NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 31 — Kalau Aku Mati

Ternyata memakan waktu yang lebih lama dari perkiraan Bai Li.

Setelah lewat empat hari sejak penyerangan gelap oleh Bulan Menangis, rumah penginapan dengan bangunan memprihatinkan tempat keduanya menginap itu sama sekali tidak kedatangan tamu lain.

Chen Huang memanfaatkan kesempatan ini untuk terus melatih Teknik Pelukan Halimun Pagi sesuai ajaran tidak jelas dari Bai Li. Wanita itu pun selalu memberi tekanan penuh kepada Chen Huang. Kalau sikap gurunya keluar, dia tak segan-segan menendang atau meninju. Sangat berlawanan dengan sikap lembut dan menjengkelkannya sepanjang hari.

Binatang, pukulannya keras sekali! Chen Huang meringkuk sembari memegangi perutnya. Walau tubuhnya sudah diperkuat dengan berendam di danau panas, tetap saja milik Bai Li lebih kuat.

"Gunakan teknik bertarung gagakmu. Aku ingin kau memperkuatnya. Lupakan sejenak soal Halimun Pagi atau teknik ajaranku yang lain."

Pemuda itu bangkit perlahan, sedikit terengah.

"Dan juga, jangan lupa lindungi tubuhmu dengan Qi di tempat yang akan diserang oleh musuh," jelas Bai Li dengan wajahnya yang tegas. "Kalau aku musuhmu yang sesungguhnya, kau sudah mati lusinan kali."

Pola-pola rumit di tangan Chen Huang kembali bercahaya, dia menyiapkan kuda-kuda. "Teknik bertarung gagak lebih sering menghindar dan mengambil jarak. Kau selalu mendesak."

"Cari cara untuk menjauhiku, Bocah!" bentaknya, "aku menyerang!"

Bai Li melesat cepat. Secepat kedipan mata, dia sudah berada tepat di depan mata Chen Huang. Kaki wanita itu terangkat, mengarah leher.

Chen Huang menghindar dengan sigap, mengunakan teknik bertarung Suku Gagak, dia mendorong kaki itu bersamaan dengan lompatan ke belakang. Namun, tangan kiri Bai Li mengejar.

"Haaaa!" Chen Huang berteriak ketika melakukan serangan spontan berupa sihir biru gelap yang membentuk tebasan bulan sabit dari tangan kanannya. Terpaksa Bai Li menarik serangan.

"Bagus!" pujinya sungguh-sungguh.

Wanita itu memutar tubuh, sedikit meloncat lalu menendang dada Chen Huang.

Kembali pemuda itu menghindar, kali ini dengan ilmu meringankan tubuh Suku Serigala.

Pertarungan itu berlanjut dengan amat sengit dan seru. Namun, Bai Li benar-benar tidak berani menggunakan energi Qi nya selain untuk mempercepat gerakan. Bai Li tidak mau Chen Huang terkena kutukannya lagi walau dia tahu Jimat Hitam pemuda itu dapat dijadikan penangkal. Bai Li amat menyesal saat mengingat kejadian itu dan dia tak mau mengulanginya lagi.

"Akhh!" seru Chen Huang setelah puluhan jurus mereka beradu.

Chen Huang merasa kakinya sakit dan berdenyut. Dia tahu apa penyebabnya. Hal ini terjadi karena ilmu meringankan tubuh serigala yang dicampur dengan teknik bertarung gagak sangat tidak cocok dan jika dilanjutkan, Chen Huang khawatir urat kakinya akan putus.

Pemuda itu mengayunkan tangan, bintang-bintang mengejar tubuh Bai Li walau tidak sangat akurat. Akan tetapi, itu cukup membuat Bai Li terus menghindar dan tak mampu mendekatinya.

"Bagus! Bagus!" Bai Li terus memuji dengan dada berdebar karena senang dan bangga. "Terus seperti itu, anggap saja kalau kau gagal maka kau akan mati di tanganku."

Chen Huang ingin mengubah posisi, tapi itu hampir mustahil karena kakinya yang nyeri. Maka dia hanya diam di tempat sambil terus menembak.

Saat itulah keadaan menjadi menegangkan ketika terdengar sebuah suara.

"Bagaimana kalau aku saja yang mematikannya?"

Bai Li terbelalak, demikian pula dengan Chen Huang.

Sebelum Chen Huang dapat bereaksi, bayangan hitam berkelebat dan tahu-tahu di sebelahnya telah berdiri seorang pria memegang golok. Sesaat berikutnya, golok itu menerjang ganas mengarah leher.

"Jangan berani-berani!"

Terlihat sinar besar dan lebar berwarna merah yang bergulung-gulung. Secepat kilat, golok si lelaki putus di tengahnya dengan suara nyaring memuaskan. Secepat itu pula Chen Huang sudah berpindah tempat dengan Bai Li memeluknya dari samping.

"Bedebah, kau bosan hidup?" Bai Li membentak. Dia terkejut juga menyaksikan tingkat kultivasi orang itu yang berada di Tingkat Surgawi awal.

Orang berjubah hitam itu terkekeh. "Luar biasa," katanya sambil mengusap pundak kanan yang berdarah. Dia tampak lebih terkejut daripada kesakitan. Pandangannya jatuh kepada Chen Huang yang mengangkat satu tangan. "Anak Kecil, teknik macam apa itu? Serangan tiba-tiba ketika mau mati? Kalau aku tidak bergeser, kau sudah menembus dadaku, kau tahu?"

Bai Li melirik pemuda itu yang masih dipeluknya. Lehernya berdarah sedikit, tapi tatapannya sama sekali tak mengandung kesan takut. Bai Li kagum dibuatnya. Dia bahkan masih sempat menyerang? Simbol Magis memang luar biasa.

Di sisi lain, lelaki yang pundaknya telah berlubang itu mencoba menyembunyikan rasa jerinya. Bocah ini sungguh sesuatu. Masih di Tingkat Langit tapi sudah mampu menembus tubuh Tingkat Surgawi? Bai Li sialan, kau menemukan harta tak ternilai, dasar jalang!

Orang itu memandang golok di tangan kanan, tampak pada bekas potongannya mulai menghitam akibat Qi Merah Bai Li. "Jadi benar, Qi Merah terkutuk."

Bai Li melepas pelukan, melindungi Chen Huang di balik punggungnya. "Kau tahu?"

"Tentu saja," balas lelaki itu sambil membuang goloknya. "Perkenalkan, aku Guo Nan, pemimpin cabang Bulan Menangis."

Bai Li membelalakkan mata, begitu pula dengan Chen Huang.

Kemudian, berturut-turut muncul puluhan orang berjubah hitam lain dari balik pepohonan yang mengelilingi halaman rumput luas itu.

"Kau mengundang kami," Guo Nan berkata, "maaf atas perkenalan yang kurang ramah tadi." Dia menjura memberi hormat.

"Simpan itu untuk dirimu sendiri," sergah Bai Li, "aku mengundang pemimpin kalian, pemimpin pusat, bukan pemimpin cabang."

"Aku mendengarnya," ucap seorang pria lima puluhan berpenampilan gagah yang tiba-tiba muncul di atas atap rumah penginapan. "Aku Xin Xia, pemimpin utama Bulan Menangis. Bai Li, sebaiknya kau punya alasan bagus untuk ini. Kalau tidak ...." Dia menggantung ucapannya sejenak. "Kami punya alasan bagus untuk memenggal kepalamu. Ada orang yang sudah membayar kami dengan harga terlalu mahal."

Chen Huang melirik sekitar, dia mengepalkan tangan dan menggertakkan gigi ketika tak bisa membaca tingkat kultivasi puluhan orang itu. Ini hanya menandakan bahwa mereka semua berada jauh di atas tingkatnya.

Kalau sampai bertempur, akan gawat.

"Kami juga membawa tujuh pimpinan cabang lain," lanjut Xin Xia sambil mengibaskan tangan. Tujuh lelaki berjubah hitam lain maju selangkah dari barisan puluhan orang tersebut. Jumlahnya delapan bila Guo Nan masuk hitungan.

Bai Li balas dengan senyum miring. "Tindakanmu memancing pertengkaran."

Xin Xia tidak menjawab, hanya memandang dingin dengan waspada.

Bai Li mengelus dagu dan pipinya. "Aku terkesan kawan kalian bisa mengenaliku dengan wajah ini."

"Tolong jangan berlama-lama," Xin Xia menyahut. "Apa tujuanmu mengundangku hanya untuk membicarakan hal tak penting seperti itu."

"Tidak," Bai Li menggeleng. "Ayo ke kamarku, kalian pasti suka."

"Ayo!" Guo Nan menjawab pertama kali dengan napas menggebu-gebu. Menyadari tatapan pemimpinnya, dia melanjutkan dengan sedikit kikuk. "Maksudku ... jangan main-main, Wanita!"

Bai Li terkekeh dan berjalan menuju kamarnya sendiri. Dia masuk melalui pintu depan diikuti oleh puluhan orang tersebut. Ketika nenek pemilik rumah penginapan dengan terkejut melihat rombongan ini, Bai Li menghampiri dan memberi dua koin emas.

"Jadilah buta," bisiknya.

Secepat itu, si nenek membalikkan badan. "Ah, tiba-tiba mataku jadi buram, sepertinya aku kurang tidur."

Mereka masuk ke kamar Bai Li, hanya para pemimpinnya. Para anggota yang lain ditingal di luar.

"Aku tak ingin berlama-lama melihat wajah kalian," kata Bai Li membuka percakapan.

"Sama dengan kami semua."

Bai Li tersenyum manis. Ketika tangannya terayun, seluruh ruang itu segera diisi dengan tumpukan emas dan perhiasan sampai hampir mencapai lutut.

"Apa ini?" Guo Nan menahan seruannya.

"Luar biasa."

"Mataku silau!"

Pemimpin-pemimpin lain saling bersahutan memberi komentar, hanya Xin Xia seorang yang kelihatan tak terpengaruh. Lelaki ini sekadar melirik tumpukan harta itu sekilas sebelum memberikan tatapan penuh pertanyaan pada Bai Li.

Wanita itu tersenyum makin lebar. "Mudah saja, semua harta ini milik kalian kalau aku mati."

Xin Xia menajamkan pandangan. Sekali lagi, diliriknya semua harta itu. Kepalanya bergerak mengangguk tak lama kemudian.

"Baiklah, kau mati." Kemudian Xin Xia mengeluarkan kertas buronan Bai Li dan merobeknya. "Kau bisa memercayai kami, akan kupikirkan."

"Terima kasih."

1
Filanina
bab ini kayak pendek.

btw, makin lambat aja. apa kamu masih online?
Arisena: emang makin dekat perang besar, makin lambat, aku juga ngerasa gitu/Sweat/
Arisena: masihlah/Proud/
total 2 replies
Tanata✨
Tak terasa sudah 10 chapter ya🤭 makin ke sini makin kerasa menarik.. beberapa sensasi tegang dan kocaknya juga cukup seimbang.

Hanya saja untuk development karakter nya aku masih merasa kurang cukup motivasi. Mungkin karena masih perkembangan awal. Akan tetapi, perlahan namun pasti keberadaan Chen Huang di Serigala, kayaknya akan semakin bisa di terima. Aku cukup merasakan bahwa dia saat ini sudah mulai banyak berinteraksi dengan tokoh lainnya.
Tanata✨
Aku cukup suka sama rangkaian kata-kata pada paragraf ini. Aku jadi mudah membayangkannya
Tanata✨
Ye ye yeeeee/Sob//Sob//Sob//Sob/
Filanina
Bro, Hutan Emasnya udah tamat minta review dong.
Filanina: error kali ya
Arisena: nanti kukirim lagi, NT emang rada rada🗿
total 5 replies
Filanina
cerdik juga chen Huang sampai ayang terpesona.
Tanata✨
Kalau Chen Huang sampai di penjara, waaah waah sih😅🤣🤣
Tanata✨
Beda dikit dengan peribahasa "nasi sudah jadi bubur"
Tanata✨
ini flashback ya? aku baru sadar🤔 Tadinya aku agak bertanya-tanya, ternyata ada gagak lain selain Chen Huang. Tahunya ini masa lalu.

Aku baca ulang dan ternyata memang ini flashback😅✌🏻
Tanata✨
gk sakit gk sembuh, map maap ya/Hey/
Tanata✨
Skalian paus atau hiu😭😭✌🏻
Tanata✨
Kompaaakkk🤣🤣🤣
Tanata✨
Lantas siapa lagi kalau bukan chen huang, mungkin saat ini beliau belum terlalu pd/Hey/
Tanata✨
Gemes sama tingkah mereka, tidak saling menjatuhkan dan saling termotivasi satu sama lain...
Tanata✨
Filosofi makna kuda laut apa ya?😅 aku masih agak heran
Tanata✨
Wkwkwk panas hayo panasss🤣🤣
Tanata✨
Pada intinya kerja keras akan membuahkan hasil ygy
Arisena: /Proud/
total 1 replies
Tanata✨
Beruntunglah karena saat ini dirimu tokoh utama, kurleb plot armornya pasti tebel lah
Arisena: yoi/Doge/
total 1 replies
Tanata✨
Awet muda/Shy/
Arisena: /Slight/
total 1 replies
Tanata✨
Ngakak plisss😭😭✌🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!