MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkurung Jeruji Besi
"Kanda, seperti semua sudah tidur. Ayo kita berangkat". Silya mengambil pedang dan menyangkutkan di pinggangnya.
"Ayo dinda. Kau pakai lah sapu tangan ini untuk menutup muka". Saloka memberikan sebuah sapu tangan hitam yang lebar.
"Untuk apa? Orang sini mana ada yang kenal kita?" Jawab Silya dengan suara perlahan.
"Pakai saja. Apa kau lupa siapa yang akan kita intai?"
"Terserah kanda saja". Akhirnya gadis itu mengalah dan mengikat kain tersebut menutupi wajah nya persis seperti yang di lakukan Saloka.
Setelah semua nya siap, keduanya mengunci pintu dan keluar melalui jendela dengan gerakan cepat.
Ketika melewati jendela belakang, mereka melihat sesosok bayangan keluar perlahan melalui pintu belakang.
Saloka memberi isyarat pada kekasihnya agar mereka menunduk di balik bunga. Bayangan yang tak lain adalah kepala desa terus saja berjalan menuju ke arah rumah paling ujung dimana Silya dan Saloka hari tadi bertemu dengan Arya.
Dari jauh, keduanya terus mengikuti kepala desa dengan sangat hati hati. Setibanya pak Surya di rumah itu, lelaki pincang yang hari tadi berjumpa dengan mereka terlihat sudah menunggu dan langsung menuju ke dalam.
"Mereka terlihat akrab kanda". Bisik Silya yang hanya di anggukkan oleh Saloka.
Setelah beberapa saat, kedua nya mendekati rumah itu dan melayang ke atas wuwungan dimana mereka bisa mendengar suara suara yang berasal dari dalam rumah.
Setibanya pak kades di situ, dia melihat putranya terikat rantai dengan wajah berdarah.
"Ki, apa yang kau lakukan pada putra ku?" Ucap kades.
"Kau tanya anak mu. Dia telah mengetahui semua nya. Bodoh sekali kau tak becus mengurus seorang anak mu saja". Jawab Ki Kempot.
"Apa yang kau lakukan Arya. Sudah ku bilang jangan berurusan dengan Ki Kempot. Dasar keras kepala.
"Hanya ada dua pilihan. Pertama anak mu harus ku sekap sampai bulan purnama penuh tiba. Kedua, kau ambil pisau ini dan bunuh cecunguk itu". Tunjuk Ki Kempot ke arah Arya.
"Jangan ki, ampun. Biar saja kau sekap dia. Setelah semuanya selesai, aku akan mengirimnya ke tempat yang jauh. Ku jamin kau tak kan melihat nya lagi". Pak kades berkata sambil memohon dan berlutut.
"Babu, bawa dia ke ruang bawah dan jaga yang dia sebaik baiknya". Perintah Ki Kempot pada pelayan nya.
Tanpa menjawab, pria pincang itu segera melaksanakan tugasnya. Baru saja Arya dimasukkan ke kamar belakang, sepasang suami istri kaya keluar dari kamar besar di belakang mereka.
"Ada apa ki? Apa ada masalah?" Tanya suami wanita cantik itu kuatir.
"Tidak, kalian tunggu saja di dalam. Sebentar lagi kita lanjutkan. Lakukan pemanasan dulu". Seru Ki Kempot ketus.
"Baik ki". Ucap suami istri itu hampir bersamaan kemudian mereka pun kembali ke kamar besar yang sangat wangi itu.
"Kau pulang lah. Besok pagi kau bawakan anak mu makanan dan semua kebutuhan nya di ruang bawah. Jangan coba macam macam atau kau rasakan akibatnya". Ancam Ki Kempot pada pak Kades.
"Baik, baik Ki, aku per,,misi dulu". Seru kepala desa dan berlalu pergi dari tempat itu.
Sedikitpun mereka yang di dalam rumah tak menyangka bahwa semua percakapan mereka di dengar oleh dua pasang telinga di atas genteng.
"Kurang ajar sekali kepala desa itu. Ternyata dia bersekutu dengan kakek hantu itu kanda". Bisik Silya dengan geram.
"Tenang kan dirimu dinda. Kita tunggu waktu yang tepat baru kita bergerak".
"Langsung kita ringkus saja bajingan tua itu kanda". Perasaan marah Silya tak dapat disembunyikan wajahnya yang terlihat memerah.
"Jangan gegabah dinda. Pertama kita belum tau keadaan di dalam bagaimana. Lagi pula kita harus menemukan bukti spesifik agar bisa kita ringkus dukun tua itu".
Tampak Silya hanya mengangguk dan kembali menunggu aba aba dari Saloka kekasihnya.
Setelah kepergian kepala desa dari rumah Ki Kempot, keduanya segera turun ke halaman belakang sambil mengindap indap melihat situasi.
Setelah merasa aman, keduanya segera masuk lewat pintu belakang yang tidak terkunci. Baru saja keduanya melangkah kan kaki ke dalam, serbuk halus jatuh dari atas mengenai kepala dan muka Silya dan Saloka yang membuat keduanya pingsan.
Tak lama keluarlah Babu dan Ki Kempot bersama dua orang pria kekar berbaju hitam yang langsung mengangkat tubuh Silya dan Saloka menuju ke ruang bawah tanah dimana terdapat dua kerangkeng yang salah satunya berisi Arya yang terluka.
"Kalian berdua jaga mereka. Selain air dan makanan, jangan biarkan mereka bertiga mendapatkan apapun". Ki Kempot mengeluarkan perintah lalu keluar menggunakan tangga yang menembus ke kamar ritual nya.
Hingga tiga jam kemudian barulah Silya siuman di susul Saloka.
"Benar kan apa yang ku katakan? Pasti semua kekacauan ini berasal dari si tua bangka itu". Suara Arya berkata dari balik jeruji besinya.
"Ternyata banyak orang terlibat". Sahut Saloka.
"Aku sudah menduga. Yang tak ku sangka, ternyata ayah ku juga merupakan konco mereka". Kembali Arya berkata penuh rasa sesal.
Kala keduanya mengobrol, mereka tak melihat Silya yang sedang kepayahan menahan agar penyakit kerasukan nya tidak kambuh lagi.
"Dinda, kau kenapa?" Tanya Saloka ketika menyadari gadis itu sedang kepayahan.
Buru buru Saloka membuka kitab kecil dari saku di pinggangnya. Dia pun membaca petunjuk dari buku tersebut.
Di jelaskan bahwa ketika tumbuhan obat sudah di minumkan kepada Silya, maka penyakitnya bisa di pindahkan dengan ritual kepada hewan yang memiliki DNA mirip dengan manusia seperti tikus atau paus dan lainnya.
"Tidak ada petunjuk apapun di buku ini". Geram Saloka yang melihat kekasihnya sudah keluar keringat dingin memenuhi dahinya.
"Hei, dia kenapa?" Tanya Arya mendekat ke jeruji yang agak berdekatan dengan tempat sepasang kekasih itu berada.
"Dia sakit. Makanya kami sedang mencari obat untuk menyembuhkan nya. Bagaimana kita bisa keluar dari tempat ini?" Tanya Saloka.
"Kita istirahat saja dulu malam ini. Besok ketika ayah ku datang, aku punya rencana bagus agar kita bisa kabur dari tempat ini". Ucap Arya yang langsung merebahkan diri di atas lantai penjara tersebut.
Di lain tempat, Loki si monyet yang kehilangan Silya dan Saloka sangat ribut di depan rumah kepala desa. Meski sudah di berikan makan dan minum tetap saja monyet berjenis orang utan itu berteriak sambil meloncat kesana sini.
Melihat hal itu, pak kades yang hendak pergi mengunjungi anak nya di rumah Ki Kempot akhirnya membawa monyet yang sudah di ikat tali itu bersama rantang dan tas sedang menuju ke sana.
Melihat kedua tamunya semalam tidak berada di rumah, pak kades menduga pasti mereka berdua menyusul Arya. Karena tentang kedua tamunya itu, dia juga yang membocorkan tentang mereka kepada Ki Kempot dan Babu.
Tak berapa lama, pak Surya sudah tiba di rumah ki kempot. Dia langsung saja di pandu oleh Babu menuju ke ruang bawah tanah.
Begitu pak kades sampai, Loki yang melihat Silya dan Saloka terkurung di jeruji itu segera berteriak berjingkrak jingkrak.
"Biarkan monyet ini bersama mereka. Bising sekali di rumah". Kata kepala desa kepada Babu dan dua penjaga tersebut.
Baru saja pintu dibuka, Silya dan Saloka segera menerjang dengan pukulan dahsyat ke arah tiga orang bawahan Ki Kempot sehingga ketiga nya tewas dengan kepala pecah dan dada terpukul keras.
Pak Kades terbelalak melihat kemampuan keduanya hanya berdiri melongo tanpa sepatah katapun.
"Cepat bebaskan aku". Terdengar suara Arya di depan pintu kerangkeng nya.
Setelah membuka pintu itu, ketiganya segera melarikan diri lewat ruang ritual meninggalkan pak kades yang gemetaran tak berani bergerak sama sekali.
"Bagaimana dengan ketiga gadis ini?" Tanya Silya.
"Tinggalkan mereka. Kita harus keluar dulu dari sini dan mengatur siasat matang menyerang tua bangka itu". Jawab Arya yang terus membuka pintu dan keluar dengan aman.
BERSAMBUNG. . .