My Husband Is Mine!

Tiba-tiba saja pintu mobil terasa ada yang mengetuk-ngetuk dikala Suga tengah membujuk untuk kembali ke mansion nya.

"Ran? Kenapa tidak segera keluar dan masuk?" Ucap Steve yang terdengar samar.

Sedangkan Rania masih nampak berdebat dengan Suga yang entah mengapa semakin terasa tidak ingin turun dari dalam mobil istrinya tersebut.

"Sudah kepalang tanggung, kita sudah sampai. Apalagi Steve sudah mengetuk-ngetuk kaca mobilku sedari tadi. Ayo, apa yang perlu kamu cemaskan jika ada aku? Turun," titah Rania dengan segera membuka pintu mobilnya.

"Kenapa membuka pintu mobil saja butuh waktu lebih dari satu menit sih? Suami mu itu tidak sedang mempersulitmu kan?" Tanya Steve dengan menatap wajah Suga yang baru menyembul dari dalam mobil.

"Ayo masuk dulu," ucap Steve dengan segera memandu keduanya masuk ke dalam rumahnya.

"Ruangan di rumahku masih sama seperti dulu waktu kita kecilkan?" Ucap Steve dengan nada yang di tujukan kepada Suga.

Suga yang tengah menatap jajaran foto yang tertempel di dinding hanya mampu menelan ludah perlahan.

"Astaga, jadi Steve pemilik luxury group adalah kakak sepupu Rania yang dulu sering di panggil christian itu? Bodyguard Rania sewaktu kecil yang sering membully ku dulu? Sempit sekali dunia ini. Pantas saja Rania bisa semudah itu bergabung menjadi orang luxury group yang terkenal ketat dalam seleksi penerimaan karyawan," batin Suga dengan mengusap-usap tangan nya yang nampak merinding disko.

"Steve, suamiku ini terus penasaran akan hubungan ku denganmu. Mungkinkah perlu kita ingatkan kembali ya?" Goda Rania yang merasa senang karena melihat wajah Suga yang nampak cemas tersebut.

"Seperti nya perlu kita ingat kan kembali agar dia bisa bernostalgia hingga mengompol lagi di celana nya," timpal Steve yang di ikuti oleh tawa keduanya.

Berbeda dengan Suga yang nampak masam dan lebih sering mengumpati Steve di dalam hati.

"Sudahlah Rania, kita tidak boleh lagi membully suamimu. Walaupun dulu dia sering membuatmu menangis dan selalu menolakmu mentah-mentah. Nyatanya sekarang dirinya seperti lelaki yang begitu cinta mati seolah tidak bisa hidup tanpa mu," sindir Steve yang membuat Suga tidak berani membuka mulut sedari tadi.

Mendengar ucapan Steve yang seolah Suga telah mencintai nya itu membuat Rania tak percaya.

Karena di kehidupan nya yang dulu, suamiya itu baru menyukai nya setelah dirinya berhasilkan melahirkan putri yang amat di cintainya.

Sedangkan untuk mempercayai jika suaminya kini telah mencintai nya itu adalah hal yang mustahil.

Bagaimana dirinya bisa di cintai secepat itu sedangkan dirinya dinyatakan hamil saja belum apalagi melahirkan?

"Aku ke samping dulu ya, Steve? Kalian berdua jangan bertengkar seperti anak kecil lagi," ucap Rania yang tengah berusaha membuat suaminya serta sepupunya tersebut menjadi lebih dekat.

Steve yang mengerti kemana Rania akan pergi pun nampak mengangguk. Sedangkan Suga yang tidak terbiasa berdua di ruang yang sama dengan Steve pun nampak cemas.

Setelah Rania berlalu, Steve dan Suga nampak duduk semakin berjauhan.

Namun baru beberapa patah kata keduanya mengobrol, tak lama kemudian nampak keduanya sudah saling mencengkeram kerah lawan masing-masing.

Yang kemudian berlanjut saling memukul dan menindih.

"Pria impoten!"

"Tukang bully, rambut jagung!"

"Kamu pria impoten untuk apa menikah dengan Raniaku!"

"Enak saja kamu bilang aku ini impoten! Tanya Rania sendiri kalau tidak percaya!"

Dan pertengkaran kedua nya pun terus berlanjut hingga Rania yang telah kembali ke ruangan dimana suami dan sepupunya berada nampak sangat terkejut.

Mendapati ruangan yang kacau balau serta keadaan kedua lelaki tersebut yang nampak babak belur dan masih saling menindih membuat Rania nampak geram melihatnya.

"Stopp! Berhenti kalian berdua!" Teriak Rania.

Namun seolah kehadiran Rania yang tidak terlihat oleh keduanya membuat Rania semakin geram.

Hingga tak lama kemudian Rania pun membawa seember berisi air penuh dan menggugurkan ke tubuh dua pria yang masih tidak mau mengalah.

"Akhhh! Dingin!" Teriak Suga dan Steve berbarengan dengan kondisi tubuh yang sudah basah kuyup.

"Kalian kenapa sih masih seperti anak kecil?? Kenapa tidak sekalian bertengkar di tengah lapangan biar ada yang menonton dan ada yang menjadi wasit!" Ucap Rania dengan geram.

"Christian yang memulai mengataiku impoten dan katanya aku tidak pantas sama sekali untuk menikah denganmu. Padahal bukan kah aku ini sungguh pria normal kan, istriku??" Tutur Suga yang seolah meminta pembelaan istrinya.

"Suami kamu yang memiliki temperamen buruk sekali. Tidak bisa berhenti mengayunkan tinju begitu kalah adu mulut dengan ku. Bukan kah dia pantas di sebut pecundang?" Sanggah Steve dengan memperbaiki baju nya yang nampak kusut sekali.

"Apa dia pantas di sebut pria kalau mulutnya saja sangat pedas sekali seperti mulut wanita," ucap Suga.

"Berhenti kalian berdua! Sudah tua-tua masih saja bertengkar seperti anak kecil! Steve, aku pamit pulang lebih dulu! Jika kalian tidak ada yang mau mengindahkan ucapan ku sebaiknya kalian terus saja bertengkar dan jangan pernah berhenti karena tidak akan ada yang mau melerai kalian berdua sampai lebaran kucing sekalipun! Lakukan sampai puas!" Ucap Rania dengan nada yang begitu kesal meninggalkan keduanya.

"Ran! Tunggu!" Panggil Steve dan Suga bersamaan.