NovelToon NovelToon
Pengantin Untuk Calon RI 1

Pengantin Untuk Calon RI 1

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sirchy_10

Seorang Duta Besar Republik Indonesia yang bertugas di Belanda, diperintahkan pulang oleh pimpinan Partai, untuk dicalonkan sebagai Presiden pada Pemilu 2023. Dialah Milano Arghani Baskara. Pria mapan berusia 35 tahun yang masih berstatus single. Guna mendongkrak elektabilitasnya dalam kampanye, Milano Arghani Baskara, atau yang lebih dikenal dengan nama Arghani Baskara, diminta untuk segera menikah. Tidak sedang menjalin hubungan dengan wanita manapun, Argha terpaksa menerima Perjodohan yang diatur oleh orang tuanya. Dialah Nathya Putri Adiwilaga. Wanita muda berumur 23 tahun. Begitu Energik, Mandiri dan juga Pekerja keras. Nathya yang saat ini Bekerja di sebuah Hotel, memiliki mimpi besar. Yaitu melanjutkan pendidikan S2 nya di Belanda.

Akankah cinta beda usia dan latar belakang ini bersemi?
Mampukah Nathya menaikkan elektabilitas suaminya dalam berkampanye??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sirchy_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

Sejak kejadian di pasar tradisional manggis, sosok Argha mendadak berubah. Pria dominan itu berubah menjadi tebu gemuk air. Sikapnya begitu manis dan penuh Atensi terhadap Nathya.

Contohnya saja, ia memberi Nathya minyak terapi beraroma kan eucalyptus bercampur Lavender, saat si jelita muda hampir memuntahkan kudapan yang ia nikmati di Hotel, karena hidungnya masih menangkap aroma amis didalam mobil mewah yang mereka tumpangi.

Sebetulnya Argha sudah mandi, bersih, wangi bahkan menyemprotkan satu botol parfum Jo Malone dengan campuran dupa- dupaan dan sedikit aroma Vanila ke dalam mobil. Parfum yang biasanya menjadi kesukaan Nathya karena begitu cocok dengan kesan yang Argha tampilkan. Dewasa dan berkarisma.

Hanya saja saat itu, mereka langsung masuk ke dalam mobil tidak lama setelah kejadian yang menyakitkan di pasar, tampa memberi kesempatan pada angin untuk menerbangkan aroma amis tersebut. Tentu saja jejak aroma itu masih tertinggal padat di ruangan sempit yang ber- AC.

Saat ini Nathya dan Argha sudah berada di Villa pribadi ekslusif milik Argha. Meski katanya ekslusif, Villa tersebut hanya memiliki satu kamar. Karena memang tidak untuk dikomersilkan. Meski begitu, Nathya sudah tidak protes lagi mengapa hanya ada 1 kamar, karena ia mulai terbiasa 1 ruangan dan 1 ranjang dengan sang suami. Lagipula Argha sudah membuktikan dirinya tidak macam- macam pada pengantin kecilnya. Membuat Nathya sudah overdosis memberi rasa percaya.

Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi, sembari menikmati segelas susu coklat hangat. Mata si Jelita muda itu, terus menatap penuh ketelitian pada penampilan suaminya. Pria tampan dominan tersebut tetap saja berpenampilan formal dengan kemeja putih serta celana bahan bernuansa gelap. Jangan lupakan aksesoris ekslusif seperti jam tangan seharga mobil Bugati dan juga cincin kawin berharga miliaran..

Nathya tidak tahu apa yang akan Argha lakukan dengan pakaian tidak santainya itu. Padahal seingat Nathya, ia sudah menyiapkan satu kaos polo dan celana pendek untuk di pakai suami tampannya itu, karena Argha sendiri mengatakan mereka akan rehat sejenak dari perpolitikan. Libur tenang ceunah. Lalu berencana akan berbelanja ke pasar untuk mengisi kulkas kosong di Villa yang mereka tempati.

Dimasa libur tenang ini, bapak Argha gak mau di jntilin sama dayang- dayangnya, Boni atau siapapun. Jadi melakukan segala hal bersama jelita mudanya.

Nathya pun juga sudah mulai perhatian sejak semalam. Namun perhatian itu berakhir sia- sia karena Argha tidak mengapresiasi.

"Pak, pakaian bapak sudah saya siapkan di sofa kamar, loh," ucap Nathya yang mulai berani menunjukkan bahwa ia tidak setuju akan penampilan Argha saat ini.

"Iya ya? Maaf, Thy. Saya gak lihat. Gak apa- apa lah pake yang ini aja."

Nathya menarik napasnya setengah kesal tampa diketahui Argha. Jelas- jelas sebelum dirinya turun ke lantai satu untuk menikmati segelas susu hangat, Nathya sudah meletakkan pakaian yang ia pilihkan diatas sofa. Nathya pikir, Argha akan paham akan perhatian kecilnya itu, namun ternyata tidak. Bapak- bapak itu tidak paham. Padahal, Nathya hanya ingin suaminya terlihat lebih muda dengan pakaian casual sehingga cocok jalan berdua dengannya. Namun sudahlah, senyaman bapak Argha saja.

"Pak, ini betulan kita mau ke pasar?" tanya Nathya sekali lagi mencari Validasi.

Yang lebih tua hanya mengangguk seraya meraih kunci mobil yang akan mereka gunakan.

"Pak," panggil Nathya seolah malas pergi jika Argha tidak mengganti pakaiannya.

"Kenapa Thy?"

"Pak Argha memang begini ya?" Sambung Nathya sarat sindiran.

Nathya terlihat muda, belia, penuh semangat dan casual dengan kaos putih celana jeans dan sneaker. Sementara Argha tetap tua, kuno, membosankan dan tidak up to date dengan setelan bapak- bapak. "Bapak itu old sekalu. Saya malu jalan sama bapak. Nanti saya di kira ani- ani yang dipelihara gadun!"

Ucapan itu hanya mampu Nathya ucapkan dalam hati. Karena ia tidak berani juga menyinggung selera Argha dalam berpakaian. Namu si daun tua tetap tidak paham tidak mengeri tidan peka akan maksud ucapan Nathya.

"Udah kan? Ayok jalan," jawab Argha tampa menjawab pertanyaan Nathya. Membuat Nathya menggerutu dalam hati. sebel

...---------------------...

Nathya memang terlalu muda dan lugu, sehinhha tidak berusaha menanyakan ke pasar mana mereka akan bertandang. Atau minimal apa saja yang akan mereka beli. Ia yang suci dan buta arah ini, dibawa kesebuah Pantai dengan plang "La Brisa" oleh Argha. Nathya tentu saja tahu tempat apa itu. Restoran yang menghadap ke Pantai.

Namun bukan ke La Brisa tujuan mereka. Melainkan ke sebuah pasar yang hanya buka satu kali seminggu. Sunday Market.

Menikah dengan Argha, tentu memberi pengalaman baru buat Nathya. Seumur hidupnya, atau lebih tepatnya semenjak lahir, tumbuh dan mengembang di pulau seribu pura ini, ia belum pernah menginjakkan kaki ke Sunday Market.

Sunday Marker bukanlah seperti pasar Jimbaran yang sering Nathya kunjungi bersama Bunda Seruni Ratu Orion, yang becek dan baunya minta ampun. Sunday Market, merupakan tempat yang ekslusif. Harga barang- barang disini tidak bisa ditawar. Dan peminatnya kebanyakkan bule- bule. Hanya segelintir warga lokal yang mendatangi tempat tersebut, termasuk mereka berdua.

"Thya, kamu mau jus semangka?" tawar Argha.

"Boleh, mas."

Argha pun membeli 2 jus semangka yang harganya tidak masuk akal untuk budak- budak karporat ataupun yang bergaji UMR ataupun bagi anak Kost seperti Nathya dulu Kala. Seratus tiga puluh ribu untuk satu botolnya. Namun bagi Argha, itu sangatlah murah. Sehingga tampa beban menggeluarkan hampir tiga ratus ribu untuk sekali minum. 😮

"Makasih Mas," ucap Nathya kala Argha memberinya sebotol jus semangka ekslusif dan berlalu lebih dulu meninggalkan yang tua dengan alat pembayaran.

Hampir 20 menit Nathya berjalan tampa tujuan. Jujur, ia tidak tahu harus membeli apa. Berbelanja memang bukan kali pertama ia lakukan. Tapi biasanya, ia hanya membantu bunda untuk membawa belanjaan. Untuk memilih dan memilah bahan apa saja yang ingin dibeli, tentu belum pernah ia lakukan. Kecuali Bunda nya meminta tolong lalu membuatkan list plus membuatkan harganya.

"Sial, beli apa ya?" kelu Natyya dengan nada pelan.

Argha sedari tadi tidak membantu. Ia sibuk saja bicara dengan kenalannya yang secara tidak sengaja bertemu disana. Wanita bule, cantik, putih, tinggi, pirang. Kalau mendengar bahasanya, wanita itu merupakan warga warga Belanda. Entahlah, Nathya pun tidak mau tahu. Rasa jengkelnya semakin bertambah, kala diacuhkan, diabaikan dan diberi kuasa penuh untuk berbelanja.

"Kamu boleh beli apa saja, Thy. Saya akan makan apapun yang kamu masak" ucap bapak- bapak itu sebelum atensinya beralih sepenuhnya pada wanita yang katanya kenalan.

Padahal Nathya sudah memberitahu Argha, jika ia tidak bisa memasak. Namun daun tua itu, tetap memasrahkannya apapun pada Nathya. "Ngak apa- apa Thy. Kamu masak sebisa kamu saja."

Jika Nathya tahu motivasi Argha membawanya ke pasar adalah untuk memberi tujuan pelayanan domestik, Nathya pasti akan berpura- pura memiliki jadwal belajar lalu mengacuhkan permintaan Argha. Namun sayangnya, ia berjingkrak kegirangan saat diberitahu Aegha akan pergi ke pasar tampa ditemani ajudan. Kenapa penyesalan selalu datang belakangan?

Argha mulai peka dimenit ke 40 bahwa keadaan Nathya sudah seperti anak ayam kehilangan induk. Ia pun berencana menghampiri istrinya setelah selesai dengan Kenalannya yang bernama Rachel. Btw Rachel ini merupakan salah satu founder Sunday Market.

"Rachel, Thanks ya sudah berbagi pengalaman."

"Sama- sama Argha. Anyway, ketemu lagi ya kapan- kapan," balas Rachel yang ternyata sudah menikah dengan Warga Asli Bali. Pantas saja, wanita itu sudah tidak terlihat di Belanda 1 tahun terakhir sebelum kepulangan Argha ke Indonesia.

"Pasti. Jika ada waktu dan kesempatan tentunya."

"Btw, pasangan kamu cantik. Eksotis"

Argha tersenyum mendengar pujian Rachel. Istrinya memanglah cantik. Ik heb geluk (Saya beruntung)" jawab Argha sebelum ia berlalu menghampiri istrinya.

"Thy gimana? Udah dapat apa yang mau dibeli?"

Nathya menggeleng seraya menggembungkan pipinya. "Bingung," jawab Nathya setelah itu.

Akhirnya, Argha lah yang memilih, buah- buahan, sayur- sayuran, Daging dan beberapa kondimen pelengkap. Laki- laki dominan itu tidak canggung, seperti sudah biasa melakukan hal ini. Nilai plus terhadap Argha, kembali bertambah. Nathya semakin penasaran dengan sosok suaminya ini. Hal apa lagi yang bisa ia lakukan selain tidak bisa memasang dasi.🤣

...*****...

Saat ini Nathya sibuk dengan gawainya, membuka aplikasi Cookpad. Begitu berasapnya kepala si jelita muda itu karena berusaha keras memenuhi permintaan sang suami dalam mencari resep menu sehat, yang harus ia buat dengan segala kesenjangan pengetahuannya akan ilmu dapur.

Eh si daun tua malah asik sendiri, anteng duduk di sofa seraya memainkan iPadnya. Minimal kalau tidak bisa bantu dalam memasak, bantu kasih semangat lah. Atau minimal kasih ide dan saran, menu apa yang harus di masak dengan bahan- bahan yang ada. Sungguh Nathya sangat kesal pada suami kontraknya ini.

Kekesalan Nathya semata- mata bukan hanya karena memasak. Melainkan karena, sosok yang jadi pembahasan Argha dan kenalannya tadi, saat di Sunday Market. Meski belum fasih berbahasa Belanda, sedikit banyaknya Nathya bisa memahami, jika Argha dan kenalannya itu sedang membahas wanita yang bernama Selena. Yang digadang- gadang patah hati, karena Argha telah mengakhiri masa lajangnya. Siapa pula Selena itu?

"Pak, saya nyerah?" ucap Nathya dari arah dapur. Ia sungguh tidak tahu harus bagaimana mengolah Daging Wagyu ini. Tidak mungkin di bikin dendeng balado atau semur daging kan? Lagipula, salah Argha sendiri kenapa tidak mau di masakan omelette. Padahal tadi katanya, "sebisa kamu aja" Tapi ditawari omelette tidak mau, katanya tidak cocok untuk makan malam.

Sebetulnya Argha sudah mau membantu sedari tadi, namun melihat bagaimana sibuknya Nathya berkutat dengan ponsel sera mengeluarkan ekpresi lucu tampa sadar, seakan - akan tengah dihadapkan dengan konflik perperangan di Yaman, membuat Argha menikmati epik ekpresi tersebut. Namun sudah cukup, sekarang mari kita bikin Nathya terpesona kembali akan sosok Argha ini.

"Kami mau makan apa?" Tanya Argha balik, lalu mengnampiri Nathya ke meja dapur.

"Emang bapak bisa masak?" balik Nathya bertanya.

Argha malah tersenyum mendengar pertanyaan Nathya. Tidak mau menyombongkan diri, Argha pun langsung mengambil daging Wagyu tersebut lalu men- tab- tab dengan tisu. Setelah itu memarinasi daging tersebut dengan bahan yang sudah ada. Yang terakhir, Argha memberi garam ala- ala Chef Salt Bae. Membuat Nathya menahan tawanya. Sok- sokan sekali gaya bapak ini? Batinnya.

"Kamu mau salad Alpukat?" tawar Argha setelah meletakkan dagung tersebut diatas pan.

"Mau," jawab Nathya bersemangat.

Sekarang, giliran Nathya yang bersantai. Ia tidak melakukan apa- apa dan menyerahkan semuanya pada Argha. Ia cukup penasaran bagaimana Argha mengolah bahan yang ada. Ia pun berdiri di samping Argha seperti sedang mengawasi.

"Mau coba?" tawar Argha lagi.

Nathya mengangguk tanpa bersuara, saat Argha memasukan potongan alpukat ke mulutnya. Suasa memasak bersama— meski kenyataannya hanya Argha yang bekerja— tampak manis. Diiringi gelak tawa juga, karena sesekali Argha memperagakan gerakkan absurd ala- ala Chef Salt Bae.

Pinter juga si bapak ini, ngelucu. Belajar dari mana ya?

Sungguh, Argha menjadi pribadi yang berbeda saat ini. Beberapa saat kemudian, masakan Argha selesai dan di plating di atas piring. Steak dengan salad Alpukat ala Chef Argha, siap untuk di santap. Mereka pun makan malam romantis dengan ditemani lilin dan Anggur Merah mahal, tahun 1990.

...----------------------...

Setelah menikmati makan malam romantis, Argha dan Nathya beralih duduk di balkon belakang, yang menghadap ke Laut seraya ngeteh- ngeteh cantik. Kalau kopi, takutnya mereka begadang.

"Thy, menurut kamu, menikah itu sepenting apa?" pertanyaan yang cukup menguarkan keheningan. Sampai saat ini pun, Nathya belum merasakan bahwa menikah itu penting. Karena banyak goals di dalam hidupnya yang belum tercapai.

"Menurut sa—,"

"Boleh saya minta sesuatu?" tanya Argha memotong ucapan Nathya.

"Jangan yang ribet- ribet ya pak. Saya takut gak bisa mengabulkannya," jawab Nathya.

Kejujuran Nathya membuat Argha tertawa. Pasti di dalam pikiran Nathya, Argha ingin meminta haknya sebagai suami?

"Bisa mulai ubah panggilan dari pak ke mas saja, walaupun kita hanya berdua seperti sekarang?"

Permintaan Argha tidaklah sulit, namun Nathya takut setengah mati apabila terbiasa memanggil mas maka perasaannya mungkin akan berubah pada Argha. Nathya hanya berusaha memberi jarak sehingga mudah baginya setelah perceraian nanti.

Kalau boleh jujur, Nathya mulai mengagumi sosok suaminya. Tidak tahu pasti sejak kapan. Namun ia tidak ingin jatuh sendiri dengan perasaannya, karena sudah tertulis di surat kontrak, bahwa tidak ada yang bertanggung jawab atas perasaan suka masing- masing.

Bagaimana jika saat ia sudah jatuh sedalam- dalamnya, setwlah waktunya tiba Argha malah mengurus surat perceraian.

Dan kini hanya tersisa 10 bulan dan waktu tersebut tidak akan terasa lama.

"Permintaan saya sulit ya?" sambung Argha ketika tidak mendapatkan jawaban dari Nathya.

Yang muda menggeleng, tanda permintaan itu jauh lebih sederhana daripada di paksa untuk melancong bersama madam Sudan dan kawan- kawan di ADK.

Argha pun memperbaiki posisi duduknya lalu menoleh pada Nathya. Menatap istri kecilnya itu begitu dalam. Lalu mulai mengelus pipi sang jelita lembut.

"Saya suami kamu, sudah seharusnya kan saya membimbing kamu?" lanjut Argha menenangkan jiwa sendu Nathya .

"Bolehkan?" Argha semakin menekan yang muda dengan dominasi seluas samudera.

Nathya sampai menelan ludahnya saking deg- degan. Melihat tubuh Argha yang condong ke arahnya membuat Jantung Nathya bergemuruh kencang. Namun bibjr tetap terkatup rapat, seolah enggan menyetujui kata bimbingan yang diucapkan sang suami

"Thya, saya harus bagaimana?" lanjut Argha kala tidak jua mendapatkan jawaban Nathya. Ia mulai frustasi, bagaimana cara meruntuhkan benteng jarak yang dibangun Nathya sejak awal.

"Mas Argha, saya?"

Senyum tipis terpatri indah di bibir Argha, tanda bahagianya ia kala mendengar panggilan mesra dari lisan yang muda, meski harus di paksa. Selanjutnya, Argha sudah tidak bisa menahan diri lagi. Ia pun memberanikan diri untuk menautkan bibirnya pada Nathya.

Malam itu, impian Argha untuk merasakan bibir ranum penuh pesona milik sang jelita yang mampi menarik perhatiannya, mampu ia dapatkan. Meskipun tautan lekat tersebut tampa diburu gairah, namun tetap memuaskan birahi rasa dalam cinta yang tak mampu di jelaskam dengan kata- Kata

1
sarytaa
seneng yaa,
dr kmren bolak balik nunggu up.

hah.. bru skrang

brasa cepat banget deh bacanyA..
Ririn Susanti
rekomen banget cerita nya, pemilihan katanya, enak banget dibaca
Anonymous
alur nya gak pasaran
sarytaa
sweet 😍😍😍
LV Edelweiss
Luar biasa
LV Edelweiss
Lumayan
LV Edelweiss
Sudah bisa ku bayang kan gmn kacau nya nathya 🤪
LV Edelweiss
ada bau2 promosi Partai di sini. kenapa gak Golkir aja dih thor... Atau Gilkor
Sirchy_10: gak kok kak. gak promosi partai. seriusan lupa plesetin yang satu ini
total 1 replies
sarytaa
up
sarytaa
hahahaha dikira mimpi ya tya?
srasa cepat banget bacanya, hehe.
Purnama Pasedu
thaya ngebleng
Purnama Pasedu
perjuangan istri
Purnama Pasedu: kembali kasih
Ayuni_ 93: makasih kk. 🤗
total 2 replies
Purnama Pasedu
anggap aj lagi ngedongeng y Nathya
sarytaa
suka dg ceritanya, wlaupun ada org bilang crita nya belibet,

cuma bgi aku up nya jngan lama² kaka, hehhehe
Sirchy_10: hehehe. maklumin kak, pemula. hrus bnyak blajar. trima ksh sudah setia membaca pengantin untuk calon RI 1🤗
total 1 replies
sarytaa
cepat bnget rasa nya wktu baca.
up lgi thor.
r
dr kmren nunggu nya
sarytaa
up lgi thor,
aku suka sma alur novelnya.
sarytaa
uo
sarytaa
aku mnunggu up slnjutnya, jngan lma² loh kk
sarytaa
yah habis lagi 😁😁😁
Sirchy_10: udh up kak.
total 1 replies
sarytaa
aku tunggu up slnjutnya thor!
seru ceritqnya, tau tau udh habis baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!