NovelToon NovelToon
Dosenku Suamiku

Dosenku Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Nikahmuda / Romansa
Popularitas:5.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Andreane

Jihan, harus memulai kehidupannya dari awal setelah calon kakak iparnya justru meminta untuk menggantikan sang kakak menikahinya.

Hingga berbulan-bulan kemudian, ketika dia memutuskan untuk menerima pernikahannya, pria di masa lalu justru hadir, menyeretnya ke dalam scandal baru yang membuat hidupnya kian berantakan.

Bahkan, ia nyaris kehilangan sang suami karena ulah dari orang-orang terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Pagi ini, aku sudah melakukan aktifitasku seperti biasa. Meski mas Sagara agak sedikit menolak, tapi aku yang pemaksa membuatnya mengalah dan akhirnya membiarkanku menyiapkan apa yang dia butuhkan.

Mas Sagara sudah memberiku uang nafkah, sudah menjaga nama baikku juga di depan mama Rahma, jadi aku harus bisa membalasnya dengan kenyamanan.

Rasanya lelah juga jika setiap hari berantem. Mungkin akan lebih baik kalau kita menjadi teman.

Ya, saat ini hanya sebatas itu yang bisa ku jalin. Entah jika memang suatu saat nanti ada kenyamanan, atau mungkin merasa cocok, itu bisa di putuskan nanti. Yang jelas untuk sekarang belum bisa mencintainya, begitu juga dengan mas Sagara yang kemungkinan juga belum bisa mencintaiku.

Soal baiknya mas Sagara padaku, itu karena dia memang pada dasarnya sudah baik, memiliki pemikiran yang dewasa, atau sudah menjadi kewajibannya memperlakukanku sebagai seorang istri.

Mendesah pelan, aku keluar dari kamar setelah sebelumnya sedikit berdandan karena akan berangkat sama-sama ke kampus.

Saat keluar dari kamar, pria itu tengah menungguku di ruang tv.

Begitu menyadari aku sudah siap, tanpa sepatah kata dia langsung bangkit dari duduknya, lalu melangkah menuju pintu.

Aku sendiri berjalan di belakangnya.

Ku tutup pintu apartemen setelah aku berhasil keluar dan tak lupa juga menguncinya.

Selagi aku mengunci pintu tadi, mas Sagara langsung ke arah lift untuk menekan tombol turun. Kini aku sudah berdiri di sampingnya menunggu lift datang.

"Nanti sampai jam berapa kelasmu berakhir?" Tanyanya bersamaan dengan pintu lift yang secara otomatis terbuka.

Mas Sagara menahan tombol agar pintu tetap terbuka dan membiarkanku masuk terlebih dulu.

"Jam dua" Jawabku setelah kami sama-sama sudah berada di dalam lift.

"Aku nanti sampai jam tiga, tapi nggak langsung pulang"

"Mau kemana?" Aku menoleh ke arah kiri lalu sedikit mengangkat kepala agar bisa mempertemukan netra kami.

"Ada urusan, kemungkinan akan sampai malam"

"Urusan apa?" Tanyaku ingin tahu.

"Banyak tanya"

"Aku cuma ingin tahu, apa aku salah?" Ini nih, yang membuatku hilang kendali dan akhirnya memicu pertengkaran.

"Ada ketemuan sama Lita"

"Ngapain, kok sampai malam?"

Sebuah suara menandakan bahwa lift telah sampai di lantai dasar.

"Ya ada urusan" Sahutnya setelah keluar dari lift.

"Ya urusan apa?"

Aku dan mas Sagara sedikit tersenyum ramah untuk sekedar menyapa satpam yang jaga.

"Kamu ini kepo, atau memang ingin tahu?"

"Ah ya sudahlah kalau keingintahuanku mas anggap remeh. Pulang jam berapa nanti?" Tanyaku mengalah.

"Jam Sembilan"

"Ketemuan sama adek kok lama?"

"Kamu ini bawel banget, Ji"

Aku diam tak merespon, sampai langkah kami sudah di tempat parkir dan berada di sisi mobil mas Sagara, aku membuka pintu depan, sementara mas Sagara masuk dan duduk di kursi kemudi.

"Kalau bisa jangan sampai malam, ada yang ingin aku omongin sama mas"

"Mau ngomong apa?"

"Nanti saja di rumah"

"Soal?" Tanyanya melirikku sekilas sebelum kemudian melajukan mobilnya.

"Ya ada lah"

Setelah itu kami sama-sama tak bersuara hingga mobil tahu-tahu sampai di tempat tujuan. Karena jarak rumah kami cukup dekat dari kampus, jadi hanya butuh waktu lima menit perjalanan.

"Nanti begitu selesai kuliah langsung pulang" Perintah mas Sagara seraya mematikan mesin mobil.

"Aku mau ke toko bunga sampai pukul lima"

"Sampai jam empat saja, nanti kesorean sampai rumah kalau jam lima" Kami kompak melepas seatbelt. "Aku pesankan ojek online nanti" Tambah mas Sagara.

"Nggak usah, Emma sama Gabby mau ikut ke toko, aku berangkat bareng mereka"

"Kalau gitu pulangnya ku pesankan ojek"

"Nggak us_"

"Jangan membantah, bisa?" Pria tampan di samping kananku menatapku tajam.

Tak merespon, aku mengulurkan tangan dan mas Sagara menerima uluran tanganku untuk ku kecup.

"Assalamu'alaikum" Ucapku.

"Wa'alaikumsalam"

"Ingat, jangan pulang terlalu malam!" Setelah itu aku langsung turun tanpa menunggu jawabannya, mumpung kondisi sekitar juga dalam kondisi sepi.

***

Sampai malam tiba, aku menunggu kepulangan mas Sagara sembari mengerjakan tugas yang dia beri tadi pagi saat mata kuliahnya.

Berulang kali aku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Katanya pulang jam sembilan, ini sudah jam sembilan lebih belum pulang juga" Gerutuku, melirik ke arah ruang tamu.

Manarik napas panjang, aku memilih mengemasi buku-buku dan akan menunggunya di kamar.

Baru saja membersihkan tempat tidur, aku mendengar suara dari luar kamar.

Tak berapa lama kemudian, seseorang membuka pintu kamar seraya mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam" Sahutku, meliriknya sekilas.

Setelah dia meletakkan tas di atas sofa, seperti biasa aku mengecup punggung tangannya.

Meski pernikahan kami terasa hambar, tapi untuk soal itu aku tetap melakukannya.

"Mas sudah makan?" Tanyaku berusaha bersikap baik, sebab aku sudah memutuskan untuk menjadi temannya.

"Sudah" Jawabnya sambil berlalu menuju lemari. Ketika tangannya membuka lemari, aku buru-buru menghampirinya.

"Biar ku ambilkan, mas mandi saja!"

"Makasih"

Mas Sagara lalu mengayunkan kaki ke kamar mandi.

Selagi aku menunggunya selesai mandi, perasaanku mendadak kacau, jantungku juga berdetak sangat kencang. Untuk menormalkannya aku pergi ke dapur berniat meminum segelas air.

"Bissmillah, aku hanya ingin menjadi temannya"

Cukup lama berada di dapur, aku kembali masuk ke kamar.

Ternyata mas Sagara sudah selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian yang ku siapkan tadi.

Pelan, ku tutup pintu kamar dan berjalan ke arah ranjang.

"Mas" Panggilku.

"Apa!"

Ish dingin banget, tapi harus sabar.

"Aku mau ngomong"

"Mau ngomong apa, ngomong aja" sahutnya tanpa menoleh ke arahku yang sudah duduk di atas tempat tidur.

"Aku lelah ribut terus sama mas"

"Lah wong kamu yang ribut sendiri kok"

"Ya mas juga yang memancingku"

"Memancing gimana? Perasaan biasa aja"

"Lah ini, ngomong aja nada mas nggak enak di dengar"

"Ya kamu saja yang salah persepsi"

"Ckk, jelas-jelas ketus gitu kok nggak mau ngaku" Aku mencebik sebal.

Lalu hening, hanya suara gemerisik keyboard yang berasal dari jari-jari mas Sagara.

"Mas"

"Hmm"

"Gimana kalau kita berteman"

Mendengar ucapanku, persekian detik mas Sagara menghentikan jarinya yang menari di atas ketikan lalu menoleh untuk memindai wajahku.

"Berteman?"

"Iya"

Pria yang memakai kacamata minus ini menatapku dengan sorot serius.

"Yakin, mau berteman denganku?"

"Yakin dong, dari pada musuhan terus, kan enak kalau jadi teman, bisa curhat, bercanda, atau jalan-jalan bersama"

Entah apa yang salah dengan kalimatku barusan, ku lihat dengan jelas bibirnya malah terseyum miring, lalu kembali fokus pada apa yang sedang ia kerjakan di laptopnya.

"Kenapa? mas nggak mau temenan sama aku?" Tanyaku memicing.

"Mau berteman mau enggak, tetap saja pasti ribut, kamu kan hobinya berantem, marah-marah nggak jelas, sama su'uzon"

"Tapi aku serius, mas. Kita temenan, okay!"

"Nggak mau!" Sahutnya kilat.

Tak terima dengan jawabannya, aku memberanikan diri bergeser mendekat. Memposisikan diriku duduk bersila menghadapnya.

"Pokoknya mau mas setuju atau enggak, kita temenan"

"Ish kok maksa"

"Ya biarin" Sahutku, lalu meraih tangan kanannya yang sedang mengetik.

"Nanti kita bisa menamai pertemanan kita seperti teman sekamar atau teman serumah" Tanganku sibuk melipat keempat jari mas Sagara dan menyisakan jari kelingking. Kemudian ku tautkan dengan paksa jari kelingkungku dengannya. Mas Sagara sendiri menatapku penuh intens.

"Mulai sekarang kita teman" Ujarku.

"Aku belum menyetujuinya"

"Kan sudah di bilang mau nggak mau harus setuju!"

"Harus ada tandanya kalau jadi teman" Katanya sambil meletakkan laptop di atas nakas, sekaligus melepas kacamatanya.

"Apa tandanya?" Tanyaku mengernyit bingung.

"Kamu tahu kan orang tunangan ada tandanya"

"Cincin?" Tebakku asal, melirik ke kacamata yang sedang mas Sagara taruh di atas laptop.

"Hmm..." Mas Sagara berdehem sembari mengangguk. "Nikah juga ada tandanya, ada cincin, akad, ada buku nikah, begitu juga pertemanan"

"Iya apa tandanya?" Aku merasa mas Sagara sedikit berkelit.

"Mau tahu?"

Aku mengangguk.

"Sini ku beri tahu"

Tiba-tiba, tanpa aba-aba mas Sagara mengecup bibirku sekilas.

Mendapat aksi mengejutkan darinya, aku membatu lengkap dengan mata membola.

"Itu baru contoh" Dia tersenyum penuh arti.

"Bagaimana? kita sahkan pertemanan kita?" Lanjutnya bertanya.

"C-caranya?"

Alih-alih menjawab, mas Sagara malah menempelkan bibirnya di bibirku, kali ini tak sekedar menempel, tapi juga melu*matnya.

Dan anehnya, aku justru tak menolak ciumannya.

Ciuman yang ku rasakan semakin dalam, dan semakin lama, hingga lewat bermenit-menit, reflek tanganku menyentuh salah satu sisi wajah mas Sagara karena sudah kewalahan mengatur nafasku sendiri. Aku berusaha melepaskan tautan bibir kami sebab aku benar-benar seperti kehabisan nafas.

"Kita berteman" Tandas mas Sagara setelah tautan bibir kami terlepas.

Dengan jarak wajah kami yang tak terkikis, nafas kami otomatis bertabrakan, aku bahkan bisa merasakan hembusan nafasnya yang menyapu batang hidungku.

Tak mampu bersuara, aku menganggukkan kepala untuk mengiyakan, dengan sepasang manik hitam kami yang bergerak mengekor mengikuti gerakan manik lawannya.

Kami terpaku dengan mata saling menatap penuh lekat

Satu detik dua detik, mas Sagara kembali menciumku dan melu*matnya lembut.

Aku bahkan tak menyadari posisiku saat ini yang sudah tidur terlentang, sementara mas Sagara rebah di sampingku dengan posisi miring.

Bibirnya terus memagut bibirku, hingga ku rasakan gigitan kecil di bibir bawahku yang membuat mulutku reflek terbuka. Detik itu juga sebuah lidah berhasil menyusup masuk, bergerak lembut dan luwes.

Hangat dan basah ku rasakan hingga jaringan di otakku seakan mati.

Ciuman yang kian dalam, semakin lama dan semakin panas.

Saat ku rasakan bibir itu terlepas dan berpindah ke batang leher, spontan aku men*desah lirih, namun tiba-tiba sepasang telinga kami mendengar dering ponsel.

Otomatis sepasang mata kami memindai benda di atas kasur yang tengah berkedip.

Bianca calling...

Mas Sagara melirikku, lantas meraih ponselnya dan bergerak bangkit.

Aku sendiri di buat mematung sambil bertanya-tanya.

Siapa Bianca?

Bersambung....

Jangan terlalu hanyut ya... Biasa aja bacanya...

Lanjut lagi yukkk...!

Yang mau lanjut, yang enggak, ya udah berhenti aja, tapi jangan ninggalin bintang satu atau dua ya.. Nanti malah ceritanya semakin anjlok.

REGARD

ANNE

1
Galih Pratama Zhaqi
teman ranjang dong jdnya ji 🤣🤣🤣
there
Luar biasa
Moertini
mantap asyik sudah tamat terimakasih thor berakhir bahagia keluarga Jihan dilanjutin terus berkarya semangat
Moertini
mantap seru asyik terimakasih thor sudah tamat Sagara bersama Jihan hidup bahagia bersama putrinya juga dan keluarga besarnya dilanjutin terus berkarya thor semangat
Sriutari
lama2 eneg juga lihat sifat Jihan.. terlalu lebayyyyyyyyy
Anne: stop baca aja ya bu.. dari pd makin eneg di next episode 😃
total 1 replies
Ra Ra
ceritanya keren sekali
Anie Pailing
Luar biasa
Enita Nuraini Albina
ini ada lanjutannya ga ka
Anik Hidayat
Luar biasa
Arsen Arsenio
drama banget yg ini makin kesini makin kurang suka alur ny
Dian Ningsih
pak suami mulai yg ngerasain ngidam kali aja
Vivi Noviawati
yahhhhhhh ini sinetron banget dah
sri wahyuni
Kecewa
sri wahyuni
Buruk
Anne: jangan di baca lah
total 1 replies
Aida Maulidina Ariansyah
Kecewa
Aida Maulidina Ariansyah
Buruk
Anne: langsung skip saja nggak usah ninggalin bintang 1.
total 1 replies
Ayu Bidzar
Kecewa
Ayu Bidzar
Buruk
Ita Sylvia
🤞
Ita Sylvia
Lanjuutt sy suka baca ceritanya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!