🥉JUARA 3 YAAW Season 10🏆2023
EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan cerita ini di tempat lain, tolong laporkan🔥
Takdir membawaku dalam keadaan ini. Lahir sebagai putri tunggal seorang Perwira Tinggi Polri (Pati) sangat tidak mudah. Terlebih sejak lahir seakan hidup sendiri tanpa kasih sayang dari sang Ayah. Walaupun Ayahnya masih hidup dan tinggal satu atap bersamanya.
Suatu hari, Bening Putri Prasetyo sejujurnya tak ingin menghadiri pesta kelulusan sekolahnya. Namun olokan dan sindiran teman-temannya, terutama dari Della Wijaya yakni gadis terpopuler di sekolahnya membuatnya terpaksa hadir. Pesta yang membawa petaka baginya. Kehilangan kesuciannya dan hamil di luar nikah oleh pria yang satu profesi dengan sang Ayah.
Akankah hidup Bening yang keruh akan menjadi bening kembali, sebening namanya?
Simak kisahnya💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 - Amplop Apa Ini ?
Di hari yang sama Bening pergi dari rumah, tak lama Ayah Bening juga tiba di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Setelah ada urusan kedinasan di kota Bandar Lampung untuk mendampingi Presiden.
Dikarenakan urusan di sana selesai lebih cepat maka Ayah Bening juga kembali ke Jakarta lebih awal. Yang seharusnya dijadwalkan baru pulang dua hari lagi.
Sedangkan di rumah Bening, Ningsih kalang kabut bersama Jono. Bahkan ia memanggil para ajudan yang berjaga di depan komplek rumah dinas. Menanyakan apa melihat Bening?
Tentu saja para ajudan itu melihat Bening keluar komplek dengan naik taksi. Bahkan Bening yang memang dikenal baik dan ramah, menyapa mereka seperti biasa. Hanya mengatakan mau pergi ke rumah teman untuk urusan persiapan masuk kuliah.
Para ajudan yang tak curiga sama sekali karena tidak ada pesan khusus dari Ayah Bening maupun art di rumah Bening tersebut maka mereka membuka gerbang komplek seperti biasa. Karena tak ada larangan untuk Bening keluar.
Ningsih menangis tersedu-sedu bingung memikirkan putri majikannya itu pergi entah ke mana. Sebab sepulang dari pasar, ia terkejut melihat Jono yang sibuk membersihkan kolam renang dan tak mengawasi Bening.
Akhirnya Ningsih melihat ke kamar Bening hanya untuk memastikan bahwa firasatnya saat belanja di pasar tadi tak terjadi. Saat pintu kamar Bening dibuka yang memang tak dikunci, tak ada siapapun di dalamnya.
Sunyi, sepi dan keadaan kamar yang bersih serta tertata rapi. Hanya itu yang terlihat. Namun sosok Bening tidak ada. Setelah mengecek ke kamar mandi dalam juga tidak ada.
Ningsih mencoba menghubungi ponsel Bening namun tidak aktif. Akhirnya Ningsih menyuruh Jono menyisir seluruh rumah dan juga komplek guna mencari Bening. Tetapi hasilnya nihil. Bening tetap tak ditemukan batang hidungnya.
Mengecek cctv pun tak ada hasil sebab sudah dimatikan oleh Bening. Ningsih ingin sekali menghubungi Ayah Bening namun ada rasa bimbang dan juga takut.
Akhirnya ia mencoba menghubungi nomor pribadi Irjen Pol. Prasetyo Pambudi. Ternyata nomor ponsel Ayah Bening juga sama sedang tidak aktif.
"Non Bening... pergi ke mana toh, Non? Apa enggak kasihan sama Ningsih. Kalau Bapak marah gimana ini?" batin Ningsih tengah gundah gulana.
Suara deru mobil datang terdengar di depan rumah Bening. Ningsih yang sedang terduduk lemas di ruang tamu, langsung segera membuka pintu saat ia tersadar bahwa itu suara mobil sang majikan.
"Bapak pulang cepat. Bagaimana ini ya Tuhan?" cicit Ningsih seraya tangannya saling bertautan dan gemetaran.
Ceklek...
Derit pintu utama pun terbuka menampilkan sosok Irjen Pol. Prasetyo Pambudi yang masih berseragam dinas lengkap memasuki ruang tamu. Berjalan seperti biasa lalu duduk di sofa guna melepas sepatu.
"Rumah baik-baik saja kan Bik, selama saya pergi?" tanya Ayah Bening datar dengan sorot mata tajam seperti biasa seraya melepas sepatunya.
"Ehm... ehm... anu... anu_" ucapan Bik Ningsih terpotong.
"Ngomong yang jelas! Sejak kapan Bibik gagap?" seru Ayah Bening dengan nada yang sudah naik satu oktaf menyudutkan Bik Ningsih.
"Maaf, Tuan. Rumah sedang tidak baik-baik saja," cicit Ningsih seraya terus menunduk tak berani menatap sang majikan.
Deg...
"Maksudmu?" sengit Ayah Bening.
Mau tak mau Ningsih menceritakan kronologi hilangnya Bening yang ia duga sengaja pergi dari rumah alias kabur. Terbukti dari isi lemari Bening di mana koper yang biasa digunakan untuk bepergian tidak ada.
Sekaligus dokumen pribadi maupun beberapa potong baju milik Bening juga tidak ada di lemari.
"Sudah periksa cctv?" tanya Ayah Bening dengan nafas memburu seraya melangkah cepat menuju lantai dua yakni kamar Bening.
"Sudah, Tuan. Cctv dimatikan oleh Non Bening," ucap Bik Ningsih lirih.
"Huft... anak itu. Maunya apa sih!" pekik Ayah Bening tengah menggerutu.
Ceklek...
Brakk...
Pintu kamar Bening dibuka secara kasar oleh sang Ayah. Dan seperti ucapan Bik Ningsih bahwa tak ada jejak atau petunjuk apapun di kamar Bening.
Dirinya pun terduduk di ranjang milik putrinya. Ia memijat pelipisnya dan berusaha menetralkan nafasnya. Lelah yang tengah menggelayuti fisik serta pikirannya, membuatnya makin pusing dan ruwet seperti benang kusut.
Berharap istirahat di rumah karena berhasil menyelesaikan tugas lebih awal, namun pada kenyataannya justru tak bisa istirahat. Sebab putrinya mendadak hilang tak berjejak.
Dirinya memang tak bisa sepenuhnya sayang pada putri tunggalnya itu seperti layaknya seorang Ayah pada anaknya secara umum. Semua itu akibat didera rasa kehilangan yang mendalam pada sosok Embun, ibu kandung Bening, sehingga tergerus dalam hatinya suatu rasa kebencian pada putri kandungnya sendiri.
Akan tetapi melihat sang putri nekad pergi dari rumah dalam keadaan hamil di luar nikah dan ia sebagai Ayahnya belum mengetahui siapa Bapak dari calon bayi yang dikandung Bening, membuat seorang Irjen Pol. Prasetyo Pambudi mulai merasakan ada sesuatu yang hilang. Akan tetapi ia berusaha menepis rasa itu.
Ayah Bening langsung menghubungi orang kepercayaannya guna melacak kepergian Bening. Sembari menunggu, ia ingin membersihkan diri sebab baru saja letih dari perjalanan.
Ceklek...
Saat pintu kamar pribadinya di buka, kakinya tiba-tiba menginjak sebuah amplop panjang berwarna putih.
"Amplop apa ini? Dari siapa dan untuk siapa?" batin Ayah Bening saat menurunkan pandangan matanya ke bawah, tepatnya pada kakinya yang menginjak sebuah amplop putih panjang dan polos. Tanpa nama penerima atau pengirim.
Akhirnya ia pun berjongkok dan mengambil amplop tersebut lalu duduk di sofa kamarnya. Perlahan tapi pasti akhirnya ia membuka segel pada amplop tersebut.
Di dalamnya ada sepucuk surat yang masih belum ia ketahui isinya dan sebuah kartu ATM berwarna Gold tertera atas nama Bening. Dirinya tentu tahu kartu tersebut adalah milik Bening yang memang setiap bulan, ia yang mengisikan untuk biaya kebutuhan Bening.
Ayah Bening akhirnya memutuskan membuka surat tersebut. Dan mulai membacanya...
Deg...
smoga husnul khotimah...
yaAllah...
ikutan sedih
btw, abis Bening apalagi lg lanjutan nya?
sblm ke Bening udah baca dr.Heni dan Seno
issshhh...
🤣🤣🤣
percakapan dikit banget