Danu Alfaendra, pria matang yang sudah berusia 30 tahun itu tidak terima jika adik tirinya harus menikah terlebih dahulu, sehingga selama dua tahun lamanya dia mengencani banyak wanita, dimulai ada yang berprofesi menjadi dokter, model, pengacara, dan berbagai macam profesi lainnya. Namun, tak ada yang membuatnya jatuh cinta.
Para wanita selalu memanggilnya playboy cap nanggung, karena Danu tidak berani meniduri para wanitanya, mungkin karena Danu ingin memberikan keperjakaannya untuk wanita yang dia cintai suatu saat nanti.
Danu adalah seorang pria pekerja keras, dia memiliki keahlian sebagai hacker dan bergabung dengan seorang detektif di The Darkness, selain itu dia juga pemilik salah satu restoran mewah di ibu kota.
Namun, malam itu tiba-tiba keperjakaannya direnggut oleh seorang wanita karena pengaruh obat perangsang. Haruskah dia meminta pertanggungjawaban dari wanita itu? Karena wanita itu adalah adik tirinya. Atau lebih baik dia mencari wanita lain sebagai belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Pagi ini Maura terbangun dari tidurnya, dia merasakan kepalanya masih pusing gara-gara pengaruh minuman berakohol semalam.
"Ahhh... kepalaku pusing sekali." keluh Maura sambil memijat-mijat kepalanya yang terasa pening.
Maura berusaha mengumpulkan nyawanya agar sepenuhnya sadar, dia baru menyadari bahwa dirinya saat ini sedang berada di kamar Danu, karena dulu dia pernah beberapa kali menginap di apartemen kakak tirinya itu.
"Mengapa aku berada di kamar kak Danu?" tanyanya pada dirinya sendiri seraya mengerutkan keningnya.
Tiba-tiba Muara terbelalak begitu mengingat kejadian semalam saat dia dan Danu berbagi peluh keringat bersama, sampai dia menutup mulutnya sendiri.
Maura menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin, pasti semalam itu mimpi."
"Bagaimana mungkin aku melakukannya dengan kakakku sendiri?"
Walaupun dulu dia dan Danu pernah melakukannya tapi saat itu mereka berdua dalam keadaan tidak sadar, Maura yang terpengaruh obat perangsang dan Danu yang sedang mabuk. Dia hanya menganggapnya sebagai kecelakaan.
Dengan degup jantung yang berdebar-debar Maura segera mengecek pakaian, karena tubuhnya masih ditutupi oleh selimut.
Maura sangat bernafas lega, karena rupanya dia masih memakai pakaian utuh, sampai dia mengelus dada.
"Astaga, ternyata semalam hanya mimpi!" sungguh sangat lega sekali rasanya setelah memastikan Maura masih memakai pakaian lengkap.
Maura merebahkan tubuhnya di atas ranjang kembali, menghirup nafas dalam-dalam, dia ingin mengutuk dirinya sendiri, bisa-bisanya bermimpi mes-um dengan kakak tirinya.
"Ah ini semua gara-gara minuman sialan itu. Aku gak akan mabuk lagi."
Tadinya Maura nekad ingin mencoba untuk mabuk siapa tahu bisa melupakan kejadian malam itu bersama Danu, tapi bukannya melupakan, dia malah memimpikan malam panas bersama sang kakak tiri.
Mimpi semalam rasanya begitu nyata, seakan dia benar-benar merasakan bagaimana pria itu menyentuh setiap lekuk tubuhnya dengan rayuan tangan dan cum-buan bibirnya, apalagi ketika merasakan sesuatu masuk ke dalam miliknya.
"Tidak mungkin kak Danu melakukan hal itu kepada adiknya sendiri."
Walaupun Maura masih ingat waktu Danu mencium bibirnya waktu menginap di kediaman orang tuanya, Maura pikir mungkin saat itu Danu hanya masih belum terima keperjakaannya telah dinodai oleh dirinya. Tapi setelah itu Danu tidak pernah berbuat macam-macam lagi, malah mereka sudah lama tidak bertemu. Apalagi Danu sudah memiliki seorang kekasih yaitu Nadia. Sehingga Maura berpikir Danu telah kembali ke mode lama, kembali menjadi kakak tirinya yang baik, penyayang, dan menyebalkan untuk Maura.
Maura mengacak-acak rambutnya sendiri, "Ah mengapa aku harus bermimpi seperti itu? Mengapa harus bermimpi dengan kak Danu, mengapa bukan dengan yang lain saja?"
Sebenarnya dia tidak begitu mempermasalahkan mimpinya, akan tetapi mengapa harus bermimpi bersama Danu. Mengapa tidak bermimpi dengan pria lain saja, misal dengan aktor favoritnya atau dengan Ernando.
Dulu Ernando memang pernah meminta Maura untuk bercinta dengannya, tapi Maura menolak dengan alasan ingin melakukannya setelah menikah. Setelah Maura menolak ajakan tidur dari Ernando, Ernando pun tertawa dan bilang bahwa dia hanya bercanda, dan berjanji tidak akan bercanda seperti itu lagi.
"Hahaha... aku cuma bercanda, sayang. Aku cuma ngetes kamu aja. Tapi walaupun begitu aku sebenarnya sama sekali tidak peduli mau kamu masih perawan ataupun tidak. Aku mencintaimu kamu apa adanya. Dan hanya kamu yang aku inginkan."
Itulah kata-kata Ernando saat itu, wanita mana yang tidak meleleh mendengar perkataan dari seorang pria yang teramat manis seperti itu. Apalagi selama ini Ernando tak pernah sekalipun melakukan kesalahan kepada Maura, bagaimana mungkin dia tega meninggalkan apalagi mengkhianati pria sebaik Ernando, seorang pria yang selalu setia kepadanya.