Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Pernikahan
"Coba Mak telepon Pak cik Andi!" Nana juga merasa khawatir.
Azuhra mencoba menekan nomor Pak Andi, karena nomor Vina tadi tidak aktif, namun nomor Pak Andi juga sama dengan istrinya, semua diluar jangkauan.
"Diluar jangkauan juga." Azuhra menarik nafas dan menghembusnya dengan kasar.
Disaat Azuhra dilanda risau dan khawatir. Tiba-tiba dipintu utama terdengar orang memberi salam.
"Asalamualaikum." Terdengar suara perempuan memberi salam.
Azuhra dan yang lainnya saling pandang, Nana mengedikkan bahunya karena dia juga tidak tau siapa yang datang.
Kemudian Azuhra bergegas kepintu utama, dia ingin melihat siapa orang yang memberi salam.
Azuhra menyunggingkan senyum, saat melihat Vina, Pak Andi, dan juga Rangga sudah berdiri didepan pintu dengan pakaian yang couple.
"Waalaikumsalam, ayo masuk!" Azuhra mempersilahkan Pak Andi, Vina, dan juga Rangga masuk kedalam rumahnya.
Pak Andi merangkul tangan Rangga masuk kedalam rumah Azuhra. Sedangkan Vina sudah masuk duluan bersama dengan Azuhra.
"Kak, kami minta maaf, karena sudah terlambat dari waktu yang di tentukan, kami terjebak macet tadi. Vina meminta maaf, dia merasa bersalah, dia juga tau, pasti Azuhra khawatir.
"Ya, tidak apa-apa, yang penting sekarang kalian sampai dengan selamat." Azuhra tidak menceritakan kekhawatirannya tadi pada Vina, Azuhra sangat bersyukur kalau keluarga calon besannya sampai dengan selamat dirumahnya.
Semua sekarang sudah berkumpul diruangan tengah, ruangan yang dihias dengan sederhana namun terkesan elegan.
Azuhra dan Pak Andi bukan tidak sanggup membuat pesta pernikahan Rangga dan Rena dengan mewah dan meriah, tapi mereka harus menuruti kemauan Rangga yang meminta pernikahan ini harus disembunyikan, dengan alasan keduanya masih pelajar.
Pak Andi, Vina dan Azuhra setuju aja, karena yang dikatakan oleh Rangga memang benar, setiap sekolah pasti tidak akan menerima orang yang sudah menikah.
Jika pernikahan keduanya ketahuan oleh pihak sekolah, pasti keduanya akan dikeluarkan oleh sekolah.
"Nana, Nak, panggil Kakakmu, sebentar lagi ijab kabul akan dimulai." Perintah Azuhra pada Nana yang sejak tadi hanya diam menyimak perkataan orang tua.
Nana bangkit dari duduknya, dia langsung menuju ruang televisi, karena Rena duduk di sofa ruang tv.
"Kak, di panggil Mak, semua sudah menunggu, ayo!" ajak Nana merangkul tangan Rena Kakaknya.
Rena bangkit dengan dirangkul oleh Nana berjalan menuju ruangan tengah.
Nana yang tidak punya wali, dia akan diwakilkan oleh wali hakim, keluarga Yusran memang tidak ada, karena Yusran Anak Tunggul.
Begitu juga dengan keluarga Pak Andi dan Vina, keduanya sudah tidak punya sanak saudara lagi.
Tidak lama kemudian Rena tiba diruangan tengah, Rena diminta duduk disebelah Rangga.
Rangga masih dengan muka malasnya, Rangga tidak melirik Rena sedikitpun, Rangga hanya diam tanpa ekspresi, padahal kalau dia melihat betapa cantiknya Rena saat memakai kebaya, Rangga pasti akan terpesona, tapi sayang, Rangga tidak menoleh sama sekali.
"Bagaimana, apa semua sudah siap? Kalau sudah siap bisa kita mulai sekarang." Tanya Pak penghulu pada semuanya, terutama pada Rena dan Rangga karena kedua orang inilah yang akan menikah.
Semua mengangguk dan menjawab dengan serempak, kecuali Rangga, pemuda itu hanya diam seperti patung yang bernyawa.
Detik berganti waktu, waktu berganti menit, 10 menit sudah berlalu. terdengar kata sah dari para saksi dengan bersamaan.
Rangga dan Rena akhirnya sah menjadi suami istri.
"Rangga pasangkan cincin kawin dijari manis istrimu!" titah Vina pada Putranya itu yang nampak lesu tidak bersemangat sama sekali.
Rangga tidak membantah, dia mengambil cincin itu dan mulai memasang cincin perkawinannya pada jari manis Rena.
Disaat Rangga meraih tangan Rena, Rangga tercengang melihat kecantikan Rena yang begitu mempesona bagi lelaki normal.
"Ternyata kamu sangat cantik," gumam Rangga tidak mau munafik, Rangga mengakui kalau ciptaan Tuhan didepannya sekarang sangatlah cantik.
Namun Rangga segera menepis pikirannya itu, dia tidak boleh mengagumi Rena, apalagi sampai jatuh cinta pada gadis yang sudah sah menjadi istrinya sekarang.
"Tidak, gue tidak boleh jatuh cinta sama dia, gue tidak boleh suka sama dia, gue benci, sangat membencinya." Gumam Rangga menyangkal pikirannya itu.
"Ayo Rangga, kenapa melamun, kamu terpesona ya, kamu baru menyadari kalau istri kamu itu sangat terlalu cantik?" goda Vina pada Putranya.
Rangga tersentak dari lamunan itu, dia berdecak, kemudian Rangga langsung menyematkan cicin dijari manis Rena.
Setelah Rangga, kini giliran Rena yang memasang cincin dijari Rangga. Dengan sedikit malu dan gugup, akhirnya Rena juga berhasil menyematkan cincin di jari Rangga.
Kemudian Rena mencium punggung tangan Rangga yang sekarang menjadi imam untuknya.
Rangga sedikit tersentuh dengan perlakuan Rena yang mencium punggung tangannya, namun lagi-lagi Rangga menepis rasa itu, dia sangat tidak ingin jatuh cinta pada gadis yang menjadi istrinya itu.
"Rangga sekarang kamu cium istrimu!" titah Vina lagi. Rangga melirik Mamanya, dan kemudian berpindah pada Papanya.
Pak Andi mengangguk, tanda menyuruh Rangga untuk melakukan seperti yang dikatakan oleh Vina tadi.
Rangga dengan kesal dan malas, diapun harus mencium kening Rena, gadis yang sangat dibencinya.
Semuanya tersenyum bahagia, karena perjodohan Putra-putrinya sudah bersatu dalam ikatan pernikahan yang diridhoi.
Setelah itu, Pak ustadz dan Pak penghulu mengakhiri acara dengan membaca doa.
Selesai acar, semuanya menuju kemeja yang sudah disediakan makanan oleh Azuhra, kecuali Pak penghulu, dia langsung pamit karena masih ada tempat lain yang menanti kedatangannya.
Satu jam sudah berlalu, semuanya sudah pulang kerumahnya masing-masing, yang tersisa disini hanyalah keluarga Pak Andi dan juga Azuhra.
"Nak, sekarang kamu siap-siap, kamu sekarang sudah menjadi istri Rangga, yaitu kamu sekarang menantu Mama, kamu harus ikut kami pulang kerumah suami kamu!" titah Vina pada Rena.
Rena hanya mengangguk canggung, dia merasa berat meninggalkan rumahnya, namun Rena sadar kalau sekarang ini dia istri orang.
Mau tidak mau, suka tidak suka, sekarang Rena harus patuh dan harus mengikuti kemana suaminya mengajaknya.
Rena harus benar-benar membuang sifatnya yang suka balapan dan bar-bar, Rena harus menjadi istri yang penurut untuk suaminya.
"Ma, apa tidak sebaiknya Rena disini dulu?" tanya Rangga hati-hati agar Mamanya tidak curiga kalau dia terpaksa menerima pernikahan ini.
"Hei, kamu bilang apa? Dia sekarang istrimu, kamu yang bertanggung jawab atas dirinya sekarang, jadi Rena harus ikut kemanapun kamu pergi." Tegas Vina pada Putranya dan berhasil membuat Rangga diam.
"Tidak, apa-apa, mungkin Rangga ingin menginap disini, kalau mau tinggal disini juga tidak apa-apa, ini juga rumahnya Rena." Timpal Azuhra mengira kalau Rangga ingin tinggal disini beberapa hari.
Rangga menelan salivanya, perkataan Azuhra sungguh diluar logikanya. Rangga mengatakan Rena biar disini dulu karena dia tidak ingin bersama Rena, tapi para paruh baya berpikir lain.
Bersambung.