Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cepatlah bersiap, mom sudah menunggu di Villa.
Josua nampak uring-uringan karena tidak bisa bertemu dengan Jeni, satu hari tidak bertemu saja membuat dirinya begitu rindu. Lalu, apa kabarnya jika harus berpisah selama satu bulan, pikirnya.
"Apakah aku bisa berjauhan dengan Jeni selama satu bulan ke depan?" tanya Josua dengan sendu ketika malam hari tiba.
Ternyata sesuai dengan dugaannya, hidup pria itu kini begitu merana tanpa kehadiran Jeni. Setiap harinya terasa sepi dan juga hampa, jika dia merindukan wanita itu maka dia akan menonton video yang ada di dalam ponsel wanita itu.
Padahal, selama dua puluh tahun hidupnya tanpa wanita, dia merasa baik-baik saja. Akan tetapi, setelah mengenal Jeni, justru dia merasa tidak baik-baik saja.
Josua sempat merasa aneh, karena Josua berkenalan dengan Jeni baru sebentar saja. Baru dalam hitungan bulan saja, tidak seperti saat mengenal Juni. Dia dan juga Juni merupakan teman main sejak kecil, tapi keduanya saling menyukai dan selalu menutup diri dari orang lain.
Namun, kini hidupnya benar-benar terasa hampa jika dia tidak bertemu dengan wanita itu. Hari ini juga Josua terlihat begitu tidak bersemangat, karena sudah satu bulan lamanya dia tidak bertemu dengan Jeni.
"Haish! Pernikahan tinggal dua hari lagi dilaksanakan, kenapa Jeni tak kunjung datang menemui aku? Apa pernikahan tidak jadi dilaksanakan?" tanya Josua dengan resah.
Tiba-tiba saja pikiran buruk bermunculan, Josua merasa jika perginya Jeni selama satu bulan ini adalah untuk menggagalkan rencana pernikahan mereka.
Karena Jeni benar-benar tega terhadap dirinya, selama satu bulan penuh wanita itu sama sekali tidak ada menghubungi dirinya. Padahal, seharusnya Jeni memberikan sedikit perhatiannya terhadap dirinya yang begitu merindukan wanita itu.
Josua juga benar-benar merasa kesal terhadap John dan juga juliette, karena putrinya itu dan juga asisten pribadinya itu sama sekali tidak mau membuka suara tentang di mana keberadaan Jeni.
"Jangan-jangan Jeni mempermainkan aku lagi," ujar Josua dengan frustasi.
Pria itu terlihat menjambak rambutnya dengan kasar, jika pernikahannya tidak jadi dilaksanakan, bagaimana dengan nasibnya, pikirnya.
Dia sudah meminta John untuk mempersiapkan pernikahannya di Villa, bahkan dia sudah mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk persiapan pernikahannya dan tentunya untuk membeli gaun pengantin yang begitu indah untuk Jeni.
Josua nampak duduk di ruang tengah dengan wajah frustasinya, Juliette yang baru saja datang langsung menghampiri Josua dan duduk tepat di samping pria itu.
Juliette bahkan tanpa ragu langsung memeluk Josua, sedangkan Josua hanya. bisa menghela napas berat ketika mendapatkan perlakuan seperti itu dari putrinya.
"Daddy, ayo kita berangkat ke Villa. Mommy. sudah menunggu di sana," ujar Juliette.
Josua yang mendengar apa yang dikatakan oleh juliette langsung mengurai pelukannya, lalu dia menatap wajah juliette dengan tatapan tidak percaya.
"Kenapa Daddy menatap Juli dengan tatapan seperti itu?" tanya juliette.
Padahal juliette sudah sangat tahu jawabannya, karena pasti ayahnya itu merasa dipermainkan oleh dirinya selama satu bulan ini. Namun, tetap saja dia bertanya.
"Kamu tidak sedang mempermainkan Daddy kan, Juli?" jawab Josua dengan pertanyaan.
Juliette langsung menggelengkan kepalanya, karena dia memang tidak sedang mempermainkan ayahnya.
"Tentu saja tidak, karena selama satu bulan ini mommy memang tinggal di Villa kita. Jadi, ayo kita menyusul mom. Aku sudah sangat merindukan mom," jawab Juliette.
"Apa?!" teriak Josua dengan tidak percaya.
Bisa-bisanya selama satu bulan ini Jeni tinggal di Villa miliknya, sedangkan dirinya selalu saja merindukan wanita itu tanpa tahu keberadaannya.
Jika saja Josua tahu kalau Jeni tinggal di Villa miliknya, sudah dapat dipastikan jika Josua akan menyusul dan menemui wanita itu. Untuk urusan pekerjaan, dia bisa menyerahkan kepada John.
"Sudah jangan teriak-teriak, Daddy lebay banget sih! Daddy mau bawa apa aja ke Villa? Juli tunggu di depan, jangan lama-lama. Kasihan om John."
Juliette berbicara dengan sangat mudah sekali, tidak ada raut wajah bersalah. Hal itu membuat Josua sangat kesal dan membuat dia menjadi sangat kesal.
"Apa?" pekik Josua lagi.
Dia benar-benar tidak menyangka jika putrinya itu bisa bekerjasama dengan John seperti itu, Josua bahkan sampai heran, ancaman seperti apa yang dikatakan oleh juliette kepada John, sehingga asisten pribadinya itu begitu menuruti keinginan dari putrinya.
Karena setahunya John adalah pria yang tegas pria yang mandiri, pria yang pintar bela diri dan tidak mudah didekati. Namun, di tangan Jeni, John benar-benar tidak bisa berkutik sama sekali.
"Cepatlah bersiap, mom sedang memasak makanan kesukaan Daddy. Nanti pas kita datang, pasti masakannya sudah matang."
Juliette langsung meninggalkan Josua yang kini terlihat menepuk-nepuk jidatnya, karena selama satu bulan ini dia benar-benar merasa seperti orang bodoh.
"Ck! Mereka itu keterlaluan sekali, awas saja nanti kalian. Pasti akan aku balas," ujar Josua dengan kesal.
Josua tidak menyangka jika ternyata calon istrinya itu disembunyikan di daerah pribadinya sendiri, santai saja dia begitu kesulitan untuk menemukan Jeni, pikirnya.
Namun, jika dipikirkan kembali, kenapa dia tidak berpikiran jika Juliette yang sudah menyembunyikan calon istrinya itu. Kenapa dia malah berpikir jika Jeni pergi ke tempat yang jauh dan tidak dia ketahui.
"Kenapa aku jadi sangat bodoh?" tanya Josua dengan bingung.
Karena biasanya dia selalu berpikir dengan cepat, tetapi sepertinya dia sudah terkena virus cinta. Maka dari itu dia sedikit kesulitan dalam berpikir dengan jernih.