Yuki berusia lima belas tahun, ketika Dia menemukan rahasia mengenai asal usul ibunya yang selama ini terpendam rapat di sebuah kamar tertutup yang ada dalam rumahnya. Namun yang tidak Dia sangka, rahasia itu merubah masa depan dan kehidupannya.
Pertemuan kembali dengan Ayahnya dan jati dirinya mulai terkuat seiring dengan rentetan bahaya dan kematian yang mengikuti langkahnya.
Saat akhirnya Yuki menemukan cinta dari seorang Bangsawan, akankah Yuki akan tetap mengikuti takdirnya ?. Bahkan ketika Dua orang Pangeran mulai membayangi hidupnya. Memaksa Yuki untuk menjadi milik Mereka. Sang Bulan di malam musim dingin, ataukah Sang Mentari pagi di musim semi ?
Ikutilah kisahnya dalam Morning Dew Series
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Seminggu berlalu….
Tak terasa Yuki sudah berada didunia ini selama seminggu. Perlahan Dia mulai bisa berdamai dengan hidupnya dan berusaha mengalihkan pikirannya dengan menikmati kehidupannya di dunia ini.
Rena memiliki peran utama dalam membantu Yuki melewati proses adaptasinya. Mereka sering pergi ke kota untuk berbelanja makanan atau hanya berjalan-jalan menikmati suasana dipusat kota.
Udara di ibukota tempat Yuki tinggal cukup segar. Sedikit dingin malah. Jika malam hari Yuki harus mengenakan kaus kaki ketika akan tidur. Pernah lantai mamer di kamarnya sampai terasa dingin seperti es.
“Yuki apa Kau yakin tidak ingin Ayah temani ?” Tanya Perdana Menteri Olwrendho untuk kesekian kalinya. Dia masih menunjukan raut wajah yang cemas yang tidak disembunyikan.
Yuki mengelap mulutnya dengan saputangan setelah selesai memakan sarapannya, Juru masak di rumahnya sangat pintar memasak, Yuki sering harus mengingatkan dirinya untuk tetap mengontrol napsu makannya. Dia sudah menimbun banyak lemak selama seminggu ini. Dia harus memulai kembali diet dan melakukan olahraga lagi untuk menjaga proposi tubuhnya.
“Aku baik-baik saja Ayah, jangan cemaskan apapun” Kata Yuki mantap.
Hari ini adalah hari pertama Yuki akan pergi ke sekolah. Perdana Menteri Olwrendho sudah mendaftarkan Yuki di sekolah bangsawan yang terletak di pinggir ibukota. Untuk bersekolah disana, Perdana Menteri Olwrendho harus mengeluarkan uang yang cukup besar. Tapi Dia tidak masalah untuk itu. Ada banyak keluarga Bangsawan dan kalangan kelas atas yang bersekolah disana. Tapi ada juga murid dari kalangan biasa yang mendapat beasiswa karena prestasinya dari kerajaan. Perdana Menteri Olwrendho berharap Yuki akan mendapat teman sehingga Dia bisa melupakan dunianya sana.
Yuki sudah mencari informasi mengenai sekolahnya. Setengah dari Murid yang bersekolah disana adalah murid yang berasal dari negara lain. Yuki menjadi lebih tenang karena ada kemungkinan Mereka pun tidak saling mengenal.
Tingkat pendidikan didunia ini nyaris sama dengan dunia tempat Yuki dibesarkan. Untuk tingkat pertama adalah tingkat Gala, setingkat taman kanak-kanak sampai SD kelas empat.
Tingkat Arsa, setingkat SD kelas lima sampai SMP kelas tiga
Tingkat Kuldi, setingkat SMU
Dan yang terakhir adalah tingkat Basmana, setingkat perguruan tinggi
Total seluruh Murid disekolah ini adalah seribu lima ratus empat puluh tiga orang. Jadi, Yuki harus bisa berusaha untuk mendapatkan tempat disana. Atau Dia tidak tahu bagaimana menghadapi hidupnya disekolah nanti.
Melihat Perdana Menteri Olwrendho yang masih tidak bisa menyimpan kecemasannya, jadi Yuki kembali berkata dengan nada yang lebih lembut. “Aku tahu Ayah mencemaskanku, tapi Aku juga tahu Ayah banyak pekerjaan dan rapat yang tidak bisa diganggu. Ayah, Aku tidak ingin kehadiranku disini menjadi bumerang untuk Ayah, percayalah pada Putrimu ini dan bekerjalah seperti biasa Ayah”
Yuki memeluk lengan Perdana Menteri Olwrendho manja. Dia melanjutkan kata-katanya sambil meletakan kepalanya dipundak Perdana Menteri Olwrendho. “Lagipula Aku sudah biasa menghadapi suasana pindah sekolah di duniaku sana, tidak seburuk apa yang Ayah pikirkan”
Perdana Menteri Olwrendho terdiam. Dia tahu bagaimana kehidupan Yuki sebenarnya meskipun Dia tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya. Dia tahu dengan jelas bagaimana penderitaan anak dan istrinya selama ini didunia yang asing. Tapi Perdana Menteri Olwrendho bersyukur, Putrinya adalah gadis yang kuat. Di medan perang, jika Yuki ada disana Dia akan tampak rapuh dan bukan lawan bertempur yang bisa diperhitungkan, namun diluar dugaan Yuki adalah pejuang yang gigih. Dia sudah melalui banyak hal dan menjadi gadis yang luar biasa.
Perdana Menteri Olwrendho menghela nafas sesaat. Menyadari Dia terlalu meremehkan Putrinya.
Yuki memang berbohong saat Dia mengatakan sudah terbiasa. Bagaimana sudah terbiasa dengan suasana dan kehidupan yang baru ?. Dia hanya tidak ingin Ayahnya menjadi cemas.
...****************...
Sei, Pria yang dipilih sendiri oleh Perdana Menteri Olwrendho untuk menjadi kusir yang mengantar jemput Yuki sudah berdiri di samping kereta kuda ketika sosok Yuki dan Perdana Menteri Olwrendho mendekat. Kulit Sei berwarna kecoklatan, dengan tubuh kekar. Perawakannya tinggi, berambut hitam legam sebahu. Saat Dia tersenyum, sederet giginya yang berwarna putih bersih menghiasi wajahnya.
Yuki sudah beberapakali diantar Sei sebelumnya. Dan Yuki merasa cocok dengannya, Sei tidak terlalu kaku dalam memperlakukan Yuki seperti Rena yang selalu cerewet mengenai aturan seorang Putri.
“Aku sudah siap” Sei membiarkan Yuki membuka pintu kereta kuda sendiri. Rena hendak membuka mulut untuk memprotes, tapi Yuki sudah keburu menghentikannya. “Ayah Aku berangkat dulu” pamit Yuki sambil mencium pipi Perdana Menteri Olwrendho.
“Ayuk Sei, Kita berangkat” Yuki meloncat masuk ke dalam Kereta dan langsung menutup pintunya sendiri. Sei langsung duduk di belakang kemudinya.
“Yuki jika terjadi sesuatu Kau ingat kan harus bagaimana ?” Tanya Perdana Menteri Olwrendho meyakinkan untuk terakhir kali.
Yuki menunjukan Gulf miliknya yang baru dibelikan Ayahnya tiga hari yang lalu. Gulf adalah alat komunikasi berbentuk bulat seperti tempat bedak yang bisa dibuka dan ditutup. Dia berfungsi seperti Handphone, bisa menyimpan kode Gulf seseorang, juga berbicara dengan orang itu seperti melakukan panggilan vidio call. Hanya sayangnya Gulf tidak bisa mengirim pesan atau memiliki filtur kamera dan musik.
Kereta kuda berjalan perlahan. Suara rodanya bergemeletak di jalan. Yuki mencondongkan tubuhnya ke jendela untuk melambaikan tangan, Yuki tersenyum lebar tampak ceria dan menyenangkan. Dia terus melambai sampai sosok Perdana Menteri Olwrendho menghilang dari pandangannya.
Yuki masuk kedalam kereta dan menutup tirai jendela. Duduk terpekur dalam diam.
Sei menyadari perubahan pada Yuki. Dia tahu gadis itu merindukan dunianya yang lama. Dan gadis itu sangat takut apakah Dia bisa diterima di sekolahnya yang baru atau tidak.
“Sekolah tidak seburuk yang Putri pikirkan” Sei melirik Yuki yang berwajah muram di belakangnya. Sei paling tidak tahu bagaimana harus menghibur seorang gadis yang sedang bersedih.
Kereta akhirnya memasuki bukit, dengan jalan yang membelah hutan menjadi dua bagian. Setelah melewati hutan, Sei menarik tirai dari tempatnya hingga tirai yang tadinya menutupi jendela disamping Yuki terbuka. Yuki menatap pemandangan keluar dengan takjub. Angin menerpa rambutnya dengan kencang.
Beberapa bangunan besar berdiri diatas bukit, di bentengi oleh tembok yang besar, Ada lonceng besar di pusat bangunan, di atas sebuah menara yang tinggi. Sei menawarkan untuk berputar-putar mengendarai kereta kuda terlebih dahulu mengelilingi halaman sekolah yang luas sebelum Mereka pergi ke kantor kepala sekolah. Yuki tentu saja langsung menyetujui dengan antusias.
Sembari mengajak berputar, Dia menunjukan setiap bangunan yang Mereka lewati.
Dalam lingkungan sekolah, terdapat empat bangunan utama berdasarkan tingkat pendidikan di empat mata arah angin yang terpisah. Lalu ada juga bangunan untuk asrama putra dan putri. Di tengah bangunan, ada taman bunga yang luas. Di sisi belakang ada pacuan kuda, lapangan dan danau dengan beberapa angsa putih nan anggun yang berenang.
Yuki sampai penasaran, berapa uang yang dikeluarkan Perdana Menteri Olwrendho hingga Dia bisa diterima untuk bersekolah di sini.
Beberapa murid laki-laki dan perempuan berpakaian ala kerajaan melewati Yuki dengan pandangan penasaran. Yuki menunduk dengan gugup. Selama perjalanan dari rumah ke sekolah, Yuki telah melepaskan sebagian besar perhiasan di tubuhnya. Hanya dua buah cincin, anting kecil dan kalung dengan liontin terbuat dari batu giok berbentuk bulat sabit peninggalan Putri Ransah. Putri Ransah pernah bilang bahwa kalung ini memiliki pasangannya yaitu bagian dari belahan liontin yang lainnya. Dia meminta Yuki untuk tidak melepaskan kalung itu. Yuki mengabulkannya, dengan alasan kalung itu adalah peninggalan Putri Ransah yang sangat disayangi Yuki sebagai seorang Ibu.
Sei menghentikan kereta tepat didepan bangunan utama.
Yuki menendang bungkusan berisi perhiasan di bawah kolong tempat duduk, mengambil buku yang dibelikan Perdana Menteri Olwrendho dan kemudian membuka pintu kereta.
“Putri ingin ditemani masuk ?” Tanya Sei sambil menaikkan salah satu alisnya. Ekpresi nona kecilnya sungguh mengemaskan. Dia terlihat tegang.
“Tidak, Aku akan masuk sendiri. Bukankah Kau sendiri yang bilang untuk tidak mengkhawatirkan apapun”
“Benar” jawab Sei ringan. “Tapi jika ada apa-apa hubungi saja Aku, Aku akan berada disekitar sini untuk menunggu. Aku khawatir ada yang berniat menculik dan memungut dari jalanan karena melihat Putri yang sangat imut ini”
Yuki langsung memutar bola matanya, merasa konyol. Dia jadi teringat pada Phil. Phil suka bersikap konyol sama seperti Sei. Rena mengatakan bahwa Bibi Sheira tidak bisa mencegah Pangeran Riana untuk membawa Yuki kembali ke dunia ini, karena jika Dia sampai menolak perintah. Bibi Sheira akan langsung dibunuh karena dianggap membangkang pada kerajaan. Bahkan seharusnya Phil pun harus dibunuh kemarin karena Phil tidak boleh mengetahui asal usul Mereka. Tapi Pangeran Riana mengampuninnya.
Yang paling mengejutkan Yuki adalah kenyataan bahwa Rena adalah kemenakan dari Bibi Sheira.
Sei baru saja pergi dari hadapannya, ketika lonceng sekolah berdentang nyaring diatas menara. Yuki merasakan tanah dibawahnya sampai bergetar, mengingatkan mimpi yang pernah dialaminya. Karena bunyi lonceng tersebut semua murid yang tadinya berjalan santai, langsung berhamburan masuk menuju kelasnya masing-masing.