RAHASIA ISTRI KU

Milla masih menangis sesenggukan ia tak peduli jika Haidar masuk dan melihat dirinya menangis. Ia sudah tak tahan dengan semuanya. Tapi bagaimana ia bisa lepas dari keadaan yang menyakitkan ini. Milla hanya memiliki dua pilihan, melepaskan pernikahan yang menyakitkan ini tapi di lain sisi Milla tak ingin keluarganya kecewa dengan perpisahannya apalagi Bib Sihap dan Umi zamani, mereka yang membawakan lamaran ini dan pastinya mereka berdua akan merasa sangat bersalah. Kemudian pilihan yang keuda adalah mempertahankan dan menerima semuanya dengan hati yang lapang. Dua duanya sangat menyakitkan bagi Milla.

Milla merasa bahwa yang ia pilih saat itu adalah kesalahan terbesarnya. Kenapa ia tak menolak lamaran bib Sihap kepadanya. Demi Tuhan Milla tak memiliki niatan apapun ketika menerima lamaran Bib Sihap.

Milla melamunkan kehidupannya yang luar biasa tak gampang dan penuh liku. Rasanya Milla tak kuat menjalani ini semua..

Dimulai dari drop out kampus sebab ia tak ingin menjadi beban orang tuanya. Kemudian di caci tetangga dan keluarga besar bapaknya sebab ia di sangka tak niat kuliah. Di banding bandingkan dengan sepupunya yang seorang lulusan sarjana. Sedangkan dirinya hanya menjadi karyawan toko jasa pegadaian dan pelelangan barang. Milla menjalani kehidupan nya dengan diam. Diam diam dia mulai menabung di sektor lahan. Hanya kedua orang tuanya yang tau. Bapak ibu Milla tak pernah meminta sepeserpun dari gaji Milla sehingga ia bisa mengumpulkan uangnya untuk investasi. Setelah itu Milla memulai membangun toko yang dijalankan oleh ibunya di kawasan pondok Bib Sihap dengan bantuan dari bapaknya.

Akhirnya Milla pergi ke Surabaya untuk di dipindah tugaskan dan gajinya juga lumayan. Jangan lupakan juga Milla mempunyai bisnis tekstil yang dulunya di jalankan di jepara tapi setelah ia pindah ke Surabaya jualan nya semakin lancar sebab pasar di surabaya sangatlah luas. Sehingga memudahkan penjualan Milla meningkat.

Kemudian bertemu dengan Vivi, dia adalah salah satu teman kampusnya yang dahulu. Tapi mereka masih kontak kotakan. Akhirnya Mila bisa mencicil tempat untuk tokonya Almeera Colection di bantu dengan Vivi juga. Vivi adalah anak orang yang berada Ibarat kata Vivi bekerja hanya untuk menghilangkan rasa bosan nya saja. Kebetulan Milla yang membutuhkan seorang desainer akhirnya meminta Vivi untuk bergabung.

Kemudian Milla memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya, ia harus membagi waktunya untuk berkerja mengurus toko dan Kuliah. Bahkan Milla harus mengambil beberapa mata kuliah sekaligus, supaya kuliahnya cepat selesai. Di sanalah ia bertemu dengan Hasan. Hasan saat itu sedang melakukan studi S2. Milla mengenal Hasan sebagai pria biasa Hasan juga sering Mendekati Milla tapi tak secara terang terangan. Kejadian beberapa minggu sebelum ia menikah dengan Haidar adalah Hasan meminta dirinya utuk menemaninya pergi ke rumah orang tuanya. Mereka tak sendiri ada juga teman Hasan yang lain. Sedangkan Milla mengajak Vivi ikut serta. Milla terkejut ketika sampai di Sana mereka disambut sedemikan hormatnya dan Disitu Mila baru tau ternyata Hasan adalah anak dari seorang kyai...

Lebih parahnya lagi Hasan memperkenalkan dirinya sebagai teman dekat nya kepada orang tuanya dan disana Milla dicecar pertanyaan-pertanyaan tentang latar belakang keluarganya. Hasan tak mengatakan apapun kepada Milla. Hasan hanya mengatakan jika ia ingin Milla mengajak mengunjungi orangtunya yang di pondok.

"San kamu sudah kami jodohkan dan kenalkan ke gadis yang setara dengan kita. Kamu itu serong anak kyai jadi kamu harus menikah dengan anak kyai juga. Supaya kamu bisa meneruskan pondok dengan istrimu kelak.. Lagi Pun umi tidak mempercayai gadis sembarangan. Terkadang mereka itu hanya ingin menumpang ke lingkungan sosial kita.. Umi takut dia ingin denganmu hanya karena status sosial kamu... " Kata itu yang Milla dengar dan beliau mengatakan itu didepan Vivi dan teman Hasan Lainnya. Milla malu, bahkan Milla tak mengetahui siapa Hasan. Milla tak tau jika Hasan adalah pria dari keluarga terpandang. Sekarang ia merasa dipermalukan oleh hasan dan ia merasa dibohongi juga. Milla memutuskan untuk pulang dan di saat itulah ia mendapatkan tawaran lamaran dari bib Sihap. Apalagi setelah menikah Haidar sudah tak mengizinkan dirinya untuk kembali Ke Surabaya jadi Milla tak sempat kembali ke Surabaya.

Milla yang sedang melamun di kejutkan dengan ketukan pintu. Ia segera berdiri dan membuka pintu dan beranjak ke kamar mandi.

Haidar yang melihat jika Milla sedang menangis hanya menghela nafas. Kenapa ia tak langsung kembali ke kamar sebab ia sedang melihat ke tempat anak Hadroh untuk melihat apakah mereka sudah tidur. Jam menunjukkan pukul 1 malam dan mereka sudah tertidur.

Haidar melepas kemejanya dan hanya menggunakan kaos polo putih. Ia sedang menunggu Milla keluar dari kamar mandi ia juga ingin bersih bersih.

Haidar duduk di kursi sofa yang berada di dekat meja rias. Sebab Haidar belum bersih bersih jadi ia tak duduk di tempat tidur. Milla keluar dengan wajah memerah dan ia berusaha mengusap wajahnya.

Mereka berdua sama sama diam dan haidar masuk kedalam kamar mandi. Ketika ia keluar dari kamar mandi ia melihat melihat Milla sudah tidur memunggunginya. Ia mengambil sarung dan kaos polo hitam yang sudah di siapkan oleh Milla.

Ia juga ikut masuk ke dalam selimut dan melihat ke arah Milla dan Haidar melihat Milla sudah memejamkan matanya.

"Mill..." Tanya Haidar tapi tak ada sahutan

"Kamu sudah tidur..??" Tanya Haidar lagi

Haidar tau jika Milla belum tertidur merasa kesal sebab panggilannya tak di jawab "Kalau di panggil suami itu jawab atau setidaknya menoleh. Lagian orang tidur kok cepet banget pulesnya " Milla merasa tersindir akhirnya menolehkan kepala nya dan melihat suaminya sedang menyandarkan dirinya di sandaran tempat tidur

"Kenapa..?" Kata Milla singkat

" kamu tidak ingin menjelaskan sesuatu kepada saya.." kata Haidar

"Menjelaskan tentang apa..?"

"Terserah kamu, tentang menjadi mentor di pondok atau tentang Hasan.. " Kata Haidar, lama lama ia kesal juga dengan Milla yang bertele tele

"Tidak ada penjelasan untuk keduanya bib,," Kata Mila singkat dan kembali memunggungi Haidar

Haidar yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas....

"Sejak kapan kamu ikut kegiatan di pondok..? Kenapa saya tidak pernah tau..? Dan sejak kapan kamu mengenal Gus Hasan..? dan bagaimana kalian bisa saling mengenal...? Jangan mengelak, saya suami kamu saya berhak mengetahuinya" Tanya Haidar to the poin. Milla yang mendengar suaminya bertanya demikian, menoleh kembali dan ikut menyandarkan dirinya di sandaran tempat tidur

"Pertama, Milla tak ingat sejak kapan dan tidak penting sejak kapan, dan sejak kapan jenengan pingin tau apa yang Milla lakukan...?" Haidar yang mendengar kan jawaban Mila yang penuh sindiran itu merasa tersindir. Benar juga selama ini ia tak peduli dengan apa yang Milla lakukan.

"Yang kedua tentang Gus Hasan, Milla tak mengenal Gus Hasan. Yang Milla kenal itu Hasan teman dan seniornya Milla, dia bukan seorang gus dia hanya pria biasa..."

" dan Yang terakhir sejak kapan jenengan menggunakan hak jenengan sebagai suami. Jika seperti ini saja jenengan baru mengatakan Hak suami.." Jawab Milla dengan penuh penekanan dan menatap mata Haidar dengan tajam

Haidar yang merasa Milla masih bisa cerewet setelah kejadian tadi hanya bisa melongo. Jangan lupakan kata katanya yang deep itu. Haidar yang terpancing malah menggoda Milla "Sebenarnya menjawab pertanyaan suami itu bukan sebuah Hak mill tapi keharusan, mau saya kasih tau apa Hak suami ke istrinya..." Haidar mendekatkan wajahnya ke Milla.

Milla terkejut dengan wajah suaminya yang semkin mendekat ke wajahnya Ia langsung saja berbalik memunggungi Haidar. Ia baru sadar dengan perkataan Haidar tentang Hak Suami.....

"Milla mau tidur ngantuk.." Haidar yang mendengar jawaban Milla hanya tersenyum. Tadi ia sangat berani menatap tajam matanya seperti singa betina. Sekarang ketakutan sendiri seperti Kucing. Haidar terkekeh melihat ekspresi Milla. Ia sedikit bisa melupakan kejadian menegangkan tadi. Teryata dengan kita bercanda atau mengobrol bisa menciptakan suasana harmonis versi kita. Sesederhana itu...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...