Karena kedua orang tuanya penyuntik dana terbesar di kampusnya, Lexa pun menjalani masa pendidikannya dengan sesuka hatinya. Gadis yang memiliki nama lengkap Clara Lexa Viviana ini kerap sekali membuat ulah dan membuat kedua orang tuanya pusing menghadapinya. Karena tak tahan mendapatkan laporan terus menerus dari pihak kampus dan Orang-orang, kedua orang tua Lexa pun memilih menjodohkan Lexa dengan Elvin Zayyan Bagaskara yang tak lain ialah anak dari sahabatnya sekaligus dosen terkiller di kampus Lexa.
Elvin yang terlahir sebagai anak pertama memiliki watak yang keras dan tegas. Bahkan para adik dan keluarganya segan terhadapnya disebabkan dirinya yang sangat berwibawa dan dewasa. Selain berprofesi sebagai dosen, Elvin juga berprofesi sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya. Apakah Elvin mampu menghadapi Lexa yang terlahir sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya yang selalu di manja oleh keluarganya? Yuk ikuti terus kisahnya.
Cerita ini 100% Munir fiksi📌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Apa seperti itu cara kamu meminta pada suamimu?" Tanya Elvin memasang wajah datarnya dengan mata yang fokus kembali melihat pekerjaannya.
Nyebelin banget, tinggal ngasih saja pakai drama segala! Batin Lexa merasa gemas sendiri melihat Elvin yang terlihat sangat menuntut.
"Cepat ih Mas,,, aku mau bayar pesanan di kantin. Dompetku ketinggalan di rumah," Desak Lexa dengan suara manjanya berharap Elvin kasihan kepadanya.
Elvin menghela nafasnya lalu menatap Lexa dengan tatapan dinginnya tanpa melepaskan pulpen di tangannya.
"Duduk," ucap Elvin dengan lembut namun penuh penekanan membuat Lexa yang kesal duduk dengan terpaksa di kursi yang berada di depan meja Elvin.
Elvi meletakkan pulpennya lalu menopang dagunya dengan kedua tangannya. Mata tajam datarnya fokus menatap Lexa yang menatap datar padanya. Dari tatapan Elvin bisa di lihat jika dia tengah berusaha menenangkan dirinya agar bisa berbicara dari hati ke hati dengan Lexa. Elvin tau Lexa yang keras kepala dan suka membantah tak bisa dinasehati dengan cara yang kasar ataupun penuh penekanan.
"Lexa, Mas mau tanya sama kamu," ucap Elvin dengan serius tanpa mengalihkan perhatian matanya dari Lexa.
"Hm." Lexa menyahuti Elvin dengan deheman dinginnya yang tidak sopan itu.
"Kalau ada orang yang berbicara perhatikan dan jawablah dengan sopan," ucap Elvin lagi membuat Lexa meremas kedua tangannya namun tetap mengikuti apa yang diinginkan Elvin agar ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Iya Mas," jawab Lexa singkat namun berhasil mengukir senyum tipis di wajah dingin Elvin.
"Begitu dong, pintar istri Mas," ucap Elvin membuat Lexa merinding dan merasa tidak nyaman berduaan dengan Elvin.
Setelah mengatakan itu, suasana pun menjadi hening sesaat sebab Lexa sibuk dengan pikirannya sedangkan Elvin sibuk memandang wajah cantik Lexa. Lexa yang jengkel karena Elvin banyak drama langsung membuka suaranya kembali.
"Mas mau bertanya apa sih sampai mikir lama banget!" Lexa mengatakan itu dengan ketus dan tak segan memperlihatkan wajah jengkel pada Elvin.
"Jadi begini, kamu kenapa tidak bersikap sopan dengan dosen kamu? Dan kenapa malas mengerjakan tugas? Apakah ada masalah dan alasan di balik itu?" Tanya Elvin ingin tau cerita langsung dari Lexa.
Ribet banget ya hidup, semuanya harus serba di jelaskan. Batin Lexa rasanya ingin pergi dari ruang Elvin.
Melihat Lexa yang hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaan, Elvin pun menghela nafasnya. Dia harus banyak bersabar untuk menghadapi tingkat dan sikap Lexa yang sangat luar biasa menguras emosinya.
"Lexa, jangan pernah ulangi perilaku buruk seperti itu lagi apalagi kepada dosen kamu. Kamu harus disiplin dan nggak boleh nggak mengerjakan tugas. Baiklah kalau kamu punya alasan kuat, tetapi kamu jangan memberontak dan menjawab dosen yang sedang mendidik kamu. Mas mengatakan ini bukan karena Mas marah tapi karena sayang. Mas nggak mau istri Mas ini hidup di luar batas seperti ini," ucap Drag dengan tatapan penuh harapnya agar Lexa mau mendengarkannya.
"Dan apa kamu nggak mau meminta maaf sama Mas dengan apa yang kamu lakukan tadi? Kamu bukan hanya melawan dosen kamu tapi juga suami kamu. Mas nggak suka istri Mas seperti ini." Elvin terus saja memberikan nasehat penuh kasih sayangnya pada Lexa tanpa berniat menyinggung perasaannya.
Sebaiknya aku minta maaf saja agar ceramah suami ngeselin ini berhenti. Panas telingaku mendengar ceramahnya itu. Mama, Kakak, dan Mas Elvin sama saja! Batin Lexa akhirnya memilih mengalah agar waktunya bersama Elvin berkurang.
"Maaf Mas," ucap Lexa dengan lirih namun masih bisa di dengan Elvin. Elvin tersenyum mendengar permohonan maaf yang seperti terpaksa tapi tak rela itu.
"Iya Mas maafin, tapi jangan di ulangi lagi sayang," ucap Elvin membuat sekujur tubuh Lexa merinding ketika mendengar panggilan baru Elvin padanya.
"Mas cepetan, teman-teman ku ke buruan curiga aku pergi lama. Gimana kalau mereka tau aku ke sini bertemu dengan Mas?" Desak Lexa dengan gelisah.
"Memang kenapa kalau mereka tau?" Tanya Elvin dengan posisi yang sama.
"Ya aku kan malu Mas. Gimana kalau semua orang tau kalau kita sudah menikah!" ucap Lexa dengan sebalnya membuat Elvin tersenyum.
"Biarkan saja mereka tau, toh cepat atau lambat mereka juga akan tau," ucap Elvin dengan santainya membuat Lexa membelalakkan matanya dengan tubuh yang secara cepat condong ke arah Elvin. Elvin ikut terkejut dengan pergerakan Lexa itu. Kini wajah keduanya sangat dekat dan hanya menyisakan jarak beberapa centi saja. Keduanya saling menatap dengan dalam namun dengan pikiran yang berbeda.
"Lexa, sekalian saja kamu masuk ke mata Mas! Membuat kaget saja," ucap Elvin namun Lexa tak mengikuti apa yang di katakan nya.
"Cepat Mas," lirih Lexa memasang wajah hantunya bukannya membuat Elvin takut justru gemas.
"Much." Kecupan spontan Elvin berhasil membuat Lexa menjauh darinya.
"Mas apa-apaan sih! Suka sekali nyium orang tiba-tiba." Lexa mengelap bibirnya dengan kesal.
"Sudah, nanti kalau jam mengajar Mas ada lagi kamu harus masuk dan nggak boleh bolos seperti tadi," ucap Elvin lalu mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang kertas. Lexa yang melihat itu melupakan kekesalannya. Matanya berbinar dengan kedua tangan yang di usapkan satu sama lain.
"Ini ambil, lain kali periksa semua barang bawaan sebelum pergi," ucap Elvin lalu menyerahkan uang di tangannya pada Lexa.
"Iya Mas, makasih ya," ucap Lexa dengan cepat lalu langsung berbalik untuk pergi dari ruangan Elvin.
"Hm," deheman dingin Elvin berhasil menghentikan langkah Lexa dan membuat gadis itu berbalik melihatnya.
"Kenapa Mas?" Tanya Lexa menatap Elvin dengan bingung.
"Nggak sopan main pergi saja seperti itu. Pamit dulu,,," ucap Elvin sembari menyodorkan tangannya agar Lexa mencium tangannya. Lexa yang paham pun kembali mendekati Elvin dan meraih tangannya lalu menciumnya. Elvin merasa senang dengan sikap Lexa hingga memberikan elusan lembut di kepalanya.
"Baik-baik ya, nanti malam kita pulang ke rumah baru kita," ucap Elvin membuat Lexa menegang dan menatap tak percaya padanya.
Apa maksudnya? Pulang ke rumah baru? Batin Lexa merasa bingung sekaligus tidak senang dengan hal itu.
"Ngapain kita pindah ke rumah baru Mas. Tinggal bareng Mama saja, rumahku cukup besar untuk kita tinggalin," ucap Lexa menolak secara terang-terangan membuat Elvin bangkit dari duduknya lalu menghampirinya.
"Sini," panggil Elvin menarik tangan Lexa dan membawanya duduk di sopa yang berada di ruangan itu. Lexa hanya menurut tanpa memberikan drama penolakan terlebih dahulu.
"Sayang, kita sudah menikah dan sudah sepantasnya kita hidup mandiri. Kita harus membina rumah tangga kita di rumah kita sendiri. Lagian Mas ingin lebih dekat dengan kamu. Mas ingin kita menjalani pernikahan yang sebenarnya. Mas harap kamu mengerti dan tidak menolak keinginan Mas," ucap Elvin dengan tatapan seriusnya sembari menggenggam kedua tangan Lexa dan mengelusnya.
Good Job thor🖤