Kisah Nyata : Adakalanya cinta itu memang harus dilepas, bukan karena jika bersama akan saling menyakiti, Namun...jika terus bersama, akan ada banyak hati yg tersakiti.
Diangkat dari kisah nyata, Adeeva seorang guru honorer yang di buat jatuh cinta oleh Adrian, seorang pria berprofesi sebagai polisi. Kegigihan Adrian membuat Adeeva luluh dan menerimanya.
Namun masalah demi masalah pun mulai bermunculan. Membuat Adeeva ingin menyerah dan berhenti. Bagaimana cara mereka menyelesaikan permasalahan yang ada? Akankah mereka bisa bersatu atau justru harus saling merelakan?
Temukan jawabannya di novel ini. Yang akan membuatmu masuk ke dalam kisah percintaan yang mengharukan.
Note : Demi menjaga privasi tokoh sebenarnya, semua nama dan lokasi kejadian sudah di rahasiakan.
follow saya di
Ig : lv.edelweiss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LV Edelweiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Lucu
Malam sudah semakin larut. Aku baru saja selesai membersihkan warung. Hujan tadi membuat jalanan basah dan udara semakin sejuk. Suasana desa sudah sepi senyap. Tak ada lagi suara kendaraan dan manusia. Semua orang sudah masuk ke dalam dunia bawah sadar mereka.
Aku menutup toko dan menguncinya. Mematikan semua lampu dan bergegas untuk naik ke kamar. Sebenarnya, ini bukanlah warung milik keluarga kami, namun milik adik laki-laki ibuku. Om Pian, begitu aku memanggilnya. Om Pian adalah orang yang sangat dikenal di desaku. Dia juga sudah menjadi saudagar yang kaya raya. Usahanya sudah ada dimana-mana. Mulai dari desa-desa sampai ke perkotaan. Dulu Om Pian menyuruh kami untuk tinggal di desa ini dan meninggalkan kota sebelumnya yang sudah kami tepati lebih dari 10 tahun lamanya. Dia juga memberikan modal usaha kepada kami agar bisa memulai bisnis baru. Maklum saja, bisnis ayahku dikota sebelumnya mengalami kebangkrutan.
Ponselku berdering. Ada pesan baru. Siapa lagi kalau bukan Adrian.
"Sudah tidur belum? " Tulisnya
"Belum... baru selesai beres-beres warung" Jawabku
"Besok pagi abang antar ya ke sekolah" Dia menawarkan
Akupun mengiyakan tawarannya. Mau bagaimana lagi. Aku sudah memulai tantangan, jadi aku juga harus siap untuk ditantang. Sebenarnya syarat-syarat itu hanyalah alasanku untuk menolaknya. Namun tidak aku duga dia justru semakin yakin untuk maju. Mungkin aku salah memilih lawan main. huft
***
Aku menunggunya di depan warung yang belum dibuka oleh ayah. Tapi dia belum juga datang. Justru yang lewat adalah mobil polisi yang selalu menyorotku dengan lampunya tiap kali kami berpapasan. Seperti biasa, dia tetap dengan klakson dan lampu sorotnya. Tapi sekarang aku tahu, dia bukanlah orang yang mengutus Ayu untuk mendatangiku. Ah, mungkin dia hanya polisi iseng yang kurang hiburan.
Dari jauh terdengar suara sepeda motor capung. Kenapa aku sebut capung, ya karena memang motornya mirip seperti capung. Bedanya capung bisa terbang, tapi ini tidak. Tampak seorang pria memakai seragam polisi melaju semakin lama semakin pelan. semakin dekat, dekat dan dekat.
Dia memutar arah terlebih dahulu, dan aku.... apa yang bisa aku lakukan selain hanya melihatnya. Dasar pria ambisius ini, gumamku membatin.
Dia tidak bicara sepatah katapun. Aku pun sama. Kami hanya terdiam sepanjang jalan. Yang tampak berbeda hanyalah tatapan orang-orang di sekelilingku. Tukang sapu jalan, sepasang suami istri yang baru keluar dari mesjid, juga abang-abang disepanjang toko-toko yang kami lewati. Entah apa yang mereka pikirkan saat melihatku di bonceng oleh seorang pria berseragam polisi ini.
Kami sudah sampai di depan pintu sekolah.
"Terimakasih ya..." Aku hanya mengucapkan itu saja.
"Buat apa? " tanyanya
Aku menghentikan langkahku dan berbalik.
"Yah... karna kamu uda nganterin. " jawabku
" Kayak ojek ya... " balasnya. Jelas itu bukanlah pertanyaan tapi pernyataan. Loh, apakah dia marah ? atau tersinggung?
"Eh, nggak gitu... jadi harus bilang apa dong? masa uda dianterin nggak bilang apa-apa? " Kataku
"Bilang apa kek gitu. 'Semangat kerjanya sayang' atau 'jangan lupa sarapan sayang'. Dia mulai ngelantur.
Aku terbahak didepannya. Tidak bisa ditahan lagi. Terkejut plus lucu mendengar kalimatnya. Ini cowok emang rada gila kayaknya. Hah? 'sayang'. Yang bener aja. Jadian juga belum.
"Udah... udah... pergi sana. Nanti telat... " Aku menggerakkan tangan menyuruhnya pergi dan dia justru tertawa. Sumpah! Ini orang ngeselin banget serius. Tapi sebentar, dia sepagi ini sudah membuat aku tertawa lepas. Apa aku... no, tidak bisa. Dia belum memenuhi semua syarat yang aku ajukan. Aku yakin, bahkan 1000% , kalau dia bakalan mundur di tantangan yang ke 7.
Sebab, tidak semua pria mau menemui orangtua pacarnya. Apalagi jenis pria-pria iseng di luar sana. Mereka beraninya Backstreet aja. Giliran diajak serius, punya banyak alasan. Kasian, perempuan kadang cuma dijadiin objek untuk nafsu mereka.
Aku berjalan menuju kelas. Tiba-tiba ada seseorang di belakang ku. Ternyata Pak Edwar.
"Buk, pacarnya ya?" Tanyanya.
"Bukan... temen. " Jawab ku.
"Ah nggak percaya. Mana mungkin temen. Pacar ya? " Tanyanya lagi. Aku menghentikan langkahku. Dan membalikkan badan ke arahnya.
"Pak, temen... iya tee... men.. " Aku lalu sumringah sinis padanya.
"Oh oke... kenal dimana? " Dia begitu cerewet kayak host-host gosip.
"Ah uda lah jangan bahas dia lagi... " Aku terus jalan menuju kantor. Pak Edwar kepo banget. Mau tau aja urusan pribadi orang lain. Laki kok gitu? Idih!
kawen aja truss sama pak Edward udah beress.. gak banyak kali abis episode..