Shifa dan Ilham sepasang kekasih, yang semua orang di tempat lingkungan rumah dan lingkungan kerja sudah tahu. Kalau mereka berdua kekasih yang telah berjalan tiga tahunan. Jadi orang akan berfikir kalau mereka berdua merupakan pasangan romantis sampai ke pelaminan.
Tapi siapa sangka. Hanya karena uang.. dan bujukan orang tua dari Ilham mereka akhirnya berpisah. Dan memilih menikah dengan gadis anak pengusaha batu bara di daerahnya. yang bernama Adis.
Shifa sangat kecewa sekali dengan sikap dan pilihan Ilham. padahal mereka sudah berjanji akan lanjut ke pelaminan Tahun depan. Tapi apa daya. Kehendak orang tuanya Ilham, membuatnya tidak berdaya untuk menolaknya.
Dia berusaha memberikan pengertian pada ke kasih. agar tetap menunggunya. Suatu saat ia akan kembali lagi.
Apakah Shifa mau menerima janji Ilham. atau malah pergi meninggalkannya. Kita baca selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husnel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tragedi di kamar kecil
Hari-hari Syifa berjalan dengan baik, ia tidak pernah merasakan ngidam, mabuk, karena sudah di wakilkan oleh suaminya Faris yang kadang bertingkah aneh di kantor.
Seperti hari ini, Faris minta Jaka berpose tanpa baju di kantor. Alias bertelanjang dada. Jaka sangat malu sekali, ia berusaha memohon pada atasannya itu
"Pak ganteng. bisa nggak kita foto bersama dengan gaya yang keren." Bujuknya. dengan was-was ia menunggu jawaban.
Sedangkan komandan yang melihat kekonyolan Faris hanya tersenyum. Ia ingat kekonyolannya waktu hamil hampir mirip dengan Faris.
Teman-teman yang lain sudah menahan tawa dari tadi. Haris nampak berfikir lalu membelalakkan matanya.
"Ok!" Jawaban Faris membuat Jaka tersenyum lega. Namun hanya sebentar saja. Kamu baris di tengah dengan dada membusung. Sedangkan yang lainnya termasuk aku mendampingi. Gimana?" Usul Faris membuat lutut Jaka lemas. Ia terduduk di lantai yang diiringi tawa semua orang.
"Sudahlah Jaka. kapan lagi momen ini terjadi. Ayok! Saya juga jadi semangat berfoto bersama." Ucap komandan mereka.
Yang tertawa tadinya. Gerak cepat diam dan langsung berbaris tanpa perintah lainnya. Mama terjadilah beberapa pose foto bersama dengan Jaka yang tanpa baju. (wk..wk).
Setelah foto bersama tersebut. Semuanya kembali ke tempat tugas masing-masing. Jaka yang tadinya sudah pasrah. Yang pasti akan jadi bahan ledekan saat mereka berkumpul santai.
"Bang Jaka. Sini foto telanjang dada.." Ledek Bimo sat mereka makan di barak waktu istirahat siang.
Faris duduk santai saja menyaksikan itu semua. Dia tidak merasa bersalah sama sekali dengan reaksi tersebut. Ia tidak mau pulang makan siang, dia ingin makan bersama dengan semua tentara bujangan. Yang kebetulan ada acara Bhayangkara hingga ada jamuan makan.
Jaka hanya bisa meringis menahan rasa malu. Berkomentar takut di marahi komandannya, di diamkan temannya malah makin meledek.
"Apa ada yang mau gantikan Jaka.?" Tanya Faris yang tadinya hanya diam saja. ledekan yang heboh tadi berubah gelak tawa Jaka yang puas. "Akhirnya." jawabnya bahagia.
Semuanya diam dengan tertib makan, tanpa ada suara sama sekali. Suasana yang heboh tadi mendadak sunyi seperti di kuburan.
Setelah kejadian tersebut , tak seorang pun yang membahas masalah Jaka. Karena mereka sangat takut jika jadi lampiasan komandan mereka yang lagi ngidam.
Bulan berganti tak terasa sudah Delapan bulan kehamilan Syifa. badannya yang kecil dengan perut yang membuncit membuat orang yang melihatnya merasa khawatir. Begitu juga Faris. Dia sangat menjaga istrinya. Padahal Syifa santai saja.
"Sayang.. Hati-hati turunnya. " cegah Faris saat Syifa turun dari mobil mereka masuk kantor Bhayangkara tempat perkumpulan ibu Bhayangkara. Syifa merasa ini hari terakhir untuknya bergabung di Bhayangkara sampai ia kuat kembali setelah paska melahirkan.
"Ya Mas. Nanti mas langsung masuk kantor atau bagaimana?" Tanya Syifa yang melihat suaminya yang masih mengiringi ke dalam aula yang sudah di hadiri banyak ibu Bhayangkara.
Belum pasti sih. Lihat kamu seperti ini bikin Mas nggak tega. Mas merasa tidak enak dari semalam. Nggak tahu apa." Jawaban Faris yang memegang dadanya tidak nyaman.
Mbak Rini yang melihat kemesraan dua manusia tersebut membuatnya melengos kesal.
"Ih. Pamer kemesraan tuh di kamar." Sindirnya yang masih di dengar ibu yang lain gak terkecuali Mbak Dian yang tidak suka dengan Mba Rini yang kecentilan.
"Jangan iri lihat orang. Wajar dong pak Faris mengkhawatirkan istrinya yang sudah hamil besar. Itu namanya suami siaga." Jawaban Mbak Dian yang bisa dengar oleh buk Agung sang istri kapolres.
"He..he.. Iya mbak. kalau di lihat dari perutnya sih. Mbak Syifa lahirnya dekat lagi deh. Wajar Mas Faris siaga." Jawaban Buk Agung. Membuat Mbak Rini diam walau mulutnya tetap komat kamit nggak jelas. Sampai Syifa di dekan mereka.
"Eh. Mbak.. Gimana mbak. Masih kuat nggak ikut acara.?" Tanya Mbak Dian basa basi yang juga di anggukan Buk Agung.
"He..he.. Masih mbak. Cuman Mas Faris saja yang khawatir." Jawabnya melihat Faris yang berdiri di sampingnya.
Mbak Dian tersenyum pada Faris. "Pak. biar mbak Syifa sama kami. Insyaallah aman kok." Ucap Mbak Dian.
Faris mengandung. Dan berjongkok." Sayang. Nanti kalau apa-apa hubungi Mas ya.ingat jangan terlalu lelah." Bisiknya. Syifa hanya mengangguk dan tersenyum. Ia pun Salim sat tangan suaminya di depannya.
"Dada dedek. Jaga bundanya ya." Faris langsung menunduk pada Buk Agung dan tersenyum pada semua ibu-ibu Bhayangkara lainnya tanda pamit.
Rini makin ketar ketir melihat kemesraan tersebut. Hatinya sangat panas. wajahnya memerah sekali.
Selama acara berlangsung, Syifa tidak merasakan keluhan sama sekali. Namun yang namanya wanita hamil tentu sering buang air kecil. Syifa pamit pada buk Agung yang duduk di sampingnya.
"Buk. Maaf saya pamit mau buang air kecil. He..he.. Nggak tahu malu sih aku buk." pamit Syifa pada buk Agung.
"He..he.. Namanya ibu hamil. Hati-hati ya." Dan di anggukan Syifa.
Syifa berjalan santai ke kamar kecil yang ada di ruangan aula tersebut. Ia dengan santai melaksanakan hajatnya tanpa curiga sama sekali.
Setelah selesai. Syifa membuka pintu kamar kecil tersebut. Namun sudah berulangkali ia berusaha. Tapi tidak bisa juga ia buka, ia berusaha berteriak. Handphonenya tinggal di tasnya.
"Tolong........ Siapa di luar..tolong.. Bukakan pintunya." Teriak Syifa yang tidak terdengar. karena bunyi mikrofon yang sedang berbunyi karena buk Agung sedang berbicara.
Ada seseorang yang tersenyum. Ia kembali duduk dengan santai ke ruangan. Sedangkan Syifa sudah kelelahan berteriak. Tenaganya Soh habis untuk berteriak kencang.
jangan lama" up-nya ya Thor,makasih