Falling In LOVE Again

Ava telah siap dengan sebuah gaun berwarna biru navy yang melekat di tubuhnya. Ia akan menghadiri sebuah acara amal yang di mana keluarganya merupakan salah satu donatur tetap.

Tokk … tokk … tokk …

Pintu kamar hotelnya diketuk dan Ava tersenyum karena ia sudah tahu siapa yang melakukannya. Ava membuka pintu lalu mempersilakan Mario untuk masuk. Ia membiarkan pintu tetap terbuka karena ia hanya perlu melakukan beberapa hal lagi lalu mengambil tas tangannya.

“Cantik,” batin Mario.

Mario mengenakan setelan jas dengan warna yang sama dengan Ava. Semua itu dipersiapkan oleh Abra yang merupakan sahabat Alex.

Mario terus memperhatikan gerak gerik Ava yang membuatnya terpesona. Ia tidak tahu mengapa ia bisa seperti ini, padahal dulu saat ia menyukai Nala, perasaannya tak seperti ini.

“Va!” Terdengar suara Abra yang memasuki kamar yang ditempati oleh Ava, “kamu sudah siap?”

“Sudah,” jawab Ava.

“Cantik sekali!” puji Abra yang langsung menghampiri Ava lalu memegang kedua bahunya, sambil memperhatikan penampilan Ava dari atas ke bawah.

“Mengapa ia memegang Ava seperti itu?” batin Mario yang tak suka melihat Abra menyentuh Ava.

“Terima kasih, Kak. Kakak juga sangat tampan,” puji Ava.

Dalam hati Mario seakan tak terima jika Ava memuji Abra. Ia yang masuk tadi sama sekali tak dipuji oleh Ava. Mario hanya bisa menghela nafasnya pelan.

“Kita berangkat sekarang?” ajak Abra.

“Ya, ayo!”

Abra melangkah terlebih dahulu, lalu tanpa disangka oleh Mario, Ava meraih lengan Mario dan mengalungkan tangannya di sana. Hal itu membuat Mario menoleh ke arah Ava.

“Jadilah pasanganku malam ini, Kak,” pinta Ava.

Mario sedikit menautkan kedua alisnya karena ia sedikit tak percaya dengan ucapan Ava. Namun, di dalam hati ia merasa senang, bahkan jantungnya berdebar dengan cepat ketika Ava mengalungkan tangan pada lengannya.

“Kakak tidak mau?” tanya Ava yang melihat Mario diam.

“Aku mau, tapi …,” Mario mengarahkan pandangannya pada Abra yang keluar dari kamar.

“Kak Abra akan pergi bersama dengan tunangannya,” ucap Ava, dan Mario pun akhirnya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

*****

Ryan berdecak kesal ketika ia harus pergi ke Bali untuk menghadiri sebuah acara amal. Bukan untuk menyumbang, tapi untuk mendekatkan diri pada para pengusaha yang datang ke acara tersebut. Dad Freddy sepertinya telah menyusun banyak rencana dan ia mengetahui tempat tempat di mana ia mungkin bisa mendapatkan kucuran dana yang besar agar Perusahaan Dome bisa terselamatkan.

“Seharusnya Daddy yang pergi, bukan aku. Aku sedang malas berkumpul, apalagi harus ditemani olehnya,” gumam Ryan sambil menoleh ke samping di mana seorang wanita telah siap dengan gaun seksi yang dikenakannya.

Ya, di sampingnya sudah ada Tamara. Wanita itu ternyata masih saja berada di sampingnya meskipun kini sudah tak ada yang mengikat mereka. Bahkan Dad Freddy juga mengancamnya agar tidak brrlaku buruk pada Tamara.

“Mengesalkan!” gumam Ryan dengan wajah cemberut.

Tamara tersenyum pada Ryan sambil berkata, “Tersenyumlah, atau kamu lebih suka mendekam di dalam penjara?”

Ryan berdecak kesal. Ia tak suka keadaan ini. Ia tak mau masuk ke dalam penjara, tapi ia juga tak mau berada dekat dengan Tamara.

Turun dari mobil, Ryan dengan terpaksa membukakan pintu untuk Tamara. Tamara pun tersenyum dan meraih lengan Ryan.

“Ingat, sekali saja kamu bersikap buruk padaku, jangan salahkan aku yang akan membawa kasus itu ke pihak kepolisian. Dan jangan bilang kalau aku mengancammu, aku justru membantumu dari sikap Daddyku.”

“Aku tahu! Kamu tak perlu mengingatkanku berulang kali,” ujar Ryan.

“Bagus kalau kamu sudah mengerti,” bisik Tamara.

Keduanya melangkah masuk ke ballroom di mana acara amal diselenggarakan. Ryan menghela nafasnya pelan saat melihat begitu banyak pengusaha yang ternyata turut datang dalam acara tersebut.

Ryan dan Tamara melangkah melewati beberapa pengusaha dan kadangkala menyapa. Hingga sepasang mata melihat ke arah mereka, yang tak lain adalah Ava. Tak ingin melihat keduanya terlalu lama, Ava pun menjauh dari sana.

*****

Mario yang masuk ke dalam ballroom acara bersama dengan Ava, merasa tak percaya diri. Meskipun dirinya dulu adalah putra seorang pengusaha, tapi kini semua telah berbeda.

Ia keluar dari ruangan acara karena ponselnya bergetar dan terlihat nama sahabatnya tertera di layar ponselnya.

“Halo.”

“Halo, Mar. Bagaimana kabarmu?”

“Aku baik, terima kasih, Dev,” ucap Mario. Ia memang sangat berterima kasih pada Devian dan juga Nala akan keadaannya sekarang. Tanpa mereka, mungkin ia masih berada dalam putaran masalah keluarga yang tak akan pernah selesai.

“Aku senang mendengarnya. Aku dan Nala tak akan khawatir lagi padamu.”

“Maaf,” ucap Mario.

“Kami berdua adalah sahabatmu, Mar. Jangan pernah lupakan itu. Bagaimana dengan Ava?”

“Aku sudah berjanji pada Nala, aku akan menjaganya. Bukankah hutangku pada kalian sudah begitu banyak? Jadi menjaga Ava dengan baik pun belum bisa membayar apa yang telah kalian perbuat untuk keluargaku.”

“Tapi … apa Kamu sudah benar benar melepaskan cintamu pada Nala kan?”

“Nala? Ya, aku mencintainya …”

🧡🧡🧡

Cherry mohon maaf kalau sudah lama tidak update. Baru pulang dari luar kota karena ada pekerjaan yang perlu diselesaikan dan tidak sempat menulis. Mudah2an setelah ini bisa rutin, meskipun tidak setiap hari, mengingat pekerjaan di RL yang menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Terima kasih kaka semua 🙏🥰