NovelToon NovelToon
Satu Atap Dengan Bandar NarkoCINTA

Satu Atap Dengan Bandar NarkoCINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Identitas Tersembunyi
Popularitas:20.1k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Markus, terjerat hukuman mati usai dinyatakan sebagai pelaku pengedaran obat-obatan terlarang dalam jumlah besar.

Namun, ketuk palu hakim tak segampang itu membuat nyawanya melayang. Markus berhasil lepas dan hidup dengan menyembunyikan identitas aslinya dihadapan publik, meski seluruh dunia menyangka jika dirinya telah mati.

Memulai hidup dengan nama baru dan sebatang kara, Markus tinggal di lantai dua sebuah rumah yang disewakan seorang janda tak beranak.

Interaksi keduanya yang terbilang cukup sering menumbuhkan benih-benih cinta tanpa disadari. Akankah keduanya menjalin hubungan serius? Lantas apa yang akan terjadi jika indentitas Markus kembali terkuak?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membuat Pipinya Merah Lagi

Vanes bersemangat begitu menerima tawaran Markus untuk memasakkan makanan pria itu, sorenya dia langsung belanja ke pasar langganan yang tak jauh dari rumah.

Belanjaannya sampai penuh dua kresek besar, sekalian Vanes beli untuknya juga, uang yang Markus beri khusus untuk keperluan Markus sendiri sedangkan Vanes tetap memakai uang miliknya.

Dengan berjalan kaki Vanes menyeret kakinya selangkah demi selangkah sembari memandang langit senja yang begitu indah.

Sesampainya didepan rumah Vanes tak sengaja bertemu salah satu tetangganya, kedua perempuan itu saling sapa satu sama lain.

"Habis dari pasar, mbak? Rajin sekali"

"Iya, Mbak Dwi. Isi kulkas sudah pada habis di rumah" cetus Vanes cekikikan.

"Ahh... Begitu. Oh ya, mbak... Spanduknya sudah tidak dipasang lagi ya, sudah ada yang mengisi?" Tanyanya mengubah topik pembicaraan.

"Sudah, mbak. Baru dua hari lalu ada yang isi"

"Siapa, mbak?"

"Perantau, mbak. Katanya sedang ada proyek disini"

"Proyek? Jadi dia laki-laki?"

Vanes membenarkan, orang-orang disini memang belum mengenal Markus, Markus tak pernah keluar rumah kecuali malam hari saat semua orang diam di dalam rumah mereka.

"Jadi penasaran bagaimana orangnya, baik tidak mbak?"

"Baik, kok. Tapi jarang keluar karena kebanyakan kerja di rumah"

"Ohh.... Pasti orang sibuk ya" pikir sang tetangga.

Mereka pun berbincang hingga lima belas menit lamanya, barulah setelah itu Vanes bisa masuk ke rumah untuk menyimpan belanjaannya di dapur.

"Hufttt.... Bingung juga belanja sampai sebanyak ini!" Vanes menghela nafas sambil berkacak pinggang.

Vanes banyak membeli bahan-bahan yang jarang di beli karena harganya yang lumayan mahal, kali ini dia mengambilnya karena tak mau membuat Markus bosan dengan makanan yang biasa Vanes pasak, lagipula itu juga menggunakan uang Markus sendiri.

"Kau dari mana?" Seru seseorang yang baru saja memasuki dapur.

"Saya baru dari pasar, Tuan"

"Kau langsung belanja ke pasar sore-sore begini? Memang masih ada yang menjualnya?" Markus terheran, sebab setahunya pasar hanya buka di pagi hari.

"Hanya beberapa, salah satunya penjual langganan saya. Jadi saya sering ke pasar ketika sore hari karena tidak terlalu banyak orang yang kesana" jelas Vanes.

Markus mengambil air putih dan meminumnya, dia tak langsung naik lagi, melainkan duduk di meja makan memandang kegiatan Vanes yang sedang membuka hasil belanjanya.

Seharian dia diam di kamar, bosan dan tubuhnya jadi kaku karena terlalu banyak berbaring di kasur.

Kini begitu melihat Vanes Markus memilih mengobrol guna menghilangkan rasa jenuh.

"Kau mau masak apa untuk makan malam?"

"Saya mau membuat udang goreng tepung dan sayur bayam, anda suka pedas? Kalau suka saya juga mau membuat sambalnya"

"Aku tidak terlalu kuat makan pedas, kau saja yang makan"

"Hemm... Baiklah, saya akan buat sedikit saja sambalnya"

Vanes lantas memasukkan belanjaan itu ke dalam kulkas, Markus pun bangkit untuk membantu si pemilik rumah.

"Biar aku bantu"

Vanes membiarkan Markus bergabung bersamanya, menempatkan bahan-bahan sesuai tempat, rupanya Markus cukup mengerti untuk membereskan barang-barang.

"Makanan apa ini? Tanya Markus memandang aneh dengan apa yang dia pegang.

"Itu tempe"

"Bukankah ini busuk? Kacangnya sudah berjamur begini, apa kau tidak melihatnya saat membeli" ungkap Markus.

Vanes tercengang mendengar penurunan tersebut, seketika ia tertawa lepas sampai suaranya ikut memantul disana.

Markus menaikkan satu alis saat Vanes malah tertawa mendengar ucapannya barusan, apanya yang lucu? Dia sedang bicara serius tentang makanan basi ini, atau mungkin Vanes sedang menertawakan tingkahnya sendiri.

"Ada apa? Kenapa kau tertawa?"

"Hahaha.... Tuan jangan bilang anda belum pernah melihat makanan itu sebelumnya?"

Dan Markus pun menggelengkan kepala.

"Memang tidak"

Sambil memegang perutnya yang keram akibat guncangan saat tertawa Vanes pun mulai menjelaskan makanan apa itu sebenarnya.

"Tuan makanan itu tidak busuk, tetapi hasil kacang kedelai yang sudah fermentasi, makanya ada jamur yang mengelilingi kacang tersebut"

"Apa?? Jadi ini bisa dimakan?"

"Tentu, rasanya tidak kalah enak dengan daging ayam"

Markus menatap tempe itu dengan tatapan jijik dan enggan, meski boleh dimakan tapi Markus sama sekali tak berselera.

"Aku tidak mau ini"

"Tidak masalah, saya yang akan memakannya" ujar Vanes, ternyata Markus juga punya beberapa menu yang tidak disukai, Vanes harus lebih banyak bertanya nanti jika ingin memasak sesuatu.

"Udangnya aku taruh dimana?"

"Tidak usah dimasukkan, sebentar lagi aku akan memasaknya, simpan saja di wastafel biar aku cuci lebih dulu"

Markus lantas menaruh udang tersebut di tempat pencucian, lalu lanjut lagi memasukkan yang lain ke dalam mesin pendingin.

"Kau membeli bahan-bahan sebanyak ini, apakah uangnya tidak kurang?"

"Uang Anda masih tersisa delapan ratus lagi, lagipula sebagian lagi dibayar menggunakan uang saya"

Markus seketika menghentikan aktivasinya, ia memandang bingung saat Vanes mengatakan hal tersebut, Markus lantas berbalik menatap wanita itu lebih lekat.

"Kenapa? Kau bisa menggunakan uang yang sudah ku beri"

"Uang itu untuk anda sendiri, saya juga akan menggunakan uang saya pribadi. Saya tidak boleh menggunakan uang milik orang lain, tidak enak di Tuan kalau seperti itu" imbuh Vanes, tak ada kewajiban Markus untuk memenuhi kebutuhannya, mereka hanya sebatas pemilik dan penyewa rumah, selebihnya hanya orang lain yang baru-baru kenal.

"Tapi itu juga sebagai upah atas usahamu memasak makanan untukku, aku juga berpikir sampai kesana" sanggah Markus.

"Santai saja, tidak perlu dihitung untuk yang itu. Mau anda ikut makan atau tidak saya akan tetap memasak tiga kali sehari" tutur Vanes .

Kepribadian Markus sepertinya selalu harus diukur meski hanya sejengkal saja, pria itu juga tak pernah perhitungan dalam bentuk apapun. Seakan mengeluarkan uang bak mencabut dedaunan di atas pohon.

Berkebalikan dengan mendiang suami Vanes, Vanes hanya diberi uang bulanan 500 ribu itupun belum termasuk pengobatan rumah sakit dan ongkos kalau-kalau Vanes harus pergi keluar rumah. Padahal mendiang suaminya termasuk dari keluarga berada di daerah sini. Tapi terkenal sangat pelit dan rakus dalam hal apapun.

Vanes tak pernah mengeluh, kalau dirinya kekurangan biaya Vanes akan usaha menjadi seorang reseller atau menerima panggilan catering jikalau ada yang membutuhkan jasanya.

"Kau sungguh tidak mau? Padahal uangmu bisa disimpan untuk keperluan yang lain"

Vanes tersenyum kala mendengar kalimat penuh perhatian itu, Markus malah terlihat seperti lebih mementingkan Vanes dibandingkan dirinya sendiri, padahal Markus termasuk tipe yang bodo amat dengan orang lain.

"Saya bersungguh-sungguh, apa wajah saya terlihat main-main?" Ujarnya memasang ekspresi serius.

Markus memandang wajah itu sesaat, pria itu seolah benar-benar menelisik raut muka Vanes yang dibuat-buat.

"Kau terlihat lucu jika seperti itu, baiklah aku tidak akan memaksamu lagi" Markus pun lantas kembali merapikan isi kulkas.

Sedangkan Vanes justru tertegun mendengar pengakuan tersebut, perlahan-lahan wajah Vanes dihiasi rona merah, ditambah irama jantungnya yang berdebar dengan cepat, Vanes pun memilih berlalu menutupi wajahnya yang tersipu.

"A-aku akan kupas udang dulu! T-teruskan pekerjaan anda"

1
Sri Antik
kak upnya jangan lama2 ceritanya bagus lho
Sri Antik
kak kok lama up nya ya aq tunggu2 ni ,kak
Prahesti Vita masita
Luar biasa
@BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪💪
👁️‍🗨️eHa🦄
ditunggu update nya kembali thor
Eka ELissa
semangat mami siap mnunggu mami up kmbali
Anik Trisubekti
Semangat Mamie, tetap sabar menunggu novelnya up lagi 🥰🥰🥰
Am Anda
kok lm up thor
Syafrida Kadir Ida
yakin deh Vanesa semakin merona wajahnya sangat senang di belikan hp baru.... almarhum suaminya tdk pernah mberi perhatian sep yg Markus lakukan.. semoga rasa kasihan Markus berubah menjadi rasa suka
@BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
yes. vaness dapat HP baru. 🍎 ... 😁
@BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga erik berhasil👍👍 ya
Eka Bundanedinar
gmn vanes g meronah pipinya klo diperhstikan kaya gitu wlpun yg dilakuin matkus krna kasijaan atw prhatian hanya markus yg tau
ardan
bagus bangetzs
Eka ELissa
aduh mrkuss vness makin klepek klepek tau/Proud//Proud//Proud//Proud/
👁️‍🗨️eHa🦄
sambung
Anik Trisubekti
hadiah yg bikin Vanes makin terpesona sama kamu Mark
Eka Bundanedinar
kn kamu g tau cerita suaminya markus
Eka ELissa
suami nya kn jht mrkus mna mungkin dia inget dia yg udh metong
👁️‍🗨️eHa🦄
sambung
@BuNdE𝆯⃟🚀ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
kirain benaran. 😤... mungkin nanti akan jadi beneran. 😁💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!