NovelToon NovelToon
Love Me, Again

Love Me, Again

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak / Perjodohan / Patahhati
Popularitas:8.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: embunpagi

Hampir separuh dari hidupnya Gisell habiskan hanya untuk mengejar cinta Rega. Namun, pria itu tak pernah membalas perasaan cintanya tersebut.

Gisell tak peduli dengan penolakan Rega, ia kekeh untuk terus dan terus mengejar pria itu.

Hingga sampai pada titik dimana Rega benar-benar membuatnya patah hati dan kecewa.

Sejak saat itu, Gisel menyerah pada cintanya dan memilih untuk membencinya.

Setelah rasa benci itu tercipta, takdir justru berkata lain, mereka di pertemukan kembali dalam sebuah ikatan suci.

"Jangan sok jadi pahlawan dengan menawarkan diri menjadi suamiku, karena aku nggak butuh!" ucap Gisel sengit

"Kalau kamu nggak suka, anggap aku melakukan ini untuk orang tua kita,"

Dugh! Gisel menendang tulang kering Rega hingga pria itu mengaduh, "Jangan harap dapat ucapan terima kasih dariku!" sentak Gisel.

"Sebegitu bencinya kamu sama abang?"

"Sangat!"

"Oke, sekarang giliran abang yang buat kamu cinta abang,"

"Dih, siang-siang mimpi!" Gisel mencebik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Bandara Internasional....

Seorang gadis cantik, mengenakan kaca mata hitam, berjalan dengan anggun Bandara diikuti oleh sang asisten yang setia menemaninya. Beberapa menit ya lalu, setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang akhirnya untuk pertama kali setelah empat tahun berada di luar negeri, ia bisa menghirup udara negara kelahirannya.

Gadis yang kini sudah berusia dua puluh lima tahun itu berjalan dengan penuh percaya diri di Bandara. Diikuti oleh Melisa yang ikut dengannya.

Gisel sengaja tak memberitahu kepulangannya kepada keluarganya yang seminggu lebih cepat dari rencana awalnya.

Gisel dan Melisa sengaja naik pesawat biasa demi melancarkan niatnya untuk memberikan kejutan kepada monny dan daddinya.

"Nona, apakah ada yang datang menjemput kita?" tanya Melisa.

Gisel menghentikan langkahnya lalu melepas kaca mata hitamnya, "Tidak, kita akan naik taksi, Mel," jawab Gisel.

Tak lama kemudian keduanya sudah berada di dalam taksi menuju ke kediaman utama keluarga Parvis.

Sepanjang jalan, Gisel berdecak kagum dengan perubahan yang terjadi di tanah kelahirannya tersebut. Banyak sekali perubahan yang terjadi terutama soal banyaknya gedung pencakar langit, cafe perumahan dan lainnya yang kian memadati kota Jakarta.

Empat tahun ia pergi dan meninggalkan banyak sekali perubahan, sama seperti hatinya yang kini juga sudah berubah.

"Waktu telah merubah segalanya," gumam Gisel saat ia melihat gedung tinggi dimana nanti ia akan bekerja di sana. Yaitu gedung BaileyTex yang ada di Jakarta yang berada di bawah kepemimpinan kakak iparnya. Gedung itu juga tampak mengalami perubahan dari sebelumnya.

"Ya, nona?" tanya Melisa yang merasa mendengar sesuatu tapi tidak jelas.

"Itu, gedung itu adalah tempat kita akan bekerja nanti, Mel!" Gisel menunjuk perusahaan kakak iparnya.

Melisa mengikuti arah telunjuk Gisel dan membaca nama BaileyTex di sana, "Tidak kalah bagus dengan yang di Paris," ujarnya kagum.

"Ya, tapi jujur, aku lebih menyukai di Paris dari pada di sini," gumam Gisel. Kalau bukan karena keluarganya, ia tak ingin kembali.

.

.

.

Saat taksi yang di tumpangi Gisel sampai di kediaman Parvis, Anes sedang sibuk di taman belakang dengan tanaman-tanamannya. Ia sama sekali tidak tahu jika halaman depan sana putri semata wayangnya telah sampai.

Gisel turun dari taksi, diikuti oleh Melisa. Melihat nona muda datang, salah satu pelayan datang menghampirinya, "Nona, kenapa tidak bilang kalau nona akan sampai sekarang?" sapanya.

"Mommy mana?" tanya Gisel sembari melangkahkan kakinya menuju ke teras.

"Nyonya ada di taman belakang, saya akan panggilkan sebentar!" sahut pelayan.

"Tidak usah, biar akubyabg ke sana!" ucap Gisel," Tolong bawa koperku ke kamar!" imbuhnya.

"Baik, nona," sahut bibi.

"Nona, maaf!" sela Melisa, membuat Gisel menghentikan langkahnya.

"Bolehkan saya langsung ke apartemen?" tanya Melisa mumpung taksi yang di tumpangi belum pergi.

"Hem, gunakan waktumu untuk beristirahat. Besok kau harus kembaki bekerja seperti biasa," ucap Gisel dan Melisa mengangguk lalu pamit.

Gisel melanjutkan langkahnya menuju ke halaman belakang. Dimana ibunya sedang menyirami bunga mawar kesayangannya.

"Rajin benar, nyonya. Sampai tanaman aja diajak bicara," ucap Gisel tersenyum.

"Ya begini kalau punya tanaman memang harus di rawat penuh sayang dan sering-sering diajak bicara, kalau tidak ya tidak akan tumbuh subur bahkan mati," jawab Anes tanpa sadar siapa yang menyapanya barusan.

"Hem, segitu fokusnya sama tanamannya sampai lupa sama suara anak sendiri, mommy!" ujar Gisel.

Anes langsung menoleh, "Ya ampun, sayang! Sejak kapan kamu datang?" Anes langsung meletakkan selang di tangannya, melepas apron yang ia kenakan lalu menghampiri Gisel.

"Sejak mommy mengajak bunga-bunga itu bicara tadi," jawab Gisel.

Anes langsung memeluk putri bungsunya tersebut, matanya langsung berkaca-kaca.

"Kamu kenapa nggak bilang kalau pulang sekarang? Kan bisa di jemput, sayang,"

"Sengaja Gisel pukang diam-diam biar sureprise, udah dong jangan nangis. Anaknya pulang kok malah nangis, sih?" Gisel mengurai pelukannya lalu mengusap air mata di wajah momminya.

" Kamu makin kurus. Ayo masuk, momyy akan masakkan makanan kesukaam kamu, sebentar lagi daddy juga pulang. Kita makan malam bersama," ucap Anes.

Gisel memeluk mominya," Mommy emang yang terbaik!"ucapnya. Padahal menurutnya tubuhnya ideal. Bahkan ia harus diet demi menjaga berat badannya.

" Ayo Gisel bantuin, Gisel kangen banget masakan mommy. Setiap kakak ipar kirim photo masakan mommy ke Gisel, selalu bikin ngiler! "

.

.

.

Keesokan harinya...

"Pagi, dad, mom!" sapa Gisel kepada kedua orang tuanya di meja makan.

"Pagi sayang," balas Alex dan Anes bersamaan.

"Kok sepagi ini sudah rapi?" tanya Anes.

"Kan Gisel mulai kerja di kantor kakak ipar hari ini, mom," jawab Gisel, ia menerima sandwhich yang di ulurkan oleh Anes.

"Secepat ini? Apa kamu tidak capek? Setidaknya istirahatlah beberapa hari lagi, sayang," ucap Anes.

"Justru kalau kebanyakan istirahat buat aku capek, mom. Banyak pekerjaan yang menungguku. Lagian sebentar lagi aku juga cuti lagi buat menikah, kan?"

"Soal itu... Berhubung kamubsudah pulang , lusa daddy akan mengadakan makan malam di rumah, sekalian untuk membicarakan acara pertunangan dan pernikahan kamu," ucap Alex.

"Daddy atur saja, Gisel ikut aja," sahut Gisel.

Selesai menghabiskan sandwhichnya, Gisel langsung pamit berangkat ke kantor dengan diantar oleh sopir.

.

.

.

Di tempat lain...

"Sory ya, Ga. Aku ngerepotin! Mobilku lagi di bengkel soalnya," ucap Nandira setelah masuk ke dalam mobil Rega.

"Nggak apa-apa, lagian kita kan searah. Berangkat sekarang?" sahut Rega.

"Iya, aku ada visit pagi ini," jawab Dira.

Rega pun melajukan mobilnya dari parkiran apartemennya.

Sepanjang jalan, Rega tak banyak bicara. Ia hanya sesekali menimpali ucapan Dini. Membuat wanita itu sedikit kesal. Pria yang duduk di sampingnya tersebut tak oernah berubah sejak dulu, selalu bersikap datar kepadanya.

"O ya, Ga. Kamu udah sarapan belum? Ini aku bawa bekal, soalnya tadi aku belum sarapan, mau aku bagi?" tawar Nandira, ia membuka kotak bekalnya lalu mengambil sandwhich dan menyodorkannya kepada Rega.

"Tidak, terima kasih. Aku udah sarapan tadi," tolak Rega tanpa menoleh.

Nandira terpaksa memakannya sendiri, padahal bekal itu sengaja ia buat untuk pria yang ia sukai sejak SMA tersebut. Sangat sulit untuknya meluluhkan hati pria tersebut.

Pemandangan macet selalu menjadi makanan mereka setiap paginya. Biasanya Rega lebih suka mengendarai sepeda motor sportnya dari pada mobil karena ia akan lebih cepat sampai. Namun, karena semalam Nandira menghubunginya untuk nebeng ke rumah sakit pagi ini, ia memilih menggunakan mobilnya.

"Sepertinya di depan terjadi kecelakaan makanya ini macetnya parah banget gini," Ucap Dira.

"Sepertinya begitu," sahut Rega. Dengan sabar ia menunggu mobil di depannya berjalan, berbeda dengan Nandira yang sudah mulai tak sabar bahkan mengomel dalam hati.

Di tengah-tengah kemacetan tersebut, sekilas Rega seperti melihat seseorang yang ia kenal di dalam mobil yang berhenti di sisi kiri mobilnya.

"Gisell?" gumamnya antara percaya dan tidak.

"Ga, jalan! Itu mobil depan udah jalan," ucap Nandira.

...****************...

1
Yundari Gayosa
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Kurnaesih
/Facepalm//Slight//Slight//Facepalm/
angkasa
Rega jadi cowok tidak tegas
Kurnaesih
mampir lanjut Ade nya elang penisirin 🥰
Keyko Khaka
sumpah smpe ckiet perutku gara2 ngakak baca di part nie , keren Thor , menghibur bngitz 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍
Katina
Luar biasa
gemini
la kok jadi betah
gemini
ya tuhan
Taris
Lumayan
maria handayani
/Shy/
Kunaenah
banyak typonya pembaca hrs pintar2 mencerna maksud dr othor😇😇😇😇😇😇😇
Mei Prw
luar biasa
Mindarsih 19
Luar biasa
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
antara lelaki paling nda guna d dunia novel🤣🤣🤣sendiri buka ruang buat Nadhira mendekat baru konon play victim 😌😌
Selvi Sitio
mampir kekaryaku ya teman-teman @Sipencuri hati mafia & @Jangan ikuti aku. Terimakasih💚
tuti sriyono
Luar biasa
Tiwi
keren
Khoirum Madinah
Luar biasa
Sri Siyamsih
lm" sikap gisel jg nyebelin.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!