Bagai tikus dan kucing yang hampir setiap harinya bertengkar membuat semua orang sudah tidak kaget lagi jika melihat Elang dan Eliza terlibat perdebatan.
mereka tidak mau kalah satu sama lain dan selalu membalas. namun siapa sangka pertengkaran itu akan membawa mereka menuju ke sebuah ruang hati yang di penuhi dengan bunga bermekaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
"El, El!!!! tunggu bentar." kata Laksa dengan menghentikan Eliza.
"Kenapa Lak?" Tanya Eliza binging
"Lo pasti tau kan Emma dimana." kata Laksa yang membuat Eliza bingung harus menjawab apa.
"Udah beberapa hari dia nggak masuk El, gue khawatir sama dia." Kata Laksa.
"Gue boleh nanya sesuatu ke lo nggak?" kata Eliza yang di angguki oleh Laksa.
"Kalau lo cuma mau mainin perasan Emma, gue minta sama lo nggak usah temui dan nyari-nyari dia lagi. gue nggak mau dia sakit hati karena perlakuan lo ke dia." kata Eliza membuat Laksa hanya terdiam saja.
"gue nggak pernah seserius ini ke cewe El. lo boleh nggak percaya sama gue tapi gue bakal buktiin ke lo kalau gue nggak mainin perasaan Emma. gue cinta sama dia El, gue sayang." ujar Laksa membuat Eliza hanya menatap saja dan mencari kebohongan di mata pria itu. hanya saja ia tidak menemukannya.
Setelah mempertimbangkan dan berusaha mempercayai Laksa, Eliza pun memutuskan untuk mengajak Laksa ke rumah sakit untuk bertemu dengan Emma. walaupun itu tanpa persetujuan Emma, tapi Eliza merasa harus melakukan hal itu ketika melihat kejujuran di mata Laksa.
setelah pulang dari kampus, kini Laksa dan Eliza pun menuju ke rumah sakit. tentu saja itu semua membuat Laksa bingung namun pria itu sudah mengira jika Emma memang tengah sakit.
Mereka sampai di depan sebuah ruangan dan Eliza masuk lebih dulu untuk berbicara dengan Emma. hanya saja gadis itu menolak bertemu dengan Laksa. hingga pada akhirnya, setelah Eliza memberikan pemahaman membuat Eliza pun hanya pasarah saja.
"Lo bisa masuk Lak." Kata Eliza.
Laksa masuk dengan langkah pelannya. ia melihat jika Emma tengah membelakanginya. dengan sedikit takut, ia pun menyapa Emma sehingga membuat gadis itu berbalik.
"Ha hai...." ucap Emma dengan terbata karena gugup.
"Maaf udah ganggu kamu istirahat cantik. Gimana kondisi kamu sekarang? maaf Aku nggak tau, kalau Aku tahu pasti Aku udah kesini lebih dulu." kata Laksa
"Aku baik kok." jawab Emma dengan senyum kecil.
"Kamu udah makan? Aku bawain...."
"Udah kok barusan."
Suasana di ruangan itu pun mendadak menjadi sangat canggung. Laksa adalah tipe orang yang paling bisa mencairkan suasana, tapi sekarang justru ia malah bingung harus mengatakan apa lagi.
"Emmm kapan kamu boleh keluar?" Tanya Laksa.
"Lo udah nggak keluar dua hari kan Ma. kebetulan tuh Laksa ngajakin keluar. gue bilang dokter dulu ya." kata Eliza dengan berlalu keluar.
"Kalau masih capek nggak papa, kamu istirahat aja." ujar Laksa.
"Mau kok, rasanya pengap banget disini, pengen nyari udara segar." kata Emma membuat Laksa hanya tersenyum kecil saja.
Karena kondisi Emma yang masih belum membaik, dia hanya boleh keluar tidak lebih dari 20 menit saja. Laksa mendorong kursi roda yang di gunakan Emma. mereka menuju ke Taman belakang untuk mencari udara sejuk.
"Kalau boleh tau, kamu sakit apa cantik?" Tanya Laksa dengan sedikit takut.
"Demam doang. emang kamu nggak sibuk sekarang?" Tanya Emma.
"Enggak kok. kalau buat kamu, aku selalu ada waktu." ujar Laksa.
"Emang....pacar kamu nggak marah?"
"Enggak. nih buktinya, Aku kesini nggak marah kok." kata Laksa membuat Emma langsung menatapnya.
"Mungkin waktunya nggak tepat, tapi aku serius sama kamu. nggak perlu jawab sekarang kok, terserah kamu mau jawab kapan Aku bakalan nungguin." kata Laksa dengan berjongkok Di depan Emma.
Laksa menatap dalam manik mata milik Emma. ia melihat adanya kesedihan di mata itu sehingga membuat ia berfikir kalau dirinya lah yang membuat Emma sedih.
Ia mengeluarkan sebuah liontin berbentuk hati dan ia pasangkan di leher Emma. terlihat begitu cantik dan pas dengan Emma Laksa tersenyum manis sembari menata anak rambut milik Emma yang tertiup angin. hanya saja Emma langsung menepis tangan itu sehingga membuat Laksa terkejut sekaligus bingung.
"Oh maaf cantik, Aku nggak bermaksud kok." ucap Laksa.
"Oh ya Lak, Aku mau nanya. kamu tau nggak cewe yang bareng sama Elang siapa?" Tanya Emma.
"Yang mana? Zara maksud kamu?" tanya laksa bingung
"Nggak tau namanya mangkanya Aku nanya kamu. kayaknya deket bgt ya. kamu tau cewe itu siapanya Elang?"
"Sepupunya. kenapa emang?"
Disisi lain, Eliza yang baru saja dari toilet di buat terdiam ketika melihat pemandangan yang tak jauh darinya. antara ingin melewatinya atau tidak tapi itu hanya satu-satunya jalan. Eliza terlihat menunduk saja dan memalingkan wajahnya ketika ingin melewati itu.
Itu adalah Elang dan Zara, dimana gadis itu selalu ingin menempel pada Elang dan tak ingin melepaskannya. Melihat sosok yang tak asing di matanya membuat Elang langsung memanggilnya sehingga mau tak mau Eliza pun menoleh saja.
"El..." kata Elang
"Ah lo Lang. ngapain disini?" Tanya Eliza sembari memperhatikan gadis di samping Elang yang tengah menggandengnya.
Bukannya melepaskannya, justru Zara semakin menempel pada Elang seolah memanasi Eliza. Elang sendiri hanya tertawa canggung sambil berusaha untuk melepaskan tangan Zara.
"bisa nggak sih lepasin dulu. gue nggak bisa gerak." kata Elang pada Zara.
"Nggak mau. siapa cewe ini?" Tanya Zara.
"Aku duluan Lang bye." kata Eliza dengan berlalu pergi.
Sesekali Eliza menoleh ke belakang dan melihat kedekatan mereka berdua. hal itu membuat hatinya bergejolak panas tapi tidak Ada Yang bisa ia lakukan selain hanya diam saja.
"Kenapa hati gue rasanya sakit ngeliat itu. nggak mungkin kan kalau gue suka sama tuh orang." gumam Eliza.
Eliza mencoba menenangkan hatinya yang masih bergejolak. ia juga meyakinkan dirinya jika itu hanya karena cuaca yang sedang panas saja bukan hal lain. ia masih percaya jika ia tidak menyukai Elang karena baginya, Elang hanya pria menyebalkan yang tidak akan ia pacari.
Memang terkadang ucapan mulut dan hati itu berbeda. tapi tindakan yang secara alami tidak di sadari oleh diri sendiri akan membuktikan kenyataan yang sebenarnya. Kita hanya perlu menunggu waktu untuk membuktikan semuanya karena waktu tidak pernah salah.
Di lain sisi, ada dua pasang mata yang sedari tadi memperhatikan gelagat Eliza. ya siapa lagi kalau bukan Emma dan Laksa. sejak tadi mereka juga membicarakan gadis itu dan Elang dan mereka yakin jika keduanya memang memiliki perasaan satu Sama lain.
"Aku bakal bantu sebisa aku,. tadi ada kesalahpahaman di kampus dan aku sama temen-temen mau cari pelakunya, karena ya menurutku itu emang udah di rencanain." kata Laksa yang sengaja tidak ingin memberitahu semuanya pada Emma agar gadis itu tidak khawatir