“Kak, ada yang ingin saya omongin,” Alisha sengaja menunggu Arkana agar tak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Biarlah dijalan ia sedikit ngebut agar tidak telat ikut ujian.
“Lain kali aja, aku ada meeting pagi-pagi. Lakukan saja apa yang menurutmu baik aku setuju,” Arkana tak sarapan dan hanya meminum juice yang disiapkan oleh bi Sona.
Kepoin yuk cerita seru mereka. Kisah Faisal Arkana Kaif dan Alisha Mahalini yang dikemas dalam kisah "CINTA BERBALUT EGO"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CBE # 34 》》AKU DIKENAL DENGAN NAMA ALIN
Sesuai dengan kesepakatan dengan pihak rumah sakit Medical Centre maka hari kerja Alisha ditetapkan pada hari rabu dan jumat. Alisha sengaja memilih hari tersebut karena pertimbangan bahwa hari senin dan selasa merupakan hari tersibuk di perusahaan.
Belum juga Alisha memasuki ruang prakteknya namun pasien sudah berjejer rapi dibuang tunggu depan ruangannya. Meskipun tak sebanyak pasien poli interna namun tetap saja Alisha hanya bisa tersenyum tak enak hati melihat mereka. Ada rasa iba melihat para pasiennya namun ia tak bisa berbuat banyak karena kewajibannya di perusahaan pun tak bisa diabaikan.
“Sus ayo mulai jangan biarkan mereka terlalu lama menunggu,” Alisha tak ingin berlama-lama apalagi semua perlengkapannya sudah disiapkan oleh suster pendampingnya yang baru.
Tak menunggu dokter bersuara dua kali, suster Lia segera melaksanakan tugasnya. Suaranya yang lembut memanggil nomor antrian yang dipegang oleh masing-masing pasien.
Dengan sabar dan telaten Alisha memeriksa pasiennya. Senyuman manis tak pernah lepas dari wajahnya meskipun memakai masker dan hanya sepasang mata birunya yang terlihat.
“Dok, masih ada tiga orang tapi sudah jam istirahat, “ Suster Lia melihat jam dinding pun sama halnya dengan Aĺisha.
“Gak apa-apa sus, lanjut aja.” Alisha tak akan membiarkan pasiennya menunggu hingga dirinya selesai istirahat. Manatau pasien tersebut masih memiliki urusan yang lain dan harus tertunda gara-gara dirinya istirahat . Telat makan tak lantas membuatnya sakit toh hanya sekali ini saja.
Suster Lia kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia tak ingin membuang-buang waktu hingga membuat dirinya dan dokter Alin kelaparan.
Suster Lia akhirnya menarik napas lega kala pasien terakhir memasuki ruangan dokter Alin. Bukan dokter Alin yang merasa kelaparan akan tetapi suster Lia yang memang pada dasarnya tak bisa menahan lapar.
“Dokter mau makan apa ?” Suster Lia belum tau makanan yang biasa dokter Alin konsumsi karena hari ini adalah pertama kalinya mendampingi dokter bermata biru itu.
“Gak usah repot suster, nanti aku ke kantin.” Sebenarnya Alisha pun tak tahu menu yang ada di kantin rumah sakit. Meskipun hanya satu bulan ia meninggalkan rumah sakit Medical Centre akan tetapi ia tak bisa menjamin jika menunya masih seperti yang dulu.
Pihak rumah sakit Medical Centre selain mengutamakan pelayanan pasien juga sangat memperhatikan menu sehat yang dijual di kantin. Pihak pengelola kantin selalu mengganti menu agar penjaga pasien ataupun dokter tidak merasa bosan.
Sebelum keluar ruangan Alisha sedikit merapikan penampilannya dan tak lupa memakai masker. Baik suster ataupun dokter bahkan pasien dan keluarganya diwajibkan memakai masker di area rumah sakit. Namun tentu saja masker mereka dilepas saat akan makan dikantin.
Tiba di kantin, Alisha segera memesan menu makan siang namun tanpa nasi. Wanita cantik itu sangat memperhatikan kesehatannya dan membatasi karbo yang masuk ke dalam tubuhnya. Sudah cukup baginya pagi tadi ia sarapan dengan nasi goreng, walaupun setengah hati akan tetapi ia tak mungkin menolak hasil racikan sang mama. Bisa-bisa wanita yang telah melahirkannya murka dan mengutuknya. Alisha tak ingin jika sang mama mulai mengomel.
Karena Alisha telat ke kantin maka hanya ia sendiri yang masih menikmati makan siangnya sementara dokter yang lain sudah kembali ke ruangan masing-masing. Dengan tenang Alisha menikmati makan siangnya hingga tuntas.
Alisha lalu keluar menuju ruangannya. Tanpa sengaja ia berpapasan dengan seorang dokter tampan yang tak lain adalah kakak tingkatkan dulu. Pria itu juga baru bertugas di rumah sakit Medical Centre.
“Alisha kan ?” Dimas langsung mengenali juniornya di kampus. Alisha belum sempat memakai kembali maskernya.
“Ssssttt, jangan ribut kak. Disini aku dikenal dengan nama Alin,” Alisha memang lebih nyaman dipanggil Alin daripada Alisha. Ia merasa kurang nyaman dengan nama Alisha. Entah apa penyebabnya.
Dimas tersenyum lebar sambil menggeleng-gelengkan kepadanya menatap Alisha. Setelah wisuda mereka tak pernah bertemu dan saat bersua kembali tak ada yang berubah dari sifatnya. Hanya wajahnya yang terlihat lebih dewasa.
“Ck, gak apa-apa juga kali kalau aku memanggilmu seperti dulu, wajar kan,” Dimas tetap ngotot, lagian semasa kuliah juga Alisha tak pernah protes.
“Kak Dimas tugas disini juga ? Di poli apa kak ?” Alisha tau tak mungkin jika kakak tingkatnya itu hanya dokter umum. Soalnya setelah wisuda pria itu juga langsung menghilang.
Kembali ke tanah air ternyata mengasyikkan. Satu per satu ia mulai bertemu dengan teman kampusnya. Hari ini Dimas, besok atau lusa atau entah kapan pasti giliran yang lain. Alisha semakin optimis akan bertemu dengan teman-temannya. Dunia terus berputar dan pada saatnya nanti mereka akan dipertemukan.
“Iyalah, ngapain coba aku disini kalau gak sedang tugas,” Dimas menyamai langkah Alisha. Meskipun keduanya beda angkatan namun Alisha keseringan mengikuti mata kuliah pada angkatan Dimas. Jadilah mereka akrab.
“Ck, panjang kali jawabnya kak. Cukup bilang aja iya,” Alisha mendelik tajam dan disambut tawa oleh Dimas. Pria tampan itu memang sangat senang menggoda Alisha. Ia tahu jika Alisha adalah tipe gadis yang lebih suka mendapat jawaban cepat daripada berbicara panjang lebar tak jelas.
“Aku tugasnya di poli interna, dan kamu ?!” Dimas berubah serius. Daripada Alisha semakin kesal mending ia menjawabnya. Dimaspun penasaran dimana ruangan Alisha.
“Tetanggaan kita, kak. Yang pasiennya paling sedikit,” Alisha tak perlu menjawab dengan gamblang. Secara hanya ruangannya yang berada di sebelah poli interna. Tata letak setiap ruangan praktek di rumah sakit Medical Centre memang sedikit unik. Setiap ruangan hanya dua yang bersebelahan lalu ruangan yang lain dibatasi dengan sebuah lorong yang menghubungkan dengan toilet untuk pasien.
“Baguslah kalau poli saraf sepi. Emang kamu mau setiap hari berjibaku dengan pasien saraf ? Yang ada kamu juga akan jadi pasien. Kan gak lucu dokter saraf jadi pasien penyakit saraf,” Kali ini Dimas benar-benar tertawa ngakak melihat ekspresi wajah Alisha. Sebulan ini Dimas hanya berkutat dengan pasien yang semakin hari semakin banyak.
Alisha pun merasa senang dengan pertemuannya bersama Dimas. Bisa dipastikan hari-harinya akan ceria karena memiliki teman ngobrol yang asyik. Keduanya terus berjalan hingga tiba di depan ruangan Dimas.
“Silahkan lanjut kak,” Sekilas Alisha tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Ia tak ingin berlama-lama di depan ruang praktek Dimas. Pasien dokter tampan itu masih banyak sedangkan dirinya sudah selesai dengan urusan pasien.
Alisha kini duduk dengan manis di depan meja kerjanya. Ia memeriksa laporan medis pasiennya sebagai bagian dari pekerjaannya.
“Kalau suster Lia pingin bergaul silahkan aja,” Alisha tak mungkin menyekap suster pendampingnya jika tak ada lagi pasiennya. Alisha sendiri tak suka banyak bicara jika belum mengenal orang tersebut dengan baik.
Alisha sangat memahami kebiasaan suster dibelahan dunia manapun berada. Mereka sangat suka bergibah tentang banyak hal.
sy suka dgn cerita2 nya.