Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
00034
•Kampus Swasta Jakarta
Zira terus berlari kencang menyusuri koridor Kampus, ia tidak memperdulikan orang-orang yang menatapnya aneh. Sudah pasti Zira takut kalau sempat dosen itu sudah tidak menunggunya lagi. Maka semua skripsi yang sudah disiapkan oleh Zira tidak akan siap tepat waktu.
“Lo dari mana aja, Ra?” tanya Rania, wanita itu setia menunggu Zira yang tidak kunjung datang.
Zira ngos-ngosan, ia menatap senang Rania yang masih menunggu didepan ruangan dosen. “Lo lama banget tau, untungnya dosen itu lagi baik sekarang..” ucap Rania lagi.
Tangan Rania menarik Zira untuk duduk disebelahnya, ia memberikan minum kepada Zira yang terlihat kelelahan.
“Gue lama karna biasa lah, tu duda tantrum banyak dramanya.” Zira menjelaskan alasannya.
Mata Rania langsung menuju kepada sosok pria yang menunggu di bangku taman seorang diri. “Dia ngikutin, Lo?” tanya Rania dengan raut wajah tidak menyangka.
“Iya, Ran. Dia tetap mau nemani Gue, nggak ada kegiatan ya begitu!” jawab Zira dengan wajah kesal.
“Ihhh posesif banget si.. Gue juga mau,” ujar Rania dengan nada manja yang mana membuat Zira menjadi merinding.
“Apaan si nggak jelas!” Ntah mengapa Zira tidak suka kalau sempat Rania dekat-dekat dengan Aldan juga.
“Yaelah tenang aja kali, Gue nggak akan mau sama milik Lo itu..” Apa yang Rania katakan membuat Zira tersenyum tipis. Sebenarnya Zira tahu seperti apa Rania, tidak pernah sekali pun mereka bertengkar hanya karna seorang laki-laki.
Karna Zira dan Rania selalu berprinsip untuk tidak dekat dengan pria yang pernah dekat dengan teman. Itu termasuk dari kategori etika dalam pertemanan, hal itu yang membuat hubungan Zira dan Rania tetap bertahan sampai selama ini.
Disaat Rania dan Zira asik bicara tiba-tiba saja pintu ruangan terbuka, terlihat Rey keluar dari sana. Rey melirik kearah Zira yang mencoba tersenyum, tapi cepat sekali Rey membuang muka.
“Giliran Lo tu, Ra..” hanya itu yang Rey katakan, pria itu berlalu pergi meninggalkan Zira dan Rania yang saling tatap satu sama lain.
“Ada apa dengan Rey, Ra?” tanya Rania kepada Zira yang sebenarnya tidak tahu mengapa juga Rey secuek itu.
~
Pada akhirnya satu masalah tentang skirpsi yang dimiliki Zira hampir selesai juga. Ia keluar dari ruangan itu sudah tidak melihat Rania lagi, karna sebelum itu temannya itu sudah pamit untuk pulang lebih dulu.
“Duda tantrum itu dimana?” Mata Zira mengelilingi area taman yang ada dihadapannya, tapi tidak ada bayangan Aldan sedikitpun.
Panggilan alam membuat Zira langsung ingin pergi menuju toilet, ia menuju kearah sana sambil memikirkan sebenarnya Aldan pergi kemana.
“Kalau sudah pulang kenapa tidak mengabari? Buat orang bingung aja,” Zira kesal dengan Aldan yang sesukanya itu.
Zira masuk kedalam toilet, membuang air kecil sambil memikirkan sebenarnya Aldan kemana. Disaat Zira sudah selesai, ia cepat-cepat untuk keluar mencari Aldan yang ntah pergi kemana.
Disaat Zira melangkah keluar, tiba-tiba saja tangannya ditarik seseorang. Tentu saja Zira terkejut, ia ingin menjerit tapi disaat melihat siapa orang itu membuat Zira mengurungkan niatnya.
“Rey?”
Pria yang bernama Rey itu tidak memperdulikan apapun kecuali segera membawa Zira menuju tempat yang ia inginkan. Rey mengajak Zira menuju halaman belakang Kampus, memang tidak ramai tapi masih ada orang-orang yang bersantai duduk di bawah pohon.
“Ada apa, Rey?” tanya Zira, ia berusaha melepaskan tangan Rey yang memegang pergelangan tangannya sangat erat.
Tapi, Rey malah semakin kuat menggenggam pergelangan tangan Zira. “Lepaskan pria itu, Zira. Hidup saja bersamaku, ya?”
Apa yang dikatakan Rey membuat Zira berhenti memberontak. “Bagaimana aku bisa melepaskan dia.. Dia itu suamiku, Rey!” tolak Zira, ia mencoba membuat Rey mengerti akan apa yang sebenarnya.
“Aku tahu kau hanya terpaksa, Zira. Karna aku sudah menghubungi Bibi Ranum, dia saja tidak tahu kalau kau sudah menikah dengan pria itu.” jelas Rey.
Zira tersentak mendengar apa yang Rey katakan, mengapa ia lupa hal sepenting itu. “Kau tahu, Rey.. Semua ini tidak menjadi urusanmu, berhenti ikut campur!” Zira melepas paksa tangannya dengan kekuatan penuh.
Tapi tetap saja Zira akan kalah dengan kekuatan dari Rey, tetap saja pria itu memegang pergelangan tangannya.
“Aku mencintaimu, Ra.. Hal itu yang membuatku harus ikut campur!” Pertegas Rey hingga saling tatap dengan tajam dengan Zira.
“Dengar.. Aku akan melepaskan dirimu dari_”
“Zira!” Suara panggilan itu membuat Zira tersentak kaget, ia sangat mengenal suara itu.
“Aldan?” Tiba-tiba saja Rey menarik tangan Zira hingga menuju belakang tubuh Rey.
Dan hal itu diperhatikan dengan baik oleh mata Aldan yang sangat tajam, ia melihat dengan tatapan tajam. Apa lagi tangan Rey yang memegang erat tangan Zira, seakan-akan sedari lama dalam posisi seperti itu.
“Aku lihat kau ingin berbicara dengan pria itu, selesaikanlah. Aku menunggu di mobil,” ucap Aldan yang mana sebenarnya terdengar seakan ancaman bagi Zira.
Rasanya lebih baik Aldan marah-marah saja dari pada bersikap pasrah seperti itu. Karna Aldan yang menerima apa saja bentuk yang Zira katakan, itulah yang seram sebenarnya. “Lepaskan, Rey!” Zira marah, ia melihat Aldan yang sudah pergi.
“Aku sudah katakan lepaskan!” Zira semakin memberontak, ia menatap tajam Rey yang malah menatapnya penuh cinta.
“Kau tidak bisa meninggalkan pria itu untukku, Zira?” tanya Rey dengan ekspresi wajah lemah, perlahan ia melepaskan tangan Zira. “Apa kau sudah sangat puas dengan pria itu? Katakan apa yang kurang dariku, aku akan memperbaiki semua itu untukmu!” ujar Rey dengan sangat serius.
“Tidak ada yang kurang darimu, Rey..”
“Lalu kenapa kau terus menolakku? Katakan saja, Zira. Kau benar-benar tidak adil padaku!” Rey tetap bersikukuh ingin mendapatkan jawaban dari semua pertanyaan yang terus berkeliling di benaknya.
“Karna menurutku kita hanya bisa sebagai teman saja tidak lebih, kau baik.. Hanya saja aku tidak bisa menganggapmu lebih dari sekedar teman saja, Rey.” Jelas Zira.
“Kau yang tidak mau mencoba menerimaku, Zira. Kau tahu, banyak orang menikah dari pertemanan. Alasanmu tidak masuk akal sama sekali!” Bantah Rey yang mana membuat Zira terdiam harus mengatakan apa kecuali hanya diam merenungkan semuanya.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila