NovelToon NovelToon
3M's True Love

3M's True Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:442
Nilai: 5
Nama Author: Phine Femelia

Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^



Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

"Kamu penasaran? Buka saja" kata Fandi pelan.

Devie membuka kotak itu. Ternyata sepasang anting yang indah.

"Antingnya memang gak seberapa tapi aku sangat ingin memberikan kamu sesuatu"

"Dalam rangka apa?" tanya Devie dengan tersenyum senang.

"Menurut kamu?"

"Aku gak tahu tapi terima kasih. Menurut aku sangat bagus" kata Devie dengan tersenyum senang.

"Aku gak butuh ucapan itu"

Devie merasa ingin tahu dan Fandi memegang kedua tangan Devie.

"...tapi aku butuh janji dari kamu" lanjut Fandi pelan.

Devie menatap Fandi.

"Jangan lagi memutuskan sepihak dan mendadak. Jujur aku sudah putus asa karena kamu selalu menghindar dari aku. Jangankan memberikan kesempatan aku untuk tanya. Aku mendekati kamu saja susah"

"Aku minta maaf" kata Devie pelan.

"Jadi setiap masalah yang ada harus selalu diakhiri dengan kata 'putus'?" tanya Fandi pelan.

Devie jadi semakin merasa bersalah.

"Kita bisa menghadapi bersama dan sudah dewasa yang seharusnya tidak mudah bicara putus" lanjut Fandi pelan.

Devie sedikit menunduk karena merasa bersalah.

"Aku membeli barang itu ketika kita baru pacaran. Aku berharap bisa langsung memberikan tapi aku mencari waktu yang tepat hingga masalah itu datang. Ketika Winda tahu ternyata kita pacaran. Aku menunda sesaat dan akhirnya tiba sekarang...sepertinya memang sekarang waktu yang tepat juga untuk meminta kamu belajar..."

Devie melihat Fandi.

"...belajar terus bersama aku" lanjut Fandi pelan.

Sejenak mereka saling melihat dan akhirnya Devie bicara.

"Ya. Aku akan terus belajar menghadapi masalah bersama kamu" kata Devie pelan.

Fandi melepaskan kedua tangan Devie dan memeluk lalu Devie membalas pelukan Fandi dan Winda berusaha tidak sedih. Winda melihat semuanya dari dalam mobil sehingga sengaja berhenti menyetir dari jarak jauh.

"Gue gak kuat, Mike" pikir Winda pelan dengan memikirkan perkataan Mike.

Winda berhenti melihat mereka dan menatap langit berusaha melupakan rasa sedihnya.

"Aku pulang"

Devie mengangguk lalu Fandi mencium kedua pipi Devie dan Devie mencium kening Fandi. Akhirnya Devie melihat senyuman Fandi. Mereka melepaskan pelukan.

"Hati-hati"

Fandi mengangguk dan Winda meletakkan wajahnya di setiran. Fandi menyetir mobilnya dengan membalas lambaian tangan Devie. Devie berjalan masuk dan seketika mengingat Winda.

"Kenapa Winda belum pulang juga?" pikir Devie.

Devie coba telepon Winda. Winda menjauhkan wajahnya dari setiran karena mendengar handphonenya berbunyi. Winda mengambil handphone dari dalam tasnya dan melihat layar handphone.

"Kak Devie" pikir Winda pelan.

Akhirnya Winda memilih mengabaikan dan menyetir kembali mobilnya sampai di depan rumah. Devie mendengar suara mobil dan segera berjalan menuju pintu lalu membuka dan merasa lega.

"Akhirnya sudah pulang" pikir Devie pelan.

Winda berusaha tidak murung dan keluar dari mobil.

"Kak Devie, kenapa ada di sini?"

"Aku menunggu kamu pulang"

Winda berusaha tersenyum.

"Kenapa?"

"Jam segini kamu belum pulang. Aku jadi kepikiran"

"Papa dan mama di mana?"

"Di dalam kamar. Aku akan memberitahu kalau kamu sudah pulang"

"Gak perlu. Aku yang akan datang sendiri ke kamar papa dan mama"

Devie dengan mengangguk. Mereka sampai di dalam rumah hingga berhenti berjalan.

"Kak, gimana? Kalian benar kembali, bukan?"

Devie melihat terus Winda dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Maksud Kak Devie?"

Seketika Winda merasa Devie memeluknya.

"Terima kasih banyak, Win. Kalau bukan karena ide kamu kami gak akan kembali"

Winda berusaha tersenyum.

"Tadi Fandi juga menunggu kamu mau mengucapkan terima kasih secara langsung"

"Gak perlu sampai begitu, Kak"

Winda melepaskan pelukan. Dirinya berusaha setengah mati untuk menahan rasa sedih.

"Aku melakukan semuanya karena sungguh merasa bersalah. Awal mula kalian berakhir karena aku jadi sudah seharusnya aku membuat kalian kembali" kata Winda pelan.

Winda berusaha tegar di hadapan kakaknya itu dan bersikap seolah sudah melupakan Fandi.

"Gak, Win. Aku minta berakhir bukan karena kamu"

Winda merasa heran.

"...tapi karena tahu fakta kalau ternyata aku bukan anak kandung" lanjut Devie.

"Aku minta maaf, Kak. Tetap saja itu salah aku. Andai aku tidak mengatakan semuanya pasti hubungan kalian baik saja"

"Hubungan kami sudah baik. Semuanya karena kamu. Terima kasih"

Winda berusaha tersenyum.

"Baguslah. Aku lega kalian sudah kembali. Kak, aku lelah jadi mau langsung tidur setelah dari kamar papa dan mama"

"Istirahatlah. Besok kamu juga masih sekolah"

Winda mengangguk dan berjalan pergi.

***

Winda sudah ada di dalam kamarnya melihat chat dari Mike.

Mike : Lo sudah tidur? Tidur nyenyak. Gue tahu lo gak akan bisa langsung tidur tapi ingat. Besok lo masih sekolah

Winda berpikir keras.

Winda : Mike, gue belum kuat melihat ketika tadi mereka berdua

Winda berpikir lagi dan akhirnya ketikan itu segera dihapus oleh Winda.

"Gak. Gue gak bisa terlalu cerita sama Mike. Gimanapun juga gue gak tahu isi hati yang sebenarnya. Nanti kesal melihat gue terlalu mengeluh" pikir Winda.

Winda menghela napas pelan dan melemparkan handphonenya di atas tempat tidur lalu menutup wajah dengan kedua tangannya dan mengingat ketika tadi kakaknya bersama Fandi. Agak lama handphonenya berbunyi dan Winda menjauhkan tangan dari wajahnya lalu merasa heran karena sudah malam ada yang telepon dan Winda mengambil handphone. Winda melihat layar handphone.

"Mike?" pikir Winda dengan merasa heran.

Winda berpikir dan akhirnya menerima telepon.

"Gue ganggu lo ya? Lo sudah tidur?"

"Kalau gue sudah tidur gak bisa menerima telepon. Pertanyaan lo aneh"

"Maksud gue...mungkin sebelumnya lo sudah tidur"

"..."

"Gimana? Tadi bertemu kakak lo?"

"Begitulah"

"Lalu?"

"..."

"Gue cuma mau bicara kalau lo bebas cerita apapun kepada gue"

"Lo kasihan sama gue makanya lo sampai begini?" tanya Winda pelan.

"Apa salah kalau gue peduli?" tanya Mike pelan.

Winda tersenyum heran.

"Bukan seperti lo"

Mike menghela napas pelan.

"Gak lah. Kalau ada teman yang susah gue ikut prihatin" kata Mike pelan.

"Lo gak perlu kasihan sama gue. Gue masih ada teman lain. Tenang saja"

"Jadi lo mau gue jujur?"

"Jujur apa?"

Mike berpikir keras.

"Lupakan"

"Apa, sih? Gak jelas"

"Pokoknya lo kalau ada sesuatu hubungi gue saja. Gue gak keberatan"

"Ya. Gimanapun juga gue terima kasih sama lo" kata Winda pelan.

"Sekarang lo coba memejamkan mata. Besok masih sekolah, bukan?"

"Ya. Lo juga. Sana tidur"

"Lo yakin gue akhiri telepon?"

"Apaan, sih? Lo berlebihan. Gimanapun juga gue gak akan bunuh diri"

Mike tersenyum heran.

"Ya. Gue akhiri. Tidurlah"

"Hmm. Ya"

Mereka mengakhiri telepon.

"Lo bisa, Win" pikir Winda pelan.

"Kak Mike telepon dengan siapa? Bella? Setelah sekian lama gak ada kabar?" tanya Miki yang seketika muncul.

Mike tersentak kaget.

"Astaga. Lo membuat gue kaget"

Miki merasa heran.

"Kenapa Kak Mike sampai kaget begitu?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!