Akhir Sebuah Sandiwara

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam lewat ketika Jo memasuki kompleks perumahan tempatnya tinggal.

“Jo,” suara lembut memanggilnya. Sejenak jantungnya kembali berdegup cepat mendengar suara lembut itu memanggil namanya. Sofia mendekat dan memeluknya dari belakang.

Waktu serasa berhenti dan membawa mereka ke masa-masa indah saat masih menjadi sepasang kekasih. Pelukan dan ciuman hangat dan lembut selalu bisa membawa damai setelah perdebatan, bahkan perdebatan hebat sekalipun.

Sofia semakin erat memeluk Jo sambil menenggelamkan wajahnya di punggung Jo. Sofia tidak bisa pungkiri, dia sangat merindukan laki-laki yang sedang berada dalam pelukannya itu. Hanya dia, hanya Jo satu-satunya laki-laki yang dia inginkan dalam hidupnya.

“Maafkan aku, aku sudah menyesali semua yang pernah aku lakukan. Sudah cukup, Jo. Jangan siksa aku seperti ini lagi, aku sudah mau gila. Aku mohon hentikan ini, sudah cukup kamu hukum aku,” Jonathan masih diam dan belum bereaksi.

“Jo, hanya kamu yang paling aku cintai di dunia ini. Aku hanya mencintai kamu, aku bisa gila kalau kamu tidak memaafkan aku.”

Sofia merasakan tangannya di genggam Jo. dia tersenyum hangat saat Jo akhirnya berbalik dan menatapnya. Tatapan Jo kali ini sudah berbeda dari saat tadi sewaktu di perusahaan. Kali ini Sofia bisa melihat kalau Jonathan yang ada di depannya adalah Jonathan yang sama yang pernah sangat mencintainya.

Jo melepaskan tangan Sofia dengan perlahan, sementara Sofia masih tersenyum menunggu Jo memeluk dan menciumnya lalu mereka akhirnya kembali bersama. Seperti itu yang ada di pikiran Sofia saat Jo terdiam seolah menikmati pelukannya.

“Sof, aku capek banget hari ini. Kita ngomongnya nanti aja,” senyum di wajah Sofia perlahan memudar. Dia dengan cepat mengejar Jo saat laki-laki itu akan masuk ke dalam rumah.

“Jo, aku minta maaf,”

“Aku capek Sof,”

“Jo,” Sofia menahan pintu saat Jo akan menutup pintu rumahnya.

“Biarkan aku tinggal malam ini, yah.” Terlihat raut wajah yang penuh harap, Sofia ingin menghabiskan malam bersama Jo dan memperbaiki kesalahannya.

Jonathan sekali lagi terdiam menatap Sofia, lalu beberapa detik kemudian membuang pandangannya ke samping sambil menghela nafas.

“Sof, plis banget, aku benar-benar lagi capek banget. Tolong kamu ngerti.” Jonathan lalu menutup pintu rumahnya tepat di depan wajah Sofia. Wanita itu terdiam cukup lama di depan pintu seolah tidak percaya Jonathan menutup pintu untuknya.

Bukan hanya pintu rumah yang Jo tutup, dia mungkin juga sudah menutup pintu hatinya untuk Sofia. Tidak ada celah lagi untuk bisa masuk. Jo benar-benar sudah ingin berhenti mengenang masa lalu dan melupakan semuanya, semuanya termasuk Sofia.

Sementara tubuh Jonathan tidak bisa berbohong saat Sofia memeluknya, pun juga saat Sofia menciumnya dulu saat anniversary orang tuanya. Itu sentuhan pertama Sofia sejak beberapa tahun dan tubuhnya seolah sangat merindukan sentuhan itu.

Tapi Jo masih bisa mengendalikan pikirannya hingga dia bisa mengabaikan dirinya sehingga tidak lagi terjebak bersama Sofia. Jo menarik nafas, memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut nyeri. Lalu Jo menyandarkan kepalanya di sandaran sofa mengingat kembali semua kenangannya bersama Sofia. Sekali lagi laki-laki itu menarik nafas. Bangkit dari duduknya, membuka dan membuang sembarangan semua pakaiannya lalu mengguyur seluruh tubuhnya di bawah shower berharap malam ini dia bisa tidur tanpa harus memikirkan apapun. Apapun.

Di lain tempat, Sofia yang juga sudah kembali ke rumah mewahnya. Walaupun terlihat sangat ambisius, tapi jauh di dalam lubuk hatinya dia merasakan sakit yang luar biasa melihat Jo memperlakukannya seperti itu. Megusirnya dari perusahaan dan juga dari rumah pribadinya, tentu hal itu sangat melukai hati dan juga harga dirinya.

“Kenapa kamu tidak bisa maafkan aku sih, Jo. itu kan sudah sangat lama, kenapa kamu belum lupa,” katanya bertanya pada bayangan Jo di pikirannya. Bagi Sofia, kesalahannya dulu hanyalah kesalahan biasa dan masih bisa untuk di maafkan.

“Aku tahu aku salah, aku egois. Tapi aku juga punya maksud sendiri sampai melakukannya. Kenapa tidak bisa ngerti sih.”

Terdengar suara pintu di buka, Rani, Ibu Sofia masuk membawakan anaknya segelas jus segar.

“Masih belum baikan sama Jo?” tanya Rani. Melihat wajah lemas anaknya, Rani yakin Jo belum memaafkannya.

Sofia mengambil jus yang di bawakan Ibunya dan meminumnya hampir setengah gelas.

“Sofia harus melakukan apa lagi, Ma. Sofia bahkan sudah sangat mempermalukan dan merendahkan harga diri Sofia, tapi Jo masih belum mau memaafkan Sofia,” katanya mengadu pada Ibunya itu.

“Kalau perasaan kamu benar-benar tulus, Jo pasti akan melihat itu suatu hari nanti. Kamu hanya perlu berusaha lebih baik lagi meluluhkan hatinya. Kalian punya banyak kisah indah, mungkin kamu harus bawa Jo ke tempat kalian paling banyak menghabiskan waktu bersama. Bisa saja kan dia teringat semua momen indah kalian dan berfikir lagi untuk mengulang kisah yang sama,”

Sofia terlihat berfikir lalu mengangguk mendengar saran dari Rani.

“Kenapa Sofia nggak berpikir ke situ yah, Ma. Sofia dan Jo punya banyak kenangan di banyak tempat, gagal di tempat satu, Sofia akan bawa di tempat yang lain. pokoknya, Sofia tidak akan menyerah sampai Jo kembali sama Sofia,” katanya dengan penuh tekad dan keyakinan.

“Itu baru anak Mama, sekarang kamu istirahat dulu. Masa owner skincare mukanya kusam dan kusut sih.”

Sofia memang selalu mendengarkan apa yang di katakan Ibunya, setelah menghabiskan jus nya, Sofia lalu membersihkan dirinya. Setelahnya, Sofia melakukan perawatan ke seluruh tubuhnya. Itu sudah menjadi rutinitasnya setiap hari.

Dia melihat dirinya di cermin besar, wajahnya sudah benar-benar berkilau seperti mutiara. Meski dari dulu sudah cantik, tapi sekarang malah semakin cantik dan berkilau.

“Jo, kamu nggak mau punya istri secantik ini. Aku juga sudah punya semua kualifikasi menjadi menantu keluarga besar kamu, apalagi yang kamu cari,” katanya sambil melihat pantulan dirinya di cermin.

“Gadis itu mana bisa di bandingkan dengan aku, Jo.”

Setelah bermonolog dengan dirinya sendirii, Sofia pun berbaring di atas tempat tidurnya yang sangat mewah yang sering dia tampilkan di media sosialnya.

Sofia memang sering kali memperlihatkan barang-barang mewahnya di media sosial, semua itu dia dapatkan dari usahanya sebagai seorang dokter kecantikan dan juga pemilik brand skincare yang sedang viral. Kehidupan yang sering dia pamerkan itu sangat berbalik dengan kenyataan yang ada.

Jika dia selalu memperlihatkan kemewahan dan kebahagian dalam setiap unggahannya, di balik itu dia adalah orang yang sangat kesepian. Mendapatkan semua apa yang di impikannya ternyata belum cukup memberikan kepuasan padanya. Masih ada satu hal dan yang paling penting yang belum dia miliki, yaitu pendamping hidup. Dan saat ini Sofia sedang mengusahakan mendapatkan keinginan terakhirnya, Jonathan.