Season 1~
Seorang wanita yang dikhianati sang suami. Memiliki wanita kedua dalam hatinya. Membagi cinta dan kasih sayang.
Akankah dua cinta dalam satu hati akan bertahan?
Dendam, penghianatan dan penyesalan.
Kisah masa lalu yang selalu mengiringi perjalanan hidupnya.
Pemeran utama bukan wanita lemah. Dia licik dan tak berperasaan.
Kimberly lebih mengerikan dari yang di ketahui orang. Bahkan suaminya sendiri.
Ia seperti malaikat maut berwajah polos yang memegang senjata api di balik punggungnya.
Akankah takdir membuatnya bertahan atau melepaskan?! Lalu akankah ia menemukan kebahagiaan setelah melewati hujan badai?!
🌸
Season 2~
Setelah merasakan pengkhianatan mantan suaminya, Kim merasakan hatinya beku.
Sikapnya semakin dingin dan tak tersentuh.
Namun lelaki tak tahu malu itu mampu mengetarkan sudut hatinya yang kosong.
“Oh Mr Mafia.”
Akankah Kimberly berbahagia setelah ini ataukah kisah Wanita Kedua akan terulang kembali?!
Alur lambat,santai, tidak buru-buru! Yang suka cerita dengan ritme cepat, cerita ini bukan pilihan. Namun kalian bisa coba baca aja dulu, siapa tau malah ketagihan ✌😂
Follow IG me @mhemeyyy_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei-Yin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Kedua 17
Follow IG me @mhemeyyy
⤵
Kim masih berada di kamarnya setelah semalam tidak bisa tidur akibat banyaknya berkas yang perlu ia tanda tangani.
Setelah sarapan dan kepergian Kia dan Kalvin. Kim kembali ke dalam kamarnya bersama dengan Kevan.
Tampak Kim masih bermalas-malasan di bawah selimut tengah memeluk Kevan yang terlelap. Bayi kecil itu selalu saja tertidur setelah kenyang menyusu.
Di ambilnya ponsel yang tergeletak di atas meja. Kemudian Kim terlihat menempelkan ponsel tersebut di telinganya.
Tersambung...
"Katakan!" ucapnya tanpa basa-basi pada seseorang.
".........."
"Jangan lakukan apapun tanpa pemberitahuan terhadapku."
".........."
"Ikuti saja alurnya, bukankah itu akan lebih menarik?" senyum seringai menghiasi wajah Kim. "Dia mencoba menghancurkan dari belakang, tapi aku akan menghancurkan nya dari depan."
"........."
"Ya!"
Terputus...
Seringai jahat jelas terlihat dari wajah seorang Kimberly. Entah apa yang ada dalam pikirannya, hanya dirinya sendiri yang tahu.
Setelah itu Kim kembali melemparkan ponselnya ke sembarang arah kemudian memeluk Kevan lagi dan kembali memejamkan mata. Untuk saat ini dirinya butuh tidur.
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, suara ketukan pintu membangunkan Kim dari tidur nyenyak.
Kim melihat jam di pergelangan tangannya. Pukul 04.00 sore. Mungkin anak-anak mencari kehadirannya.
Dengan malas ia bangkit dari ranjang menuju pintu.
Ceklek!
"Ada apa?"
"Di bawah ada sahabat anda, Nyonya!"
Tidak heran sahabatnya sering kemari, mengingat Kim yang masih belum kembali bekerja.
"Dimana anak-anak?"
"Tuan muda dan Nona muda sedang belajar bela diri di taman, Nyonya."
Kia dan Kevan sudah di ajarkan bela diri semenjak usianya 5 tahun. Bukan tanpa alasan Kim membuat anaknya mempelajari itu semua, semata-mata hanya untuk melindungi dirinya sendiri ketika tak ada yang menjaga.
Alex dan Kim adalah dua orang hebat yang tentu saja banyak musuh yang mengincar keluarganya.
Kim selalu mengingatkan untuk tak bergantung dan berharap pada orang lain.
"Hm!"
"Siapkan minum dan makanan ringan dan bawa ke ruang tamu. Dan bilang pada Malla untuk menjaga Kevan."
"Baik Nyonya!"
Pelayan tersebut menunduk sebelum pergi.
Kim kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri agar lebih segar mengingat ia baru bangun tidur.
Tak lama setelah Kim selesai mandi dan bersiap, ketukan di pintu membuatnya menoleh. Ternyata Malla.
Kim menyuruh Malla membawa Kevan ke kamarnya untuk mandi dan menyusuinya lagi. Bayi kecil itu pasti kelaparan setelah tidur panjang.
Kim melangkah menuju ruang tamu dengan sikap dingin seperti biasa.
Seperti biasa, para sahabatnya sudah duduk di ruang tamu dengan canda tawa.
Siapa lagi kalau bukan Gema Rahardian, Anna Shadva, Kirei Wijaya, Aldo Wildbold, Reza Hendrawan.
"Hai Kim!" sapa mereka serempak ketika melihat kehadiran Nyonya muda.
"Ada apa kalian kemari?"
"Astaga, kenapa kau jujur sekali." Gema memasang wajah sedih. Biasalah drama sahabat gesrek.
"Aku bosan melihat wajah jelek mu, Gema!"
Sontak jawaban Kim membuat yang lain tertawa, kecuali Gema yang sudah memasang wajah sebal.
"Ya benar Kim, aku juga muak melihatnya setiap saat." sahut Anna ikutan mengejek.
"Hei Anna Shadva, berani bicara sekali lagi ku hajar kau." Gema menatap nyalang ke arah Anna.
"Hi aku tidak takut sama sekali denganmu." balas Anna menantang.
"Sialan kau!"
Kembali lagi mereka tertawa, kecuali Kim yang masih saja tanpa ekspresi apapun.
Melihat Kim yang tengah diam saja, kelima orang itu juga ikutan terdiam sambil saling melirik satu sama lain.
"Kim!" tiba-tiba Reza menyuarakan diri.
Kim menatap Reza. "Apa?" tanyanya dengan alis terangkat.
"Aku ingin bicara." entah kenapa Kim dapat melihat ekspresi lain dari seorang Reza Hendrawan.
Tidak seperti sahabatnya sama sekali, ia terlihat sedikit agak gugup.
"Sejak kapan saat ingin bicara kau perlu izin ku, Reza?"
"Ini penting!"
"Ya sudah katakan saja, kenapa kau jadi aneh sekali."
Hening!
Suasana menjadi mencengkam. Baik Kim dan Reza tidak ada yang bersuara lagi.
Sedangkan Anna, Kirei, Aldo dan juga Gema masih ikutan diam menyimak.
Tujuan mereka semua kemari sebenarnya karena Reza ingin mengatakan sesuatu yang penting, katanya.
Entah apa itu mereka tak tahu, tapi melihat sikapnya yang seperti ini mereka dapat menarik kesimpulan bahwa yang ingin di katakan Reza bukanlah hal main-main.
"Loh kenapa malah jadi diam?" sahut Gema yang sudah tidak tahan dengan suasana ini.
"Sialan kau Reza. Cepat katakan apa yang ingin kau katakan." cecar Anna yang sudah tidak sabar.
"Aku melihat Alex bermesraan dengan wanita lain dan seorang anak perempuan."
Pyar!
Suara gelas jatuh dari tangan Kirei menjadi pengiring keadaan yang tiba-tiba menjadi tegang.
Tentu saja ini bukan hal yang biasa. Seorang Alex yang di bicarakan oleh Reza adalah suami dari sahabatnya.
"Omong kosong apa yang kau katakan Reza?" marah Aldo menanggapi. Mungkin dalam pikirannya ini hanya lelucon.
"Aku tidak bohong." jawab Reza mencoba meyakinkan. Reza mengambil ponselnya dan memperlihatkan pada mereka semua. "Lihatlah, aku mengabdikan momennya sebagai bukti."
Dan benar saja, disana terlihat Alex tengah tersenyum dengan seorang wanita dan anak perempuan.
Seperti keluarga bahagia pada umumnya.
Namun berbeda dengan Kim yang masih terdiam seribu bahasa. Tidak menampilkan ekspresi terkejut sama sekali. Bahkan raut wajahnya masih datar saja.
"Kim, mungkin itu hanya rekan bisnis atau saudaranya. Jangan tersulut emosi, kau bisa tanyakan kebenarannya lebih dulu." saran Aldo yang masih berpikiran waras.
"Tidak ada rekan bisnis yang sedekat itu, dan kau dengar, anak perempuan ini memanggil Alex dengan sebutan Daddy. Kau pikir apa?" Gema membela diri. Ia sangat yakin bahwa Alex tengah berbuat curang pada sahabatnya.
"Diam!" Anna menengahi perdebatan keduanya.
Anna memberikan kode lirikan mata pada Kim yang masih terdiam tanpa berbicara sedikitpun.
Hening lagi!
"Aku sudah tahu!" ucap Kim tiba-tiba.
"Apa yang kau tahu?" tanya Reza lagi.
"Semuanya!"
Kelima orang itu saling pandang dengan tatapan tidak mengerti.
"Tentang perselingkuhan Alex, tentang siapa wanita itu dan tentang tujuannya. Aku tahu semuanya." senyum tersinggung di bibir Kim. Tapi senyuman ini terlihat sangat menakutkan bagi orang lain.
"Lalu?" Reza benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kim yang masih saja santai.
"Apalagi?" Kim menjawab santai.
"Kau hanya diam saja?"
"Kau masih menerima Alex meskipun kau tahu semua ini?"
Cecar sahabatnya dengan nada tidak percaya. Tanpa menjawab, Kim hanya mengangguk yakin. Membuat semua pasang mata menatapnya tidak percaya.
"Kau yakin?"
Kembali Kim mengangguk yakin. Ekspresi yang susah di jelaskan. Tidak ada raut apapun dari wajahnya.
"Apa kau benar Kimberly sahabatku yang tidak menerima toleransi terhadap apapun?" Kirei memastikan.
"Ya!" kembali bersuara dengan yakin.
"Apa yang kau rencanakan Kim?" tanya Aldo dengan menatap Kim tajam.
"Tidak ada!"
"Lalu apa tujuan wanita itu?"
"Harta, kedudukan dan pengakuan. Tentang keluargaku yang menolak wanita tua itu dan tentang skenario kematian keluargaku yang apik." jawab Kim lagi, namun kali ini ada kilatan amarah dari manik matanya.
"Jadi maksudmu pembantaian keluargamu di rencanakan?" tanya Aldo yang sudah bisa menarik kesimpulan dar jawaban Kim.
"Ya!"
"Darimana kau tahu?"
"Tidak ada yang tidak ku ketahui selama aku masih bernafas, Aldo."
Tentu saja Kim menggunakan kekuasaannya.
"Kau benar-benar mengerikan Kim!"
🌸🌸🌸🌸🌸
JANGAN LUPA LIKE • KOMENT • DAN BERIKAN VOTE! •