawab Izhar berbohong.

"Ya ampun, lagian ngapain sih Om tadi keluar lama-lama kayak gitu? Katanya gak akan lama, tapi pulangnya malam. Terus, sekarang Om baru bilang kalo Om itu kecelakaan, sebenarnya apa sih terjadi? Om sembunyiin sesuatu ya dari aku?!" Ina mulai marah, merasa suaminya sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Nggak ada, saya gak sembunyiin apapun dari kamu. Saya tadi memang keluar mau ketemu teman, tapi diluar dugaan ternyata malah lama. Pas pulang, mobil saya nabrak pembatas jalan dan rusak, jadi saya bawa ke bengkel langsung." Izhar berusaha meyakinkan Ina.

"Om, aku emang masih kecil, tapi aku bisa bedain antara Om bohong atau jujur!" Ina menatap tajam suaminya.

"Om, aku gak mau ada kebohongan, aku mau Om jujur sejujurnya sama aku, jangan ada yang di tutupi apapun itu, oke?" Belum Izhar bercerita, Ina mewanti-wanti.

Izhar mengalah dari egonya, Ina berhak tahu atas Tantenya, walaupun Ratih tentunya termasuk masa lalu Izhar yang akan membuat Ina meradang.

"Saya ketemu Ratih," ucap Izhar.

...***Bersambung***...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!