"Lo gak seistemewah itu."
"Kalau begitu jangan ikut campur urusan gue!."
^-^
Karelio Nathanael
Mantan terberengsek sekaligus mantan terindah bagi Desya.
Mereka sudah berstatus mantan, tetapi tetap saja cowok itu berkeliaran di sekitar Desya seakan Desya adalah pusat hidupnya.
Adesya Sakura Atmaja
Julukan Queen Bee juga sesuai dengan arti nama Adesya 'anak perempuan raja', Bukan hanya dari keluarga old money, Desya juga cantik dan mempunyai otak yang diatas rata-rata sehingga dia selalu dieluh-eluhkan.
Desya mempunyai saudara kembar yang supportif dan menjadi garda terdepan untuknya.
Elio merasa Desya, perempuan yang terlalu sempurna untuk Elio yang bukan siapa-siapa.
________
Dan cerita ini tentang Desya dan orang-orang yang memiliki peran penting dihidupnya. Bahkan sosok Elio yang hanya mantan, susah untuk dihilangkan dari ingatan karena susah untuk di enyahkan.
"As you wish, terserah kamu mau apa!."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyembunyikan
Semua orang sudah duduk siap untuk sarapan, tak terkecuali Aksa yang terpaksa harus ikut sarapan karena Ronald langsung yang memanggilnya dan Ares dari teras rumah mereka. Sejak tadi Aksa mencuri-curi kesempatan untuk melihat Ronald, sepertinya Aksa pernah bertemu Ronal, tapi Aksa lupa kapan dan dimana bertemu beliau.
Mungkin dimajalah bisnis langganan Papa, beliaukan pengusaha sukses, pasti foto-fotonya ada dibeberapa majalah yang gue pernah lihat.
Kalimat itu hanya gumaan dalam diri Aksa yang pria itu coba yakini, setelah duduk bersama dengan yang lainnya di meja makan.
Kursi yang mengelilingi meja makan itu total ada dua belas kursi, hari ini hanya tersisa tiga kursi kosong diujung meja dan satu kursi kosong disebelah Olivia, Mummy Desya, kursi itu adalah kursi yang biasa Desya duduki.
Desya masih berada dikamarnya, dia yang terakhir turun, dan saat sampai dianak tangga terakhir, Desya melihat Aksa duduk disamping Taya, membuat Desya kembali mengingat pertemuaannya dengan Elio semalam. Langkah Desya sempat memelan mendekati meja makan, menghela nafas diam-diam mencoba melupakan kejadian semalam.
"Jangan kebiasaan membuat tamu menunggu Ura" tegur Daddynya sembari meletakkan ponselnya diatas meja.
"Mereka bukan tamu Ded" Desya melirik Gigi yang duduk disebelah Enzo, "karena tamu gak akan makan banyak sebentar lagi" sindirnya.
Mata Gigi melotot, "lo jangan buat gue malu depan calon mertua gue dong" keluh Gigi.
Enzo mendengus cukup keras karena hampir semua orang yang ada dimeja makan itu menatap Enzo.
"Jangan terlalu halu Kak" Enzo melirik Gigi dengan wajah poker facenya, "emangnya Abang gue mau ama lo?."
"Lo tuh ya ..."
"Bang!"
Enzo menarik lengan Ares meminta perlindungan karena tangan Gigi pasti akan memukulnya tampa segan, meski didepan prang tuanya.
Benar saja, setelah Enzo memekik memanggil Abang, Gigi jadi mengurungkan niatnya untuk memukul Enzo yang duduk tepat disampingnya.
Semua sedang memperhatikan Enzo, Gigi dan Ares, tetapi Desya sama Aksa malah saling tatap namun memancarkan mata mereka tidaklah sama. Desya menatap Aksa tidak suka, sedangkan Aksa malah tersenyum lebar, yang lama-lama membuat Desya jengah saja.
"Lo kan bawa mobil, kenapa malah minta dia kesini?" Desya bertanya tampa menatap Taya, tatapannya masih tertuju pada Aksa.
Merasa jika Desya mengatakan itu untuk dirinya, Taya tersenyum lebar, menggenggam tangan Aksa erat dan menatap Aksa dengan tatapan sok manisnya.
"Gara-gara mentingin lo, kita berdua kan semalem gak jadi malem mingguan, yakan yang .... " rengek Taya yang diangguki oleh Aksa. "Jadi hari ini kita mau langsung jalan, mobil gue biar disini aja atau mungkin Yunita ama Gigi mau pakek terserah" jelasnya dengan santai.
"Gue serasa di khianati, sumpah" Gigi kesal mendengar perkataan Taya.
"Dia mah kacang lupa kulitnya."
"Iya Ta, semalem dia yang maksa kita kesini tapi ini lah kita yang mau ditinggalin" Gigi menyetujui ucapan Yunita.
"Enggak" ucap Desya sembari menunjuk Taya segan sendok ditangannya, "lo bilang mentingin gue?, jadi jangan pergi sebelum lo bilang apa kepentingan lo ama gue!."
Mata Taya langsung melirik kekanan dan kekiri, pura-pura sedang mengingat-ingat sesuatu, padahal Taya mencoba memberi kode pada yang lainnya untuk membantunya memberi tanggapan perkataan Desya barusan.
"Bukannya lo lagi gak mood?" Yunita mengatakan kalimat itu lalu minum, menghindari tayapan mata Desya.
"Kan bisa besok Ura" Olivia ikut membantu Taya, "kasihan Aksa udah kesini dari tadi nunggu Taya siap-siap."
Mata Desya menyipit menatap Taya sengit, "ck!, pergi gih sana" ucap Desya akhirny.
Terlihat beberapa orang yang sejak tadi diam-diam menahan nafas, mulai lega mendengar kalimat Desya barusan.
Tiba-tiba Desya menghentikan makannya, dan berdiri, "kita gril time yuk, nongrong dicafe" ajak Desya menatap Gigi dan Yunita bergantian, "kalian gantian mandi duluan, kalo udah bagunin gue" lanjut Desya.
Sebelum meninggalkan meja makan, Desya mencium pipi Mummy Olivia lalu Deddy Renald yang dibalas dengan kecupan dikening Desya oleh sang Daddy.
"Aku lanjut tidur, bye semua!!" seru Desya sembari melanjutkan langkah kakinya menaiki tangga.
Setelah memastikan Desya bernar-benar sudah sampai kelantai dua, barulah Gigi, Yunita dan Taya menghela nafas secara terang-terangan. Mereka bertiga mana bisa seperti para lelaki keluarga Atmaja (Renald, Ares dan Enzo)yang mulai tadi memasang poker face mereka, atau wajah polos dengan senyuman hangat dari Olivia.
Aksa yang melihat sesuatu yang janggal mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Kita beneran mau nyembunyiin ini Om?" Tanya Gigi takut-takut.
Renald tersenyum simpul, "menyembunyikan apa?, apa Ura bertanya sesuatu?."
Gigi dan Yunita saling pandang, paham dengan apa yang dimaksud Renald. Jika Desya bertanya baru katakan, jika tidak diamlah!. Berteman dengan Desya sejak SD, mereka berdua sudah mengenal dan paham betul setiap kata ambigu yang selalu Renald katakan.
^-^
Savira duduk menatap kosong kearah kaca rias didepannya, menatap pantulan dirinya sendiri dengan tatapan datarnya.
Sayup-sayup terdengar suara Kevano yang sedang bertengkar dengan Gara dan kedua orang tuanya, ini sudah yang kesekian kalinya Savira mendengar bahkan terkadang melihat pertengkaran mereka sejak Savira diminta tinggal dirumah ini oleh Tara dan Fani, Papa dan Mama Kevano. Bukan Savira yang meminta untuk tinggal, tetapi mereka berdua yang meminta, dengan alasan masih belum rela melapas Elio jika anak itu memutuskan untuk tinggal dengan Savira.
"Selalu begitu!, kenapa jika Elio pulang pagi tidak dimarahi?, giliran Reiki kalian selalu marah-marah"
Kevano terdengar mulai hilang kendali, sehingga suaranya terdengar sedikit meninggi dari biasanya.
Sosok Kevano yang pernah Savira temui tujuh bulan lalu sebelum anak itu tahu status Elio dalam keluarga mereka, sangat berbanding terbalik dengan Kevano yang dia kenal selama tujuh bulan ini dia tinggal di kediaman Baskara.
"Ini sebenarnya siapa sih anak kandung kalian, Reiki apa Elio?."
"Reiki!!!, sudah Papa peringatkan jangan pernah berkata begitu!!!."
Suara Arya menggelegar, membentak Kevano penuh nada peringatan.
Status anak kandung dan bukan selalu Kevano ungkit, Savira sakit hati mendengarnya, karena Savira pernah melihat mata Elio yang memancarkan kesedihan dan Savira seakan merasakan apa yang sedang Elio rasakan.
"Jangan membentak Reiki Pa" itu suara penuh ketenangan Elio, "lagi pula bener apa yang dikatakan Reiki, tidak perlu ada yang ditutupi lagi."
Sesak, dada Savira serasa sesak rasanya. Tangannya meraih ponselnya, mencari nama orang yang ingin dia hubungi.
Secepat mungkin dia ingin membawa pergi Elio keluar dari rumah ini, bukan tidak tau terima kasih karena mereka sudah merawat Elio, tapi Savira tidak terima jika Elio terus menerus tersakiti.
"Bisa kita bicara?."
^-^
.
Hai Readers ...
Udah sampai di bab ini 🤗, udah pada tinggalin jejak belum ? 😁
💬👍⭐️ untuk mendukung karya Author agar lebih semangat nulisnya 😍
Terima kasih sudah mampir 🙏
Lope you 😘
Unik_Muaaa💋