Seperti artinya, Nur adalah cahaya. Dia adalah pelita untuk keluarganya. Pelita untuk suami dan anaknya.
Seharusnya ...
Namun, Nur di anggap terlalu menyilaukan hingga membuat mereka buta dan tak melihat kebaikannya.
Nur tetaplah Nur, di mana pun dia berada dia akan selalu bersinar, meski di buang oleh orang-orang yang telah di sinarinya.
Ikuti kisah Nur, wanita paruh baya yang di sia-siakan oleh suami dan anak-anaknya.
Di selingkuhi suami dan sahabatnya sudahlah berat, di tambah anak-anaknya yang justru membela mereka, membuat cahaya Nur hampir meredup.
Tapi kemudian dia sadar, akan arti namanya dan perlahan mulai bangkit dan mengembalikan sinarnya.
Apa yang akan Nur lakukan hingga membuat orang-orang yang dulu menyia-nyiakannya akhirnya menyesal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Bukan hanya Nur yang terkejut, tetapi lelaki yang hendak melecehkannya pun sama terkejutnya.
Namun Nur merasa sedikit lega, setidaknya dia tak jadi mengalami tindak asusila yang hendak dilakukan oleh lelaki itu.
"PAPIH!" pekik Bu Yanti murka.
Yanti memang berencana pergi tadi. Namun saat di jalan dia bertemu dengan rekan kerja suaminya.
Saat berbasa-basi sambil menghina rekan suaminya itu, yang dia dapatkan justru kenyataan bahwa sang suami membohonginya.
Suaminya itu tidak lembur. Entah pergi kemana. Karena perasaannya memburuk, Yanti memutuskan untuk pulang. Dirinya perlu pelampiasan untuk mengeluarkan amarahnya dan Nur yang akan menjadi samsaknya.
Begitulah sifat buruk Yanti. Dia akan melampiaskan amarahnya pada para pembantunya. Makanya para pekerja di rumahnya tak ada yang betah bekerja disana.
Selain dimarahi tanpa sebab, Yanti juga suka memotong gaji mereka seenaknya. Ditambah perilaku suaminya yang cabul.
"Ma-mih," jawab Pak Rw gugup.
Nur bergegas menutupi bahunya yang terekspose. Tangisnya pecah, hingga dirinya sampai jatuh terduduk didekat jendela.
"Mih, ini ngga seperti yang mamih pikirkan, dia yang merayu papih, mih!" adu Pak Rw memutar balikkan fakta.
Yanti segera mendekati sang suami dan menamparnya.
"Lagi, kamu melakukan hal ini! Untung aku pulang karena perasaanku enggak enak! Apa belum cukup kasus kemarin menguras uang tabungan kita hah! Sekarang lihat, aku benar-benar muak denganmu, sepertinya lebih baik kau dikebiri aja!"
Wajah Pak Rw mendadak pias, dikebiri berarti dirinya tak bisa lagi berpetualang menikmati indanya dunia.
"Enggak Mih, jangan begitu, papih bersumpah itu gara-gara pembantu itu yang merayu papih!"
Nur benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa lelaki itu justru menyalahkannya. Hendak menyangkal, tapi Nur masih terlalu kalut.
"Diam!" pekik bu Yanti murka.
Wanita bertubuh gempal itu lantas mendekati Nur dan menarik baju wanita itu hingga bangun.
"Kurang ajar! Kamu memang janda gatel!" lalu tanpa perasaan Yanti penampar Nur hingga wanita itu jatuh tersungkur dengan bibir pecah.
Bukan hanya sekali, sepertinya Bu Yanti benar-benar meluapkan amarahnya pada wanita lemah itu tanpa perasaan.
Nur meraung memohon ampun, tapi tak di perdulikan oleh Yanti, sedang Pak Rw hanya tersenyum lega sambil memperhatikan kelakuan sang istri yang seperti tak memiliki nurani.
Setelah puas, Yanti mencengkeram kerah baju Nur.
"Kamu hanya sampah! Jangan macam-macam sama kami, apalagi buka mulut, kalau enggak, aku pastikan kamu dan adikmu akan menerima akibatnya!" ancam Yanti lalu menarik tubuh Nur untuk mengikutinya.
Yanti menyeret Nur hingga ke rumah adiknya. Para tetangga yang melihat itu merasa ngeri, terlebih lagi penampilan Nur benar-benar berantakan.
Para tetangga berbisik-bisik menanyakan ada apa dengan keduanya, hingga membuat Bu Rw mereka terlihat murka.
Setelah sampai di rumah Bety dan Sulton, Yanti langsung melempar Nur tanpa perasaan.
Bety yang mendengar suara ramai-ramai di depan rumahnya segera keluar untuk melihat.
"Astaga kenapa ini bu Rw?" tanya Bety panik sambil melihat kearah Nur yang terlihat kacau.
"Heh Bety, kurang ajar kamu ya. Kamu bilang kalau kakakmu ini ngga bakal menggatal sama suamiku. Lihatlah dia, dia bahkan mencoba merayu suamiku, dasar pe*la***r" pekik Bu Rw murka.
Bety terkejut bukan main dengan penjelasan Bu Yanti itu. Dia bahkan sampai menganga tak percaya.
Dirinya merasa gugup, terlebih lagi sang suami juga belum pulang kerja.
Nur yang di fitnah seperti itu tentu menggeleng. "Ngga Ty, sungguh bukan seperti itu, justru mbak—"
"Alah, ngga mau ngaku lagi! Awas ya, aku akan pastikan kamu di arak keliling komplek biar tahu rasa. Berani-beraninya kamu menggoda suami orang!"
Bety semakin tak karuan, jika sampai terjadi, maka nama baiknya dan sang suami akan tercoreng.
"Dan ingat ya Mbak Bety, pulang_in uang saya dua kali lipat, oh enggak bisa bahkan saya akan tuntut kamu tiga kali lipat, karena saya merasa di tipu!"
Para warga sudah berkumpul disana. Bahkan bisikan itu semakin kencang terdengar.
"Dengar bapak-bapak dan ibu-ibu, hati-hati dengan wanita ini, wajahnya emang terlihat lugu tapi dia pemain handal. Apa kalian mau menerima wanita seperti ini di kompleks kita?" ucap Yanti berorasi.
Jawaban para warga sontak berseru menolak keberadaan Nur. Mereka bahkan meneriakan kata usiran untuk Nur.
Bety takut warga akan bersikap anarkis dan main hakim sendiri pada mereka.
"Benar bapak-bapak dan ibu-ibu. Wanita ini berani-beraninya merayu saya yang seorang pengayom warga. Benar-benar tak tahu malu," sambung Pak Rw semakin membuat riuh para kerumunan warga.
"Arak aja. Bikin sial komplek kita, habis itu usir dari sini," ucap salah satu warga.
Nur menangis semakin histeris. Dirinya yang korban, tapi dirinya yang dianggap seperti tersangka.
Saat salah seorang ibu-ibu merangsek maju menarik Nur untuk berdiri, tiba-tiba ada suara teriakan yang menghentikan tindakan anarkis mereka.
"Hentikan, kalau kalian tak mau berurusan dengan pihak kepolisian!" pekik suara seorang lelaki dan wanita yang mengikutinya dengan tergopoh-gopoh.
Semua warga terdiam lalu menatap sepasang suami istri itu dengan geram.
"Ada apa ini Pak Angga? Kalau Anda tak tahu apa-apa jangan ikut campur!" pekik Bu Yanti kesal.
Lelaki bernama Angga itu menatap Bu Rw dengan tajam.
"Tak tahu apa-apa? Saya justru lebih dari tahu apa yang telah ibu dan pak Rw lakukan! Sekarang kalian mau memprovokasi warga untuk menghakimi wanita tak bersalah itu?" balasnya memekik.
"Heh, sialan, berani-beraninya kamu membentak istri saya!" Pak Rw hendak merangsek maju dan menghajar Angga.
Namun langsung dicegah oleh salah satu warga.
"Kalian ini bodoh atau gimana? Mau saja di provokasi oleh kedua orang biadab ini!" pekik Angga emosi.
Wanita yang merupakan istrinya itu lantas mengusap lengan Angga agar bisa sedikit tenang.
Angga lantas mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sesuatu disana.
"Coba kalian lihat ponsel kalian, setelah itu, pikirkan apa yang kalian lakukan ini benar atau tidak!"
Beberapa warga yang membawa ponsel lantas melihat ponsel mereka dan betapa terkejutnya mereka dengan rekaman yang baru saja dibagikan oleh Angga.
Mereka semua kini berbalik menatap Pak Rw dan istrinya dengan tajam.
"Ada apa? Kenapa kalian menatap kami seperti itu hah!" bentak Yanti tak terima.
"Dasar biadab, kami menyesal membela kalian. Benar-benar binatang. Harus kita apakan keduanya bapak dan ibu?" seru salah satu warga.
"Tenang, jangan berlaku anarkis, saya sudah telepon polisi, amankan saja kedua manusia berhati binatang ini agar tak kabur!"
"Bang* sat, sialan! Apa-apaan ini, kenapa kalian berani melawan kami hah, akan kami pastikan kalian menerima balasannya nanti!" pekik Yanti tak terima.
Keduanya berusaha memberontak, tapi sayang tenaga mereka kalah karena para warga berkerja sama mengamankan mereka.
Pak Rw dan istrinya bahkan tak tahu apa yang di bagikan oleh Angga di group wa mereka.
"Selama ini kami sudah sangat sabar dengan tingkah kalian yang semena-mena. Sekarang kalian harus merasakan balasannya!"
"Dasar lelaki tak tahu diri, udah tua, kebanyakan tingkah, sepertinya ucapan para mantan pekerja di rumah mereka itu memang benar, kalau Pak Rw ini memang mata keranjang dan suka melakukan pelecehan pada mereka!"
"Heh, hentikan. Itu semua fitnah, saya akan jebloskan kalian kepenjara karena melakukan penganiayaan terhadap kami!"
"Lakukanlah, kamilah yang akan menjadi saksi atas apa yang kalian lakukan pada wanita itu!"
Bety yang melihat video yang dibagikan oleh Angga bahkan sampai terduduk lemas. Dirinya tak menyangka jika kakak iparnya baru saja mengalami tidakan pelecehan.
Warga semakin bertambah banyak dan semakin murka, saat keadaan semakin tidak kondusif, untungnya para petugas datang dan mengendalikan keadaan.
"Ada apa ini? Kami mencari bapak Angga Wijaya?" tanya salah satu petugas.
"Saya pak, saya yang tadi melaporkan tindakan kekerasan dan pelecehan, itu para pelakunya," tunjuk Angga pada ketua Rwnya.
"Baik, terima kasih atas laporannya pak Angga. Dimana korban?"
Istri Angga lantas mendekati Nur yang masih menangis sesenggukan.
"Ini Pak," jawab istri angga.
Seorang petugas wanita lantas mendekati Nur dan memapah wanita malang itu.
"Kita ke rumah sakit dulu untuk pemeriksaan ya bu, setelah itu kita akan lanjutkan laporannya."
Nur memeluk erat tubuh polisi wanita itu. Dirinya benar-benar merasa ketakutan. Dilecehkan, lalu dianiaya, bahkan hendak dihakimi, wanita mana yang tak syok menghadapi kejadian itu.
.
.
.
Lanjut