NovelToon NovelToon
Istri Dosen Galak

Istri Dosen Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: Kunay

Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.

Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.

Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memberitahu Kebenaran

Abimanyu akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah mereka setelah kejadian itu dan tidak melanjutkan niatnya untuk menonton karena kejadian yang barusan. Selain itu, dia juga sedikit tersindir oleh perkataan Gerald mengenai Fiera yang pergi berkencan, bukannya belajar untuk ujiannya.

Setelah sampai di rumah. Infiera membersihkan diri dan bergegas masuk ke ruang kerja Abimanyu, yang sekaligus juga dia jadikan tempat belajarnya, karena di sana sudah menunjang bahan pelajarnya.

Fiera duduk di lantai dengan beralaskan karpet tebal. Di samping kiri dan kanannya terdapat tumpukkan buku, dan di hadapannya laptop menyala, berisi beberapa rangkuman materi yang sudah dia buat.

Fiera sesekali memeriksa ponselnya untuk melihat pesan yang masuk, [Kak Gio, nanti, ya, kita bicarain soal naskahnya. Aku lagi belajar buat ujian.]

Fiera meletakkan kembali ponselnya dan hanya melirik sekilas saat dia mendapatkan balasan dari ujung sana.

Tiba-tiba, pintu masuk ruangan belajar itu terbuka dari luar. Abimanyu muncul dengan sebuah cangkir di tangannya.

“Mas,” ucap Fiera saat melihat kedatangan suaminya. “Mas mau kerja, ya?” Dia meraih buku di hadapannya, dan bersiap untuk mematikan laptonya.

“Engga. Mas cuman masih ngasih ini.” Abimanyu mengulurkan cangkir ke hadapan istrinya. “Mas buatin teh jahe buat kamu. Supaya rileks belajarnya.”

“Hah?” Fiera terkejut dengan perlakuan Abimanyu yang sangat berbeda dari biasanya. Dia tidak menyangka kalau dia bisa melakukannya. “I-ini buat aku, Mas?” tanyanya untuk memastikan.

“Tentu saja, untuk siapa lagi?”

“Ah....” Fiera menerima cangkir tersebut. “Terima kasih.”

“Sama-sama,” jawab Abimanyu. Dia melangkah menuju ke meja kerjanya.

Fiera menatap langkah pria itu hingga duduk di kursi kebesarannya. Wanita itu berpikir jika Abimanyu akan pergi setelah memberikan teh jahenya. Ternyata, dugaannya salah. Abimanyu malah duduk di sana.

“Kenapa bengong? Lanjutin saja. Mas di sini cuman mau cek beberapa email yang dikirim karyawan kafe.” Abimanyu sempat cerita mengenai kafe yang sedang dia persiapkan dengan Gerald belakangan ini pada Infiera saat mereka sedang sarapan beberapa hari yang lalu.

“Emm ... baiklah.” Meski  tidak terlalu nyaman dengan kehadiran pria itu, tapi Infiera tetap melanjutkan belajarnya, karena dirinya tidak lagi memiliki waktu untuk bersantai.

“Fier, cerpen yang kamu kumpulkan hari itu, konsep dari awalnya memang begitu, ya?”

“Eh? Emangnya kenapa, Mas? Ada yang salah, ya?”

“Engga ada yang salah, sih. Tapi, kamu yakin sama ending-nya?”

“Kenapa dengan ending-nya? Itu, kan, genre romance.”

Abimanyu bergeming dan terlihat berpikir, sebelum kembali berucap, “Konflik setragis itu, kamu buat happy ending?” tanya Abimanyu, meletakkan ponsel di atas meja dan menatap sang istri yang sedang menunduk ke laptopnya.

Fiera menghentikan kegiatannya dan menatap lurus pada Abimanyu. “Mas ini kenapa? Memang, orang yang punya masalah pelik. Engga boleh bahagia?”

“Bukan begitu. Kan, kita juga harus realistis juga saat membuat cerita.”

Fiera menjentikkan jarinya setuju dengan ucapan Abimanyu. “Justru karena aku realistis. Makanya aku buat happy ending.”

Abimanyu terlihat masih tidak mau kalah dengan argumennya. Dia kembali menjawab, “Gini, deh. Kamu menulis bagaimana kehidupan si Batara itu ketika dia masih kecil harus menghadapi perceraian kedua orang tuanya. Lalu, ayahnya pergi engga tanggung jawab dan menikah lagi. Kamu buat keluarga ayahnya bahagia dengan kehidupan barunya. Sedangkan si Batara harus berusaha keras bersama dengan ibu dan juga ketiga kakaknya.”

“Terus?” Fiera mengangguk ingat betul dengan jalan cerita yang dia tulis.

“Saat sudah dewasa. Si Batara ini malah harus berjuang sendiri saat kakaknya yang laki-laki jadi tentara, lalu menikah. Kakaknya yang perempuan jadi bidan, dan kakaknya yang satu lagi menyelesaikan kuliah, menjadi sarjana pertanian, terus menikah dengan pria kaya. Si Batara? Dia malah terlilit hutang untuk menghidupi diri sendiri dan ibunya. Haha... kamu benar-benar sadis, ya, nyiksa tokohmu.”

“Haha ... . Mas ga tau, ya, kalau di kehidupan nyata ada yang seperti itu?” Fiera ikut tertawa, membuat Abimanyu terdiam seketika.

Infiera menghentikan tawanya dan menatap serius pada suaminya. “Mas, di dunia ini engga semua orang memiliki keberuntungan yang sama. Bahkan, di dalam satu rumah sekali pun. Tapi, itu bukan berarti dia engga memiliki kesempatan buat punya kebahagiaan. Mas pikir jika bapak di Bandung seorang petani. Aku juga harus menjadi petani juga kah? Atau, karena keluargaku yang memiliki kondisi strata ekonomi menengah ke bawah. Aku juga harus mengalami hal yang sama? Haha ... itu artinya aku menikahi mas itu sebuah ketidakadilan, ya? Ah, iya, bener. Kan, ada hati yang tersakiti,” sindirnya, kembali menunduk. Fiera terlihat memalingkan wajah, tidak mau melihat perubahan di wajah suaminya.

“Fiera.”

Setelah pembicaraan itu hanya ada keheningan di ruangan kerja sekaligus ruang belajar yang digunakan Fiera. Abimanyu diam dengan ucapan istrinya yang tajam dan menohok. Apakah selama ini dia memiliki pemikiran sesempit ini? Kenapa Abimanyu selalu mengharapkan akhir yang tragis untuk perjalanan cerita yang menyedihkan.

***

Hari ujian tiba. Fiera terlihat percaya diri dengan hasil belajarnya selama ini. Malam itu, setelah percakapannya dengan Abimanyu mengenai ending cerpen yang dibuatnya, Fiera melanjutkan belajar. Sedangkan Abimanyu tetap diam di ruangannya entah sampai pukul berapa.

Begitu kelas berakhir. Abimanyu dengan cepat meninggalkan ruang kelas, karena dia masih harus mengawasi kelas yang lain. Saat di tengah perjalanan. Sania berlari mengejar dan memanggilnya, “Pak, saya boleh mengejar nilai saya yang kurang?”

Abimanyu menyipitkan matanya. Sejak kapan dia membuat negosiasi seperti itu untuk mahasiswa yang sudah melanggar aturannya?

“Maaf, tapi kamu tetap harus mengulang semester depan.” Abimanyu melanjutkan langkahnya , meninggalkan Sania.

“Tunggu, Pak.”

Abimanyu menghentikan langkahnya dan menatap datar pada mahasiswa yang sudah membuat istrinya ketakutan kemarin malam. “Ada apa?” tanya Abimanyu. Ekspresi wajahnya tidak menunjukkan keramahan.

“Bapak yakin engga mau ngasih saya kesempatan?” Sania menaikkan kedua alisnya dengan sikap tidak sopan.

“Apa saya terlihat sedang bercanda?”

Sania menyeringai dengan hal itu. Dia melangkah mendekati Abimanyu. Lalu berbicara dengan sedikit mencondongkan tubuhnya. “Bapak percaya tidak, kalau saya tahu rahasia bapak selama ini?” tanyanya.

Abimanyu tetap bergeming, ekspresi wajahnya sama sekali tidak berubah. “Kamu mau main-main dengan saya.”

“Saya serius, Pak. Saya lihat bapak, loh, di bioskop hari itu. Bapak yang bawa Fiera pergi, kan?”

Lagi-lagi, ekspresi Abimanyu sama sekali tidak berubah, dia bahkan sama sekali tidak terlihat terkejut dengan hal itu.

“Kamu pikir, saya akan peduli dengan apa kamu ketahui mengenai saya? Itu sama sekali tidak akan mempengaruhi reputasi saya sebagai pengajar, karena saya tidak melanggar aturan apa pun. Saya mungkin bisa saja melaporkanmu dan juga dua temanmu dengan pasal pelecehan dan perbuatan tidak menyenangkan pada istri saya. Ah, selain itu... .” Abimanyu juga mendekatkan kepalanya kepada Sania.

“Bagaimana dengan ibumu yang seorang dokter? Apakah dia akan terima jika putri semata wayangnya bekerja untuk melayani para pria hidung belang untuk memenuhi kehidupan hedonnya?”

Sania tertegun dengan jawaban Abimanyu. Fiera istrinya? Selain itu, Abimanyu juga tahu kalau ibunya seorang dokter? Bagaimana bisa?

“Ba-bapak sudah menikah?”

Abimanyu kini yang menyeringai, melihat wajah pucat mahasiswanya, padahal sebelumnya Sania terlihat begitu menantang dirinya.

Sania terlihat kembali akan berbicara, tapi Abimanyu lebih dulu berbalik dan meninggalkannya. Tidak jauh dari mereka. Infiera berdiri, mendengar semua yang dikatakan suaminya. Dia menatap suaminya yang pergi begitu saja setelah membuka sebuah rahasia yang selama ini mereka sembunyikan.

...Jangan lupa tap dulu like-nya. dan berikan dukungan melalui vote...

1
SUGA 💙💚💛💜💝💘
Luar biasa
SUGA 💙💚💛💜💝💘
Lumayan
Desy Koro
Luar biasa
SUGA 💙💚💛💜💝💘
bagus
rina Rismayanti
Luar biasa
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
AndriYani
Luar biasa
RinaWati Rimaswan
Nyeseuk bngt baca'y sampe gk sadar keluar air mata 😭😭😭😭 Serasa aq yg ada dlm cerita'y saking meresapi cerita'y
Diah Mistianti
2 ;"
micii
nyesek baca nya
Fera
Luar biasa
Fera
Lumayan
Umriyah Purnawati Sholikhah
nah loh,,,seorang istri itu perasaannya peka banget.ati2 loh Bi
Yenny Wishnutama
Luar biasa
Azriel
Kecewa
Azriel
Buruk
Erwin Cuantiq
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!