11
Anggi Putri Nugroho, wanita cantik yang baru menyelesaikan pendidikan kedokterannya di usia 23 tahun. Memiliki kepercayaan diri tingkat tinggi membuat Dokter Anggi tanpa segan menerima tantangan dari kedua sahabatnya untuk menakhlukan seorang laki-laki asing yang mereka temui di club. Hingga akhirnya kisah rumit percintaannya 'pun dimulai.
Ig : Ratu_Jagad_02
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Jika di kediaman Nugroho Morgan sudah berbaring tenang di karpet ruang keluarga, maka di sisi lain ada dua pasang mata yang menatap fokus pada layar ponsel di hadapan mereka. Tidak lama, ponsel itu 'pun di tutup hingga menyisakan dua orang pemilik dua pasang mata tadi yang tampak duduk berdampingan.
"Bagaimana menurut Bunda?" tanya Ayah Ardan.
"Seperti yang kita lihat, Morgan cukup baik ternyata."
"Hm."
Untuk kali ini Ayah Ardan sependapat dengan istrinya, sebab ia sendiri 'pun melihat bagaimana repotnya Morgan mengurus Naina, sedangkan Anggi justru tertidur damai di sofa. Ya, Ayah Ardan dan Bunda Gita memantau CCTV kediaman mereka demi memastikan apa saja yang dilakukan oleh Anggi dan Morgan, terutama mereka ingin melihat keadaan cucu mereka, dan begitu layar ponsel yang menunjukan rekaman CCTV terlihat, baik Ayah Ardan maupun Bunda Gita cukup lega saat melihat Morgan mengasuh Naina dengan baik, bahkan Ayah Ardan dan Bunda Gita sampai dibuat tercengang kala melihat Morgan yang cukup mahir menyapu kediaman mereka.
"Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Dengan merestui Morgan jadi menantu, Ayah akan mendapat menantu yang baik untuk menjaga Anggi, sekaligus menantu yang baik untuk mengurus rumah utama kediaman nugroho," gurau Bunda Gita membuat Ayah Ardan terkekeh.
*
Anggi terbangun dari tidur siangnya dan melihat ruang keluarga yang sudah tampak rapi. Anggi lantas mengecek Naina dan ternyata keponakan gembulnya itu tengah tidur siang dengan damai, mungkin gadis kecil itu cukup lelah setelah menangis cukup lama tadi. Anggi mengedarkan pandangannya saat ia tidak mendapati keberadaan Morgan di sana.
"Dimana dia?"
Dentingan alat dapur membuat Anggi meyakini bahwa Morgan berada di dapur. Meski sedikit tak yakin, tapi Anggi tetap menuju dapur untuk memastikan. Sebab, di kediaman utama keluarganya ini memang tidak menyediakan ART, alasannya tentu saja karena Bunda Gita yang sudah pensiun dari dunia kedokteran hingga ia bisa lebih fokus mengurus rumah tangga, maka dari itu Bunda Gita memutuskan untuk tidak menggunakan jasa ART.
"Kau sedang apa?" sapa Anggi saat ia benar-benar melihat Morgan berada di sana.
"Hai Honey kau sudah bangun?" sapa Morgan balik.
Anggi mendekat demi melihat apa yang Morgan lakukan lebih jelas. Melihat Morgan yang tengah memasak nasi goreng, Anggi seketika mengernyitkan dahinya tak yakin. Seorang Morgan memasak nasi goreng? Yang benar saja.
"Kau mau coba? Ini untukmu." Morgan menyodorkan sepiring nasi goreng di hadapan Anggi.
"Kau yakin dengan rasanya?" tanya Anggi. Jujur saja, secara visual, nasi goreng itu memang benar-benar menggugah selera. Namun secara rasa, Anggi masih cukup meragukannya.
"Kau tidak percaya dengan kemampuanku? Baiklah, buka mulutmu!"
Morgan mengambil sendok dari rak dan menyuapkan sesendok nasi goreng itu pada Anggi. Begitu masuk ke mulut, Anggi sendiri 'pun tak mampu berkata-kata untuk menilainya. Anggi langsung merampas sendok dan piring di tangan Morgan, lalu membawa nasi goreng miliknya menuju meja makan. Morgan tersenyum melihat reaksi Anggi setelah memakan masakannya, ia lantas mengikuti Anggi untuk duduk di meja makan.
"Bagaimana kau membuat makanan se-enak ini?" tanya Anggi dengan mulut penuh makanan.
"Tidak sulit, aku hanya memasaknya dengan penuh cinta." jawab Morgan santai.
"Cih! Memasak itu pakai bumbu, bukan cinta."
"Kau salah kalau begitu. Dengar, banyak tukang bakso di pinggir jalan, mereka itu sebenarnya anak buah dari satu bos yang sama, bahkan bahan dan racikan baksonya 'pun diracik oleh satu orang yang sama, tapi rasa bakso buatan meteka bisa berbeda-beda. Kau tahu apa sebabnya?"
"Apa?"
"Karena tidak semua penjual menyajikan dagangannya dengan cinta. Coba kalau mereka benar-benar menyajikan dengan penuh cinta, maka rasa masakan mereka akan jauh lebih nikmat." tutur Morgan.
"Begitu ya?"
"Hm."
"Aneh."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Aku udah ngalamin ini sendiri soalnya. Jadi waktu itu ada penjual tekwan dua orang bergantian gitu di depan tempat aku kerja. Jadi kadang aku beli yang satunya kadang beli yang satunya lagi, tapi ternyata rasanya beda. Akhirnya aku jadi sering beli tekwan yang menurut aku rasanya enak itu. Pas udah sering beli tekwan sama pakde yang jualannya enak, aku jadi makin deket sama pakde yang jualan, kadang suka cerita-cerita juga. Terus akhirnya aku bilang kalo rasa tekwan pakde itu lebih enak daripada penjul yang satunya lagi. Terus kata pakde-nya "Masa sih, Neng? Padahal ini baksonya racikannya si penjual yang itu tau, 'kan penjual yang itu bosnya pakde." 😂😂