Nana adalah kembang desa yang sangat cantik, Ada lima pemuda yang pernah melamar dia dan semua nya di tolak dengan berbagai alasan.
Hingga suatu hari Nana merasakan dada nya sangat sakit luar biasa, Berobat kedokter sudah dan di nyatakan tidak ada kanker payudara. Namun payudara nya sangat sakit, Seminggu kemudian sudah membusuk dan membuat Nana sangat menderita.
Banyak yang menduga bahwa Nana di santet.
Siapa kah yang sudah menyantet Nana?
Mampu kah Nana melawan santet ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Tuduhan Lupi
Seluruh kampung gempar karena hilang nya Nana yang sangat misterius, Menurut penuturan nya Nani hilang saat masuk kedalam kamar mandi dan celana yang Nana pakai ada di dalam sumur, Namun sampai sumur nya kering di sedot dengan mesin air, Tubuh Nana juga tak kunjung di temukan. Entah kemana pergi nya dan polisi juga sudah bergerak untuk mencari kemana pergi nya Nana ini, Di hitung dengan malam hilang nya berarti Nana sudah tiga hari empat malam hilang nya. Rasa nya sangat membuat orang tua nya sangat tersiksa, Bu Asih tak berhenti menangis karena pusing dengan kejadian yang menimpa putri sulung nya yang terusan mendapat cobaan. Warga kampung juga beramai ramai mencari kesetiap tempat untuk menemukan kembang desa yang tiba tiba saja menghilang nya, Bahkan bisa di bilang sangat misterius, Karena dari kamar mandi dan hilang begitu saja sampai sekarang tanpa bekas.
Melli dan Nani adalah saksi yang melihat Nana terakhir kali nya ketika gadis itu ingin pergi masuk dalam kamar mandi, Lalu sampai sekarang tak ada tampak lagi batang hidung nya, Bu Asih tak mau pulang kerumah sebelum Nana di temukan karena dia membayangkan sang anak sedang sakit parah, Lalu malah hilang entah kemana, Itu yang membuat hati seorang Ibu begitu berduka.
"Kemana sebenar nya Nana? Aku heran kok bisa hilang begini." Keluh Ahmad.
"Memang agak aneh ya hilang nya, Atau itu karena karma?" Sahut Lupi.
"Apa sih kau ini?! Apa apa pasti kau sangkut paut kan dengan karma." Sentak Davin kesal sendiri.
"Setiap perbuatan itu ada karma nya, Vin!" Lupi tak mau kalah.
"Dia menolak lamaran kita itu adalah hak nya! Kalau memang Nana tak suka ya sudah, Ngapain juga kau bawa bawa karma." Davin sangat kesal sekarang.
"Bela saja terus! Padahal kau juga di tolak." Sewot Lupi.
"Kan sudah ku bilang kalau itu hak dia! Kecuali kalau masalah nya seorang pria menghamili gadis, Lalu pria nya tak mau tanggung jawab, Baru itu bisa di sebut karma! Ini kan Nana memang punya hak untuk menolak kita, Dasar kau nya saja yang tak terima nasib karena di tolak." Davin menjelaskan panjang lebar.
"Kalian ini pada ngapain sih? Kenapa malah membahas kemana mana!" Sentak Ahmad.
Terdiam dua pemuda ini karena mereka malah debat dengan pikiran masing masing, Lupi sangat kesal karena Davin tak sejalan dengan pikiran nya, Padahal dia ingin tadi Davin setuju dan ikut mengatakan bahwa Nana memang kena karma karena banyak menolak lamaran pria, Tak tahu nya malah mengajak debat.
"Kalau kau memang tidak ihklas membantu untuk cari Nana, Maka tak usah lah ikut." Andi berkata pada Lupi.
"Aku tidak masalah mau membantu siapa pun, Cuma aku bilang saja kalau ini karma." Lupi masih berusaha menjelaskan.
"Itu berarti kau tak ihklas, Mana ada orang ihklas masih mengatai." Cetus Hendra melirik Lupi.
"Dari kemarin aku merasa kau sangat dendam dengan Nana, Jangan jangan kau adalah biang masalah ini." Tuduh Andi.
"Bicara apa kau?!" Sentak Lupi.
"Kan kata nya Nana kena santet, Tak menutup kemungkinan bahwa kau lah pelaku nya." Hendra juga ikut menuduh.
"Jaga bicara kalian ya! Kalau pun ada yang harus di curigai, Maka Davin lah orang nya." Lupi malah menuding Davin.
"Memang Mbah Davin dukun, Tapi kan orang lain juga bisa datang kepada nya." Ujar Ahmad.
"Gila ya kalian! Bisa bisa nya malah menuduh ku, Sialan." Umpat Lupi.
"Karena hanya kau yang paling berkoar koar, Lup! Di antara kita yang cuma kau yang paling sakit hati pada tolakan nya Nana." Ahmad menatap Lupi tajam.
Lupi mengusap wajah nya kasar karena tak percaya dengan tuduhan teman teman nya ini, Hanya karena tadi membahas karma malah sekarang kena tuduh bahwa dia adalah pelaku pembuat santet yang hinggap di tubuh nya Nana.
"Kalian salah orang, Bukan aku yang patut di curigai." Bentak Lupi.
"Jadi menurut mu aku yang pantas di curigai?!" Davin mendekati Lupi.
"Tentu saja iya! Kau melamar Nana dua kali dan Mbah mu dukun." Teriak Lupi.
"Mbah ku tak pernah menggunakan ilmu nya untuk keluarga! Selalu orang lain yang minta kepada nya." Geram Davin.
Lupi terdiam karena Davin sudah sangat marah sekarang, Namun dia juga tak terima bila di tuduh bahwa dia lah yang sudah membuat santet untuk Nana, Merasa tak terima karena dari sekian banyak orang kenapa harus dia yang tertuduh, Padahal mereka ada lima orang dan mereka juga pernah melamar Nana.
Sejenak rombongan ini terdiam karena tenggelam dalam pikiran masing masing, Mereka memang selalu bersama walau kadang ada bertengkar nya juga. Mungkin itu lah yang di nama kan sahabat sejati, Separah apa pun pertengkaran, Maka mereka pasti akan kumpul lagi dan bercanda bersama, Karena memang sudah sejak kecil mereka bersama.
"Kita pisah saja di simpang ini, Mari cari kesana." Ahmad menunjuk pinggiran sungai.
"Ya sudah, Aku sama Andi kesana." Hendra menujuk area sawah.
Davin yang ikut dengan Ahmad karena Lupi sudah masuk rombongan nya Hendra, Biar lah emosi nya reda dulu baru berbicara dengan Lupi yang mulut nya asal saja bila berbicara. Kesal hati Davin karena mentang mentang punya Mbah dukun maka bisa seenak nya saja di tuduh dengan nya, Padahal dia sama sekali tak tahu masalah santet. Ahmad menepuk pundak Davin agar tak terbawa emosi karena ucapan Lupi tadi, Biar lah di anggap angin lalu saja dan sekarang fokus mencari Nana yang belum juga di temukan oleh orang orang.
"Kasihan ya Bu Asih, Kata Ibu ku dia tak mau diam." Ujar Ahmad.
"Ibuku juga bilang begitu, Bahkan tadi malam dia mau keluar rumah mencari Nana." Jawab Davin.
"Orang tua mana yang tidak cemas bila anak nya hilang, Mana Nana juga sedang sakit." Sahut Ahmad.
"Kau percaya kalau dia memang kena santet?" Tanya Davin.
"Entah lah, Aku juga tak seberapa yakin tentang hal itu." Ahmad berkata sambil menghembuskan nafas panjang.
"Kemarin saat menjenguk nya, Tak sengaja ku lihat ada sosok yang sangat menyeram kan di rumah Nana." Davin akhir nya cerita.
"Apa?!"
"Aku tak bohong, Sosok itu memang sedang tak menyakiti Nana, Namun dia seperti nya sangat jahat." Ujar Davin.
Merinding tubuh Ahmad karena dia memang penakut bila soal hantu, Apa lagi yang cerita adalah teman nya sendiri, Memang sakit Nana agak aneh sehingga membuat orang percaya bahwa itu memang lah santet.