NovelToon NovelToon
Menjadi Mata Untuk Suamiku

Menjadi Mata Untuk Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Angst
Popularitas:6.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.

Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.

Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

Dokter membuka pelan pelan perban yang menutupi mata White. Jantung pria itu berdebar berdebar kencang. Semoga saja apa yang dia takutkan tidak terjadi.

"Sekarang buka mata anda," titah Dokter.

White membuka pelan-pelan matanya. Rasanya sedikit perih. Sang mama yang berada disebelahnya, menggenggam tangannya erat. Gelap, dia tak melihat apapun meski matanya sudah terbuka. Dia meraba matanya, tak ada perban lagi disana, tapi kenapa dia masih tak bisa melihat apapun.

"Dok, kenapa gelap? Saya tak bisa melihat apapun."

Deg

Jantung Mama Nuri seperti berhenti berdetak. Air matanya luruh tanpa diminta. Ketakutan terbesarnya menjadi nyata. Putra satu satunya, mengalami kebutaan.

"Mah, Pah, kenapa semuanya gelap?" White menggerakkan tangannya kedepan, mencoba meraba apa yang ada. Samar-samar, dia bisa mendengar isak tangis mamanya. "Mah, aku gak butakan Mah?" White mencoba menyentuh apapun, hingga tangganya, berhenti pada sebuah lengan. Tapi dia tak tahu itu lengan siapa. "Dokter, saya tidak butakan?" White mengalami tremor. Sepanjang hidup, baru kali ini dia merasakan ketakutkan sebesar ini.

"Maaf Pak, terjadi kerusakan pada kornea mata anda. Hal itu mengakibatkan, anda tak bisa melihat."

White mencengkeram kuat lengan yang dia pegang. "Bohong, saya tak mungkin buta. Anda bohong kan Dok?"

"Sekali lagi, maafkan saya Pak."

"Enggak," teriak White dengan nafas memburu. "Aku tidak buta, aku tidak buta," dia terus berteriak frustasi.

Mama Nuri yang berada disisi White langsung memeluknya. "Tenanglah sayang, tenang. Pasti ada cara agar kau bisa melihat lagi." Dia berusaha membesarkan hati sang putra, meski dia sendiri tidak yakin. Mencari donor kornea mata bukanlah sesuatu yang mudah.

"Aku tak bisa melihat Mah, aku buta," tangis White pecah.

Papa Sabda yang melihat itu tak kuasa menahan air matanya. Putra yang dulunya sempurna, tiba tiba buta.

Tanpa mereka tahu, seorang gadis mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia adalah Airi, gadis itu ikut menangis. Gara-gara adiknya, seorang pria kehilangan penglihatannya. Dan sekarang, apakah dia masih punya muka untuk meminta kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan.

"Kamu siapa?"

Airi terkejut saat ada yang menepuk bahunya. Saat dia menoleh, seorang wanita cantik berdiri dibelakangnya. Cepat-cepat dia menyeka air mata yang menggenang dipelupuk mata.

"Sa, saya," Airi bingung mau menjawab apa.

"Bisakah kamu minggir, saya mau masuk."

"Ma-maaf, silakan." Airi minggir, memberi jalan wanita cantik itu masuk kedalam ruang rawat lalu menutup pintu.

"Raya," ujar Mama Nuri saat melihat calon menantunya datang.

"Tante, Om." Raya mendekat kearah brankar lalu mencium tangan Papa Sabda dan Mama Nuri.

Sementara Dokter dan suster, karena tugasnya sudah selesai, mereka pamit keluar.

Mengetahui calon istrinya datang, White merasa cemas. Ada ketakutan dalam dirinya jika Raya tak bisa menerima kekurangannya.

"White, perban kamu sudah dilepas?" Raya terlihat senang. Beberapa kali dia datang menjenguk saat White masih mengenakan perban. "Aku senang kau sudah sembuh. Hari ini aku membawakanmu apel, apa kau mau aku mengupaskannya?"

White hanya diam saja sambil menunduk.

"Lihatlah ini kesukaanmukan, apel hijau?" Raya menunjukkan sebuah apel kehadapan White. Tapi dia merasa aneh, pandangan White tak mengarah pada apel tersebut. "Sayang, kau tidak apa apa kan?"

"White tidak bisa melihat," ujar Mama Nuri.

Plug

Apel yang dipegang Raya seketika terjatuh. Tubuhnya langsung lemas mengetahui jika calon suaminya buta.

Papa Sabda, dia mengajak istrinya keluar. Memberi ruang untuk White dan Raya bicara dari hati kehati. Bagaimanapun juga, ini masalah serius. Dan mereka sendirilah yang paling berhak untuk memutuskan seperti apa kedepannya.

Keluar dari kamar, Mama Nuri terkejut melihat seorang gadis berdiri tak jauh dari pintu kamar rawat White. Dia seperti pernah melihat gadis tersebut, tapi dimana, dia lupa.

Airi menghampiri orang tua White, tangannya terulur kedepan untuk menyalami mereka.

"Siapa kamu?" tanya Papa Sabda sambil menjabat tangan Airi.

"Sa-saya Airi."

"Airi, siapa?" Mama Nuri mengerutkan kening.

"Saya kakak dari pemuda yang motornya bertabrakan dengan mobil putra anda."

Sorot mata Mama Nuri yang awalnya biasa saja, langsung berubah menjadi benci. "Jadi kau keluarga tersangka?"

Airi hanya menunduk.

"Untuk apa kau kesini?" tanya Mama Nuri.

"Sa-saya mau meminta maaf atas nama adik saya."

Mama Nuri tersenyum miring. "Hanya meminta maaf, atau ada maksud lainnya?"

Airi ragu untuk mengatakannya, tapi dia tak ada pilihan lain. Dia harus mencoba meski kemungkinan besar tidak akan disetujui.

"Bisakah jika kasus ini diselesaikan secara damai?"

Mama Nuri tersenyum sekaligus menangis. Damai? Putranya kehilangan penglihatan dan semua ini ingin diselesaikan secara damai? Gadis didepannya itu terlalu naif. "Kau lihat dinding disebelahmu."

Airi menoleh dan melihat dinding disebelahnya.

"Apa warnanya?" tanya Mama Nuri.

"Pu-putih," sahut Airi terbata.

"Dan pintu itu, apa warnanya?" Mama Nuri menunjuk pintu ruang rawat White.

"Co-coklat."

"Kau bisa tahu semuanya. Tapi putraku, putraku didalam sana_" Mama Nuri memegangi dadanya yang sesak. "Putraku tak bisa melihat apapun. Putih, Abu, coklat, bahkan untuk menatap wajahnya sendiri dicermin saja, dia tidak bisa," teriak Mama Nuri sambil menangis histeris.

"Sabar Mah, sabar," papa Sabda mencoba menenangkannya.

"Apakah menurutmu semua ini adil. Apa adil jika anakku buta sedang adikmu tak mendapatkan ganjaran yang setimpal. Apa ini adil hah?" teriak Mama Nuri sambil mengguncang bahu Airi.

Airi menangis, dia tahu ini tak adil. Tapi melihat adiknya dipenjara, dia tak akan sanggup. Belum lagi ibunya, wanita itu pasti seperti hidup tanpa nyawa jika Abian dipenjara.

"Mah, tenangkan dirimu Mah." Papa Sabda menarik tangan Mama Nuri agar melepaskan Airi. "Maaf, sepertinya kami harus pergi. Untuk urusan kecelakaan ini, kami sudah menyerahkannya pada pengacara," Papa Sabda membawa Mama Nuri pergi dari sana.

"Kejam sekali mereka Pah. Setelah membuat Whiteku buta, dengan tak tahu malunya meminta damai." Airi masih bisa mendengar itu meski Mama Nuri sudah berjalan cukup jauh.

Dengan langkah lunglai, Airi kembali keruang rawat adiknya. Didepan ruang rawat Abian, terlihat ibunya sedang duduk melamun.

"Bu." Airi menyentuh bahu ibunya lalu duduk disebelahnya. "Kenapa Ibu tidak masuk kedalam?"

Bu Soraya hanya diam. Tatapan matanya terlihat kosong.

"Bu, ayo kita masuk." Airi menggenggam tangan ibunya yang terasa dingin.

Bu Soraya menarik tangannya. "Ibu mau disini saja," acapnya lemah.

Airi menghela nafas berat lalu menyandarkan punggungnya.

"Abian tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Ayah kalian meninggal saat Bian masih berusia 3 tahun. Dan itu semua karena Ibu. Kalau saja malam itu Ibu tak menyuruh ayah kalian pergi membeli sate, ayah kalian pasti masih hidup. Dia tak akan bertemu begal dan meninggal secara mengenaskan." Bu Soraya menangis mengingat kejadian belasan tahun silam.

"Itu bukan salah Ibu." Airi menangis sambil memeluk Ibunya dari samping.

"Ibu dengar, pria yang ditabrak Abian adalah orang kaya. Mereka pasti membayar pengacara hebat untuk menjebloskan Bian kepenjara. Ibu tak akan sanggup melihat Bian dipenjara Ai, Ibu tak sanggup. Nanti, Ibu akan bicara pada Pak Hakim, biar Ibu saja yang menggantikan Bian dipenjara, biar Ibu saja." Bu Soraya menangis sambil menepuk nepuk dadanya yang terasa sesak. Abian anak yang baik, dia tak sengaja menabrak. Mana mungkin dia sanggup melihat putra kesayangannya dipenjara.

1
EsTefaYe
ternyata bab ini mengandung bombay/Cry//Cry/
EsTefaYe
tetap tegar & semangat....mudah di katakan tp sulit dilaksanakan/Sneer/
EsTefaYe
masa lalu biarlah berlalu..., krn yg qt jalani adalah masa sekarang & masa depan/Casual/
Wesley Cherrylava
Dua kali aku maraton baca dua kali juga aku dibawa baper senyum² sdr.Bagus ceritanya alur bahasanya
EsTefaYe
woow disin anak2 dh pd gede
ada haidar anak rania
lovely anak saga
ryu anak meo
anak asep jg nongol bentar/Good/
EsTefaYe
ooh jd ceritanya ai adalah mantan ryu anak romeo & rere, tp koq ayleen blm menikah kan mereka nikah muda??
Wesley Cherrylava
Mau cari dimana istri seperti Airi?
Alvie Pinyamoenandar
sumpah thor ak candu banget sama ceritamu. ini kali kedua ak baca tapi tetep aja bikin aku termehek mehek 😭
Milala Bre Karo
Kecewa
Milala Bre Karo
Buruk
My atee
Luar biasa
kartika wayankartika
jujur lebih baik dari pada tau dari orang laij'sakit
Dewi Hutabarat
Luar biasa
Nimas Bin Udin
semangat love Uda ada sinyal tu dari ryu
Nimas Bin Udin
kn mau d pesta ulang pernikahannya
Nimas Bin Udin
eeh Uda baik hati d tawarin malah mdnolak y witte g asiik
Nimas Bin Udin
yeee yang mau dineer .
Nimas Bin Udin
lagi bahagianya g tau nanti godaan nya datang seperti apa mungkin nanti klo ketemu mantan raya dia pasti kembali dan memohon kembali lagi sama kmu witte
Nimas Bin Udin
mkang bercandak itu harus tepat dan jangan salah
Nimas Bin Udin
mau up up y lanjut hoor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!