*Harap bijak membaca. novel ini mengandung cerita dewasa*
Kisah cinta antara Alaska dan Kejora yang diawali dengan perjodohan
Alaska mahasiswa kedokteran tingkat akhir di Universitas terkenal di Bandung yang Gaul, ganteng dan terkenal, banyak gadis yang mengejarnya tetapi agak arogan dan dingin atau cuek dipaksa menikah dengan dengan seorang gadis 19 tahun yang tidak dia kenal sebelumnya bernama Kejora gadis dari Bali yang seorang anak pesantren yang lemah lembut, cantik dan mempunyai mata yang indah dan kulit yang putih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak terduga
Kejora membuang nafas kasar, padahal dia merasa tak rela membiarkan suaminya pergi ke tempat pesta seorang diri.
Bukan cuma tak rela tapi dia juga takut hal buruk terjadi pada Aska.
Namun, tak mungkin jika dia memaksakan diri untuk pergi ke tempat itu, sementara kepalanya terasa sakit, badannya hangat, ia juga merasa sedikit mual.
Kejora memilih kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Ia juga mengganjal ponsel di hadapkan ke arahnya. Menunggu pesan atau bahkan panggilan video dari suaminya.
Padahal, mobil Aska baru saja keluar dari gerbang.
Kejora benar-benar merasa sendiri di sana.
Sementara Raya entah ada di rumah atau tidak.
Karena Kejora merasa sekarang Raya jarang ada di rumah
Apalagi kalau Diana dan Dirga dan juga Aska berada di pekerjaan, maka Raya juga belum pulang ke rumah.
Namun, Kejora tak ingin begitu ikut campur mungkin saja Raya sedang jalan-jalan atau nongkrong bersama teman-temannya.
Sementara itu, Aska menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Ia menoleh ke kursi sebelah yang terlihat kosong.
Biasanya, kursi itu ditempati oleh istrinya.
Aska mengambil ponsel lalu melakukan panggilan video.
Ia merasa kesepian sendiri di dalam mobil
Kejora menerima panggilan video dari suaminya, tentu saja ia langsung menerimanya.
seketika layar ponsel Aska dipenuhi oleh wajah cantik sang istri yang berbaring.
Bukan kata atau kalimat yang ia terima pertama kali dari istrinya melainkan ciuman dari layar ponsel.
Entah kenapa Kejora melakukan hal itu yang membuat Aska menjadi tertawa.
"Udah nyampe kak? Tanyanya seraya memperhatikan wajah sang suami yang sangat ia rindukan.
Padahal pria itu belum sampai satu jam keluar dari rumah
"belum ini masih diperjalanan, sebentar lagi nyampe " jawab Aska yang sekilas menoleh ke arah istrinya.
"Pasti kangen ya sama aku, makanya nelpon" ucap Kejora dengan penuh percaya diri.
Aska menoleh kearah layar ponsel yang ia letakkan di depan, lalu ia hanya tersenyum lebar.
Tak lama kemudian mobilnya sampai di alamat tujuan, Aska segera memarkirkan mobilnya dan keluar seraya membawa ponsel nya.
"Aku udah sampai, mmmm.. Udah dulu ya aku mau masuk, nanti aku telpon lagi, kamu istirahat aja dulu " ucap Aska sebelum masuk ke dalam gedung yang menjadi tempat pesta perayaan ulang tahun Martin.
"Ya udah kakak hati-hati dan jangan macam- macam! kata Kejora untuk yang ke sekian kalinya.
"Iya-iya, Udah dulu ya, bay! Aska memutuskan panggilan video itu meskipun dengan berat hati.
ia memasukkan ponselnya ke dalam saku dan melangkah ke arah tempat yang sudah terlihat ramai dari luar.
sebuah tempat yang dihiasi oleh lampu kelap-kelip diiringi dengan lantunan musik yang menggema.
Meski tidak suka dengan tempat yang seperti itu, namun Aska tetap masuk demi menghargai sahabatnya
Aska masuk dan tak lama kemudian ia melihat sekumpulan orang yang duduk bersama membentuk lingkaran.
Aska hafal betul ke-lima orang itu adalah sahabatnya dulu
Tanpa ragu dia melangkah mendekat ke arah pria-pria itu.
"Guys ada yang datang. Welcome dokter Alaska" ucap seorang pria berkemeja hitam ketika menyadari kedatangannya
Lalu, keempat orang lainnya ikut menatap ke arah Aska.
Pria itu mengembangkan senyum ketika mendapatkan sambutan dari pada sahabatnya.
"Thanks, brother!" mereka langsung bersalaman ala laki-laki.
"Wih, Aska, thanks udah datang Brad!" ucap Martin seraya mendekat ke arahnya.
Aska menoleh ke arah pria berjas hitam itu.
Martin terlihat rapi dan gagah.
Meskipun pria itu sudah hampir berkepala tiga , tapi Martin belum memutuskan untuk menikah di
Aska yakin, sahabatnya itu bukan tidak laku. Namun, entah apa yang membuat Martin tidak tertarik pada pernikahan.
Setelah saling bertegur sapa sebentar, Martin langsung mengajak temannya ke panggung utama. Yaitu tempat dimana akan meniup lilin.
Aska menurut, pria itu mengikuti setiap rangkaian acara meskipun perasaannya terus mengingat sang istri.
Martin meniup lilin pada sebuah kue yang berukuran besar.
Seketika terdengar riuh tepuk tangan dan sorak dari para tamu yang hadir.
Bukan hanya teman laki-laki tapi disana Aska juga melihat beberapa teman perempuannya
Namun, laki-laki itu tidak menyapa mereka
Bahkan, ada beberapa teman perempuannya yang mendekati. Namun Aska langsung menghindar.
Ia terngiang-ngiang ucapan Kejora agar tidak dekat-dekat dengan teman wanitanya. Meskipun itu sahabatnya.
Setelah acara tiup lilin selesai dia akan langsung berpamitan karena ia terus kepikiran Kejora yang menunggu di rumah.
Namun, Martin memintanya untuk bergabung sebentar dengan teman-teman yang lain
Mereka kembali duduk bersama, bertukar cerita dan diiringi alunan musik DJ yang mulai menggema
Tak sedikit orang yang berjoget dan meminum alkohol.
Aska semakin merasa tak nyaman ketika melihat itu.
"Udah tenang aja, kita gabung dulu disini, kita gak akan nyuruh kamu minum kok, Aska" Martin menarik tangan Aska yang membuat Aska terpaksa duduk di tengah-tengah sahabatnya yang lain.
"Aska minum?" tawar salah satu sahabatnya seraya menunjukkan sebotol wine ke arah Aska.
"Ah tidak, kalian minum aja dulu merokok" tolak Aska secara halus.
Pria itu mengambil sebungkus rokok dari saku celananya dan menaruh diatas meja dihadapan mereka semua,
Aska mulai membakar sebatang rokok itu dan menyesapnya dengan perlahan.
Meski sedang tak ingin merokok, Aska tetap melakukannya dari pada ia harus meminum alkohol.
"Tapi, kamu harus tetap minum, Ka. Tenang aja kamu gak harus minum alkohol kok. Kita menghargai kamu" Martin menepuk bahu Aska. Lalu, ia mengangkat tangannya memanggil sang pelayan.
Tak lama kemudian seorang wanita berpenampilan seksi datang sambil membawa segelas minuman. Yang langsung ia letakkan di hadapan Aska
"Minumlah, ini hanya minuman bersoda bukan alkohol" ucap Martin lagi sambil menunjuk ke arah segelas minuman di depan Aska
"Thanks" Aska mengambilnya dan meneguk minuman itu secara perlahan
Sebenarnya ia tidak begitu haus, hanya saja ia lebih menghargai Martin karena telah menyediakan minuman untuknya.
"Sama-sama, santai saja!" Martin tersenyum devil
Lalu, pria itu kembali mengangkat tangannya, ia memanggil pelayan yang senantiasa langsung menghampirinya sambil membawa sebuah nampan
"Saatnya kita mulai guys!" ucapnya dengan suara lantang yang membuat semua orang menoleh kearahnya, termasuk Aska.
Namun, kedua mata pria itu langsung tertuju ke benda yang terletak di atas nampan.
Matanya membulat sempurna dengan dada yang bergemuruh.
"Kita party!" ucap Martin dengan penuh semangat dan disambut sorak ceria dari teman-teman yang lain.
Mereka langsung mengambil benda kecil itu satu-satu dan langsung menikmatinya.
"Astaga sabu-sabu" gumam Aska seraya bangkit dari duduknya.
Seketika pria itu menatap tajam ke arah Martin yang sedang menikmati benda terlarang itu.
Kenapa kamu malah mengadakan pesta narkoba?!"
"Martin apa maksud kamu seperti ini? sergah Aska dengan mata yang menatap tajam dan rahang mengeras, bahkan pria itu sampai mengepalkan kedua tangannya.
"Santai saja Aska, aku tidak akan memaksamu untuk menikmati ini, tapi kamu juga tidak boleh mencampuri urusanku. Kalau kamu mau mencobanya, silahkan! Akan ku berikan gratis untukmu" Martin tersenyum lebar serta menyodorkan benda itu ke hadapan Aska.
"Setan! Sia-sia aku menghabiskan waktu datang ke tempat ini, lebih baik aku pulang saja!" Aska melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan.
Martin hanya tersenyum sinis ketika melihat sahabatnya itu berjalan keluar dari tempat itu.
Aska melewati beberapa orang yang sedang berjoget sambil meneguk alkohol yang mungkin saja sudah mereka campur dengan sabu-sabu.
Sungguh ini bukan tempat yang cocok baginya, Aska benar-benar menyesal telah datang kesana.
Ia juga tidak menyangka kalau Martin sampai melakukan hal itu di tengah pesta ulang tahunnya.
Aska akan keluar dari tempat pesta itu.
Namun, belum juga kakinya tiba di depan pintu keluar, ia langsung dikejutkan oleh beberapa pasukan berseragam yang menerobos masuk kedalam tempat itu.
"Angkat tangan! Kalian telah melakukan pesta narkoba di tempat ini!" ucap pria bertubuh kekar seraya menodongkan pistolnya ke hadapan Aska.
Seketika tubuh pria itu membeku, ia akan melarikan diri, namun sekali saja kakinya melangkah, maka tembakan akan melumpuhkan kakinya
Aska langsung mengikuti instruksi, ia mengangkat tangannya dengan wajah pasrah.
Seketika tempat itu dipenuhi riuh orang-orang yang berada di dalam ketika di grebek oleh petugas kepolisian.
Bahkan, tak sedikit yang melarikan diri lewat pintu belakang.
Namun, sayangnya Aska Tak bisa melakukan itu.
Ia menjadi sasaran pertama para aparat.
Seorang pria berseragam mendekat ke arahnya, lalu memasangkan borgol pada tangan Aska.
"Pak, saya tidak terlibat pada pesta ini, saya bisa jelaskan dan tolong lepaskan saya," mohon Aska dengan mata memanas.
"Kita jelaskan di kantor polisi saja!" seorang polisi menarik paksa tangan Aska untuk keluar dari tempat itu dan menyeretnya untuk masuk ke dalam mobil.
Seketika Aska ingin berteriak sekencang mungkin, ia benar-benar menyesal telah datang ke tempat itu.
"Martin sialan!" umpatnya dengan dada bergemuruh dan gigi mengerat.
"Jika aku tau akan seperti ini lebih baik aku menuruti perkataan Kejora untuk tidak datang ke tempat ini "
Seketika air matanya hampir menetes, ketika mengingat sang istri.
Mengingat Kejora yang minta di belikan martabak telur setelah ia pulang dari sana, mengingat ia akan membeli testpec untuk kehamilan sang istri.
"aaaarrrgh!" Aska mengacak rambutnya sendiri dengan kedua tangan yang sudah terikat borgol.
ndak kuliah dulu