🏆Juara Satu Fiksi Modern Jalur Kreatif
Bagaimana jadinya, jika seorang pemuda yang baru berusia 18 tahun, harus di penjara hingga 12 tahun lamanya?
Padahal pemuda itu tidak pernah melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan kepada orang orang yang menuduhnya. Dia di Fitnah saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Atas kasus pembunuhan seorang pemuda yang tak lain adalah teman satu kelasnya.
Lalu apa yang selanjutnya pria bernama Jo itu lakukan? Setelah dinyatakan bebas dari hukuman yang dia jalani? Mampukah Jo menemukan para dalang yang sudah memfitnah nya dengan sangat keji?
Dan nilah perjuangan Jo.Yang Dinobatkan sebagai seorang mantan Narapidana yang melekat sampai akhir hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilham risa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian Yang Tak Terduga
Kini Jo sudah berada di parkiran yang paling ujung. Dia berjalan cepat hendak mengambil sepedanya dan segera menjemput sang adik yang biasanya sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
Kebetulan, Nadia juga mengikuti ujian semester akhir. Jadi Jo tidak ingin, kalau adiknya sampai menunggu dirinya terlalu lama.
Tapi ketika Jo akan menaiki sepeda milik nya. Dia dikejutkan oleh ban sepeda yang bocor di kedua ban nya.
Melihat hal itu, tentu saja membuat Jo menjadi kesal bukan kepalang. Padahal setiap akan pergi ke sekolah, Jo selalu mengecek ban sepeda yang akan dia ajak untuk bergelinding itu.
"Shitt....! Cobaan apa lagi ini. Kenapa harus bocor di saat jam pulang sekolah seperti ini. Mana dua sekaligus lagi yang bocor." rutuk Jo sambil menyepak ban sepeda miliknya itu.
Wajah Jo berubah menjadi gusar, dia melihat ke kanan dan ke kiri, sepertinya semua para murid sudah pulang meninggalkan sekolah tersebut.
Lalu Jo pun berinisiatif untuk menjemput adiknya terlebih dahulu, sambil membawa sepeda yang bocor itu.
Sesampainya di depan gerbang sekolah SMP, Jo celingukan kesana kemari, Dia tidak melihat adiknya yang biasa menunggu dirinya di depan gerbang sekolah.
Lalu Jo pun bertanya kepada abang penjual Cilok yang berada di samping dari gerbang tersebut.
"Bang..! Kenapa terlihat sangat sunyi sekali? Apakah murid kelas 3 SMP belum pada bubar?" tanya Jack menatap panik.
"Oh belum dek. Mungkin hari ini lumayan lama. Karena ada ujian tambahan. Tapi ya gak tahu juga ya, karena sebagian kelas 3 yang lain sudah ada yang pulang." jelas bang Cilok kepada Jo.
Jo sudah mengenal abang Cilok tersebut, karena Jo termasuk langganan yang menyukai jajanan abang itu.
Lalu Jo yang merasa bimbang pun meminta tolong kepada abang cilok tersebut.
"Bang. Aku boleh minta tolong gak sama abang?" tanya Jo menatap tidak enak.
"Minta tolong apa dek?"
"Begini bang. Kebetulan ban sepeda ku dua duanya bocor. Jadi aku berencana akan menempelnya di bengkel ban yang ada di samping sekolah ku di sana. Nanti kalau adik ku Nadia keluar dan menunggu di depan gerbang, tolong sampai kan kepada nya ya bang. Agar dia mau menunggu ku sebentar saja." jelas Jo kepada abang Cilok.
Mendengar permintaan Jo, dia pun langsung mengangguk. Kebetulan dia masih lama mangkal di tempat ini.
"Ya sudah, nanti abang sampaikan. Sekarang kamu segera bergegas menempel ban. Keburu adikmu keluar dari kelas."
"Siap bang. Makasih banyak kalau begitu." ucap Jo tersenyum senang.
Setelah itu Jo kembali mendorong sepedanya melewati sekolah nya itu, dan terus berjalan hingga tiba di tempat bengkel ban.
Tanpa Jo sadari, jika sedari tadi keempat pemuda yang bersembunyi di balik pagar sekolah, telah mendengar pembicaraan mereka berdua.
Marvel tersenyum menyeringai menatap kearah ketiga teman temannya. Mereka sudah tahu apa yang harus mereka bertiga kerjakan.
Tepat sepuluh menit setelah kepergian Jo, Nadia pun keluar dari dalam perkarangan sekolah. Dia menatap panik ketika di depan gerbang tidak melihat keberadaan abangnya.
Nadia, memang memiliki tubuh yang besar dan juga tinggi. Bahkan bisa dibilang Nadia sangat cocok menjadi siswi yang duduk di bangku sekolah SMA. Pantas saja kalau Marvel bisa tergila gila oleh gadis berparas cantik itu.
Kulit Nadia pun begitu putih, entah bagaimana kedua orang tuanya mengadoni Nadia dan Jo, sehingga anak anak mereka terlahir dengan paras dan tubuh yang sangat sempurna.
Marvel yang sedari tadi memperhatikan gadis cantik itupun langsung keluar dari persembunyiannya, dia hendak mendekati gadis yang sedang memasang wajah bingung.
"Hay Nadia...!" sapa Marvel ramah.
"Eh,"
Nadia terlonjak kaget saat melihat pemuda berseragam sama seperti kakanya mendekat kearah dirinya. Marvel yang menyadari keterkejutan Nadia pun langsung tersenyum manis.
"Ehm..! Kamu jangan takut. Namaku adalah Marvel, salah satu sahabat kakakmu di kelas. Oya kamu pasti sedang menunggu kakakmu bukan?" tanya Marvel mulai bersandiwara.
"Iya kak. Kalau boleh tahu ada di mana kakakku kak? Apakah dia masih berada di kelasnya?"
Nadia bertanya sambil menundukkan pandangannya, dia tidak terbiasa berbicara dengan pemuda selain kakaknya sendiri.
"Iya, saat ini kakamu berada di rumah penjaga sekolah, dia sedang membenarkan ban sepedanya yang bocor. Dan dia meminta tolong kepadaku, agar aku menjemput mu dan membawa mu ke tempat dia berada. Sepertinya kakakmu akan menghabiskan waktu lumayan lama untuk membenarkan ban sepeda miliknya. Jadi sekarang ayo ikut aku ke dalam sekolah, Aku akan mengantarkan mu menemui dirinya." ajak Marvel tersenyum meyakinkan.
Mendengar ajakan itu, Nadia menunduk bingung. Tapi dia merasa kasihan terhadap kakaknya, pasti kakaknya tidak mempunyai uang, sehingga harus berusaha membenarkan ban bocor sendirian.
Saat Nadia masih terus berpikir, tanpa gadis itu sadari, Marvel bermain mata kepada ketiga teman temannya yang sedang fokus mengalihkan perhatian abang penjual Cilok.
Lalu Nadia pun beranjak pergi mengikuti Marvel. Dia menebak pasti kakaknya sangat merasa lelah saat ini.
"Kasihan kakak. Aku harus membantu kakak menempel ban sepeda." gumam Nadia di dalam benaknya.
Mereka berdua terus menyusuri gedung gedung yang ada di dalam sekolah SMA tersebut, sampai setibanya di sebuah ruangan yang bertuliskan Base Came anak Sultan. Tiba-tiba saja Marvel menarik paksa tangan Nadia agar masuk ke dalam ruangan tersebut.
Merasakan tarikan itu, Nadia pun berteriak histeris. Dia berusaha melawan dan memberontak dari pria yang sedang menarik dirinya.
"Lepaskan aku kak! Apa yang ingin kakak lakukan?" bentak Nadia berwajah marah.
"Ikuti saja apa yang aku lakukan kepada mu. Jangan banyak tanya gadis kecil."
"Tidak..! Aku tidak mau kak, aku tidak mau."
Tas ransel Nadia langsung terhempas di atas lantai, tepat di depan pintu ruangan milik Marvel. Sedangkan wanita malang itu sudah di tarik paksa oleh Marvel, di susul ketiga anak buah Marvel yang ikut masuk ke dalam ruangan.
Brakkkk....
Tubuh Nadia langsung dihempaskan di atas ranjang, membuat gadis belia itu merasa sangat ketakutan.
"Tidak... ! Kalian mau apa? Aku mohon lepaskan aku!" teriak Nadia berusaha bangkit dari atas ranjang.
Tapi sayang, niatnya itu langsung di gagalkan oleh Marvel dan ketiga temannya. Mereka tertawa sambil menatap tubuh Nadia penuh hasrat bergairah.
"Bos! Ternyata benar-benar montok adik si pria miskin itu. Kau memang tidak pernah salah memilih wanita bos." puji Kenzo tersenyum menyeringai.
"Tentu saja, aku sangat jeli melihat barang bagus seperti ini. Sekarang ayo kita ikat kedua kakinya, aku sudah tidak tahan ingin segera mencicipi tubuh nya." titah Marvel sambil membuka baju seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.
Melihat gerakan mereka berempat. Membuat Nadia merasa sangat ketakutan. Dia menjerit sekuat kuatnya, agar ada orang yang bisa menolong dirinya. Tanpa dia tahu kalau ternyata, kamar tersebut memiliki alat peredam suara.
"Tidak..........!!!! Jangan sentuh aku......!" teriak Nadia ketika Marvel menimpa tubuh nya yang masih sangat suci itu.