Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
"Pa, papa!" pekik Sekar.
Ridwan yang berada di luar kamar pun sontak masuk. Ia melihat Sekar sedang memegang kotak perhiasan.
"Ada apa Ma?" tanyanya.
"Lihat Pa, lihat!" Sekar memperlihatkan kotak perhiasan yang kosong kepada Ridwan. Entah sejak kapan perhiasan itu hilang Sekar pun tidak tahu.
Sewaktu mereka menghadiri pesta di negara P, Sekar masih memakai perhiasan tersebut. Namun setelah itu Sekar tidak lagi memeriksanya.
"Kita ke kantor polisi sekarang Ma," kata Ridwan. Sekar mengangguk lalu menghapus air matanya yang tadi sempat jatuh.
Keduanya pun bersiap-siap untuk ke kantor polisi, namun saat ingin keluar dari pintu gerbang, seseorang menghalangi mobil mereka.
Ridwan dan Sekar keluar dari mobil, lalu menghampiri orang itu dan bertanya apa maunya?
"Bapak siapa dan mau apa menghalangi kami?" tanya Ridwan.
"Maaf Tuan, saya adalah pemilik rumah ini yang baru. Saya ingin ketemu Tuan, tapi tidak di izinkan masuk," jawab pria itu.
"Saya pemilik rumah ini, kamu bisa saya tuntut karena sudah mengaku-ngaku rumahmu," ucap Ridwan yang sudah di sulut emosi.
"Rumah ini sudah saya beli, ini bukti serah terima dan sertifikat rumah ini juga ada pada saya," kata pria itu.
Ridwan dan Sekar saling pandang, mereka tidak merasa menjual rumah ini. Bahkan tandatangannya pun persis sama dengan tandatangan Ridwan.
Pria itu menjelaskan jika ia membeli rumah beberapa hari yang lalu dari seorang gadis. Dan mengaku sebagai putrinya Ridwan.
Ridwan memeriksa surat-suratnya yang ternyata benar. Ridwan memperhatikan tandatangan nya yang ternyata di palsukan.
"Kami tidak menjual rumah ini Pak, bapak pasti keliru," kata Ridwan.
"Saya tidak perduli Pak, dan saya sudah membayar lunas rumah ini," ujar pria itu.
Sekar tidak bisa berkata apa-apa lagi, tiba-tiba Sekar merasa pusing dan seketika ia pingsan. Beruntung Ridwan dengan cepat menangkap tubuh Sekar.
"Ma, mama. Bangun Ma!" pekik Ridwan.
Ridwan segera membawa Sekar masuk ke dalam mobil, tanpa menghiraukan pria itu ia langsung membawa Sekar ke rumah sakit.
Pria itupun tidak jadi untuk melihat rumah tersebut. Ia akan datang lain waktu untuk membahas masalah ini.
Tanpa menghiraukan apapun, Ridwan menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ridwan begitu panik ketika Sekar yang tiba-tiba pingsan.
Tiba di rumah sakit, Sekar langsung di angkat oleh Ridwan. Kemudian memanggil dokter untuk memeriksanya.
Perawat yang melihat itu langsung membawa brankar, Sekar pun segera di letakkan di brankar lalu di dorong ke ruang UGD.
Ridwan mondar mandir di depan ruangan UGD menunggu istrinya yang sedang di periksa.
"Ridwan, sedang apa dia di sini?" gumam Farhan yang kebetulan melihat Ridwan yang mondar mandir. Karena penasaran, Farhan pun menghampirinya.
"Ridwan, kamu?"
Ridwan pun menoleh ke arah suara, Farhan pun segera menghampirinya. Ridwan tertunduk malu dengan keadaannya saat ini.
"Apa yang terjadi? Siapa yang sakit?" tanya Farhan.
"Sekar, mungkin karena syok, dia jatuh pingsan."
"Sabar ya," kata Farhan menepuk pundak Ridwan.
Kemudian Farhan pun permisi karena ingin menemui istrinya. Ridwan pun mengangguk dengan wajah sedih.
Ridwan pun kebagian administrasi untuk mengurus prosedurnya. Setelah itu ia kembali ke ruang UGD.
Kebetulan dokter pun selesai memeriksa Sekar. Ridwan langsung menghampiri dokter dan bertanya.
"Bagaimana keadaan istri saya Dok?" tanya Ridwan.
"Bapak yang sabar ya, istri Anda mengalami stroke. Kemungkinan tidak bisa bicara," kata dokter.
Ridwan terdiam lalu terhuyung kebelakang, namun tidak sampai jatuh. Dokter segera menahannya dan membawanya ke kursi tunggu.
Ridwan hanya terdiam bagai patung, pandangannya kosong menatap ke depan. Bahkan saat dokter pamit pun Ridwan tidak menanggapi.
Sekar akhirnya di pindahkan ke ruang perawatan. Ridwan pun mengikuti perawat yang sedang mendorong brankar.
Saat di lorong rumah sakit, Ridwan berpapasan dengan Jovan. Namun tatapan Ridwan tajam seolah penuh kebencian.
Jovan hanya menghela nafas kemudian ke ruang perawatan mamanya. Sementara Sekar hanya di tempatkan di lantai bawah karena Ridwan tidak cukup uang untuk menyewa ruang VIP ataupun VVIP.
"Ma, kenapa semuanya menjadi seperti ini?" tanya Ridwan menangis memegangi tangan istrinya yang masih belum sadarkan diri.
Ridwan menelungkup kan kepalanya di samping ranjang rumah sakit. Padahal tadi Sekar baik-baik saja, namun setelah menerima kabar bahwa rumah mereka sudah di jual, Sekar seolah berhenti bernafas lalu pingsan.
Sementara di ruang perawatan Saskia, Jovan yang baru masuk pun tersenyum saat melihat sang mama ngobrol dengan Seruni.
"Pa, aku ketemu Om Ridwan di rumah sakit ini. Sepertinya Tante Sekar sedang sakit," kata Jovan pelan takut di dengar oleh mamanya.
"Papa juga bertemu tadi di depan ruangan UGD," balas Farhan.
Sedangkan Saskia begitu asyik berbicara dengan Seruni, bahkan saat Farhan datang pun tidak terlalu di perduli kan nya.
Farhan pun tidak ingin mengganggu mereka. Farhan mengerti dengan istrinya yang sejak dulu menginginkan anak perempuan. Namun takdir berkata lain, yang lahir malah anak laki-laki.
Namun mereka tetap bahagia karena mendapatkan keturunan, tapi sayang, Saskia tidak bisa melahirkan anak lagi setelah rahimnya di angkat.
Saat Sekar hamil, Saskia pun sepakat dengan Sekar, jika anak Sekar perempuan maka mereka akan di nikahkan.
Itulah mengapa Jovan bisa bertunangan dengan Anita. Karena Saskia menganggap jika Anita adalah anak Sekar dan Ridwan.
"Papa tidak kangen mama?" tanya Jovan.
"Kangen sih, tapi papa sudah senang melihat mama mu dekat dengan adikmu," jawab Farhan.
"Tidak!" Jovan tanpa sadar mengeluarkan suara meninggi. Saskia dan Seruni sontak menoleh ke arah Jovan.
"Ada apa?" tanya Saskia.
Jovan menggeleng kemudian meminta maaf karena refleks meninggikan suara. Mana mungkin dia terima jika Seruni di jadikan adik angkat.
Jovan tentu saja ingin menjadikan Seruni sebagai istrinya. Karena Jovan mencintai gadis itu walau pun belum terucap dari mulut Jovan itu sendiri.
Tidak berapa lama Sari, Kosim dan Dian masuk. Dian ternyata datang lebih awal dari yang di jadwalkan. Karena dia sudah tidak sabar ingin ketemu Seruni.
"Seruni!"
"Dian!"
Dian langsung memeluk Seruni saking kangennya. Kemudian saling bertanya kabar. Keduanya sedikit menjauh agar tidak menggangu Saskia yang sedang sakit.
"Aku sudah tidak sabar ingin kemari, setelah mendengar ada job, aku jadi tidak tenang," kata Dian.
"Alhamdulillah, ternyata kita bisa di pertemukan lagi," ujar Seruni.
Sari dan Kosim tersenyum, keduanya berharap persahabatan mereka tulus dan menerima satu sama lain tanpa ada pengkhianatan sesama sendiri.
Karena yang Kosim dan Sari tahu, saat di desa Seruni tidak memiliki teman. Tidak ada yang ingin berteman dengannya.
"Pak Kosim, apa Seruni sudah tahu jika Sekar dan Ridwan adalah orangtua kandungnya?" tanya Farhan.
"Aku belum memberitahu, nanti ada saatnya aku akan memberitahunya. Setelah itu terserah Seruni mau pilih siapa?" jawab Kosim.
Jujur, Kosim dan Sari berat untuk mengatakan yang sebenarnya. Apalagi saat melihat Seruni bahagia.
Namun biar bagaimanapun, Ridwan adalah ayah kandungnya. Jika suatu saat nanti Seruni menikah, tentu akan mencari ayah kandungnya sebagai wali nikah.
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁