Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Dapat perhatian dari Bos
Setibanya, Arumi menatap gedung bertingkat yang di datangi oleh bosnya yang ternyata itu perusahaan Angga sendiri.Dia telah dikelabui oleh bosnya dengan mengatakan ada meeting di luar perusahaan.
"Kenapa Pak Angga berbohong ?"tanya Arumi dengan wajah datarnya.
" Jika berbohong untuk kebaikan tidak jadi masalah, kan? Lagi pula aku memberikan kamu tumpangan justru di tolak!" kata Angga dengan memberikan pengertian pada Arumi.
"Tidak seharusnya Pak Angga melakukan ini!"ucap Arumi lalu turun dari mobil.Dia paling tidak suka di bohongi.
Tetapi pria itu segera menyusul Arumi."Kamu marah ya?" tanya Angga yang terus mengikuti Arumi dari belakang.
" Tidak! Mana berani aku marah sama Bos aku sendiri.Aku ini hanya sekretaris, Pak Angga," imbuhnya yang terus berjalan.
Saat memasuki perusahaan, wanita itu jadi pusat perhatian karyawan lainnya hingga menghentikan langkahnya.
" Bisa tidak Pak Angga jangan mengikuti ku!Tidak enak di lihat orang, yang nantinya akan jadi fitnah," tegur Arumi yang begitu menjaga marwahnya sebagai wanita yang sudah menikah.
"Aku ini tidak melakukan apapun.Kenapa jadi fitnah?" Angga tidak paham maksud dari perkataan Arumi padahal dia hanya mengikutinya.
Arumi tidak merespon lagi apa yang dikatakan bosnya.Setelah manager Al mendekat, dia memilih pergi lalu masuk ke ruang kerjanya.
+++++
Sementara di rumah mewah, bagaikan istana.Tampak suasana di dalam begitu hening.Cuma ada sepasang suami istri yang lagi duduk di meja makan dengan menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh pelayan.
"Sudah lima tahun kita tidak bertemu dengan Arumi.Apa tidak kangen?" tanya Aleta yang sangat merindukan putrinya.
Akan tetapi, wanita paruh baya itu tidak pernah di izinkan oleh suaminya untuk berkomunikasi atau bertemu dengan putrinya.
" Jangan pernah Mami ungkit anak itu lagi!Dia itu bukan anak kita lagi! Apa Mami lupa kalau anak itu sudah mempermalukan kita?"
Karena kesal dengan istrinya yang lagi membahas Arumi hingga makanan yang tadi ingin di masukkan kedalam mulutnya seketika di letakkan kembali di atas piring.
Tentu saja sebagai ayah dia marah, kecewa dan sakit hati atas apa yang dilakukan Arumi ,anak semata wayangnya.Dengan tingkah putrinya yang tidak bermoral harus menanggung malu dengan berbagai cibiran dari masyarakat yang tidak mengenakkan di hati.Bahkan dia mendapatkan hinaan kalau dirinya tidak becus jadi ayah karena putrinya hamil di luar nikah.
Seakan hinaan itu, bagaikan tamparan keras yang dirasakan oleh Irawan.Dia dikenal sebagai keluarga terpandang dan kaya raya.Tapi reputasinya di rusak oleh Arumi hingga tak mengakui Arumi sebagai putrinya lagi karena kesal.
" Walaupun Papi tidak menganggap Arumi sebagai putri kita.Bagaimana pun dia tetap darah daging kita." Aleta mengharapkan hati suaminya luluh supaya menerima Arumi kembali sebagai putrinya.
Entah kenapa, dia sering bermimpi buruk mengenai putrinya.Itu yang membuat Aleta cemas dan ingin menemui Arumi yang sangat dirindukan olehnya
BRAAk..
Irawan murka sampai memukul meja makan."Cukup ya Mi! Ini terakhir kalinya aku mendengar Mami menyebut nama anak itu lagi," bentak Irawan pada istrinya.
"Tega ya Pi, bentak Mami? Papi jahat!"
Aleta tidak terima dibentak oleh suaminya hingga bangkit dari tempat duduknya lalu pergi dengan meneteskan air mata.Kali ini, suaminya sudah sangat keterlaluan.
" Maaf ya ,Mi.Bukan bermaksud membentak Mami.Tapi aku kelepasan karena kesal sama Mami yang terus menyebut nama Arumi."ucapnya lirih dengan menatap kepergian istrinya yang menaiki anak tangga.
+++++
Hikss.. Hikss.. Hikss..
Aqilah yang terbangun dari tidurnya disertai dengan suara tangisan keras.Dia baru saja bermimpi buruk, melihat bundanya di sakiti oleh ayahnya.
Suara tangisan Aqilah, membuat Sarita keluar dari kamar lalu menemui Aqilah." Kamu ini kenapa, Aqilah...? dikit-dikit nangis,sampai kuping aku sakit mendengarkannya," gerutu Sarita dengan suaranya yang begitu nyaring.
"Bunda..."
"Bunda kamu itu, sudah berangkat kerja.Berhentilah menangis! Cepat bangun lalu mandi!" titah Sarita dengan tatapan tajam.
"Aqilah idak mau mandi," tolak Aqilah dengan wajah cemberut.
"Jangan ngeyel kamu anak kecil! Sini...cepat bangun lalu mandi." Sarita memaksa Aqilah dengan menarik tangan anak kecil itu dengan kasar supaya turun dari tempat tidur.
" Idak mau..." Gigit Aqilah lalu berlari keluar dari kamar.
"Aw... Aqilah... kamu berani ya menggigitku,"pekik Sarita lalu mengejar Aqilah.
Aqilah tertawa sambil berlari hingga tak sengaja menabrak kaki seseorang yang ada di depannya.Kemudian anak kecil itu mundur kebelakang lalu mendongak ke atas menatap orang tersebut.Ternyata itu ayahnya yang kini menatap tajam dirinya.
"lihatlah anak itu sekarang !Dia begitu nakal dan tak mau mandi.Bahkan sudah berani menggigitku," ngadu Sarita yang terlihat kesal.
"Keterlaluan kamu ya Aqilah, masih kecil sudah berani sama orang tua.Apa kamu mau, ayah pukul,hah..? Baru mau mandi!"ancam Gerry untuk menakuti Aqilah agar tidak menjadi anak nakal.
Aqilah hanya diam dengan menggelengkan kepala.Dia tak ingin bernasib seperti bundanya yang sering mendapatkan pukulan, karena sebelumnya dia pernah melihat bundanya di sakiti oleh ayahnya.
" Bagus.Itu baru anak pintar.Sekarang kamu pergi mandi!" titah Gerry dengan menepuk pipi Aqilah.
"I-iya... ayah," Aqilah sampai gelagapan karena takut pada ayahnya.
Kemudian Sarita menarik tangan Aqilah dengan kasar untuk pergi ke kamar mandi.
++++++
Sementara Arumi yang berada di ruang kerjanya sedang mengetik dengan wajah begitu serius di depan laptop.Namun, Angga terus memperhatikan wanita itu di ruangan kerjanya dari sela kaca pembatas dia gunakan transparan di samping ruangan Arumi.
Dengan rasa kagum dengan kecantikan wajah Arumi dan juga kelembutan hatinya.Apa dia menyukai Arumi?Entahlah, Angga juga bingung dengan perasaan dia sendiri terhadap Arumi.Tapi yang jelas, dia tidak boleh jatuh cinta pada wanita yang sudah bersuami.
Ckrek!
Terdengar suara pintu dibuka, Angga tidak menyadari kedatangan Al yang merupakan manajer dan juga sahabatnya dia selama ini.
"Ehemm.. itu istri orang ya! Jangan selalu di tatap!" sindir Al sambil berjalan mendekati Angga.
Di dalam hatinya, ada rasa kecemasan karena takut jika bosnya itu punya perasaan suka terhadap Arumi.Karena selama satu tahun belakangan ini, sikap Angga begitu perhatian pada sekertarisnya
" Apa sih,Al? Tidak mungkin aku suka dengan istri orang," sanggah Angga.
"Serius? Tidak mencintainya?" tanya Al untuk lebih memastikan kembali.
"Tidak percaya amat sih jadi orang."
" Iyah deh aku percaya."
"Percaya apa,Al?" celetuk Arumi yang muncul di belakang Al.
Hal itu, membuat Al dan Angga terkejut saat menyadari kehadiran Arumi. Hingga suasana jadi tegang karena mereka bingung mau mengatakan apa terhadap Arumi.Tidak mungkin juga mengatakan yang sejujurnya tentang apa yang mereka bicarakan.
Tetep berusaha saling percaya dan menyemangati Arumi bersama Angga ...hati" jng mudah luluh dan waspa ma gilang laki" pecundang tempat ttp sampah
kayak gaji umr staff biasa..