Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
"Xixi, semuanya sudah siap. Kapan saja kau mau membereskan keluarga Gabriel itu, katakan saja pada ayah." Ucap tuan William.
Xixi yang berdiri di belakang sofa yang di duduki oleh Mimi terlihat senang.
"Benarkah ayah? Apa ayah sudah melakukan semuanya?"
"Iya, selama tiga hari ini sudah ayah menyelidiki semuanya. Bahkan lebih dari bukti transaksi gelap yang kau sebarkan itu."
"Wah, ayah memang hebat. Aku juga punya bukti lain tentang kedua anak mereka, aku yakin satu keluarga yang sudah lama membuatku mengalami banyak hal dan kesulitan, akan mendapatkan balasan yang sangat memuaskan."
"Ya, kau benar. Lakukanlah dengan baik tanpa jejak seperti biasanya."
"Tentu saja ayah."
Xixi tersenyum puas karena tidak lama lagi, dia benar-benar akan bisa membalaskan apa yang selama ini sudah keluarga Gabriel lakukan padanya.
"Cukup, kalian jangan membahas itu lagi. Kalian ini sudah terdengar seperti dua orang mafia." Ucap Mimi yang kesal karena suara televisi yang dia tonton tidak terdengar.
"Bukannya ini juga yang kakak mau? Kita tidak akan lagi berurusan dengan keluarga itu."
"Iya, kau benar. Tapi tidak bisakah kalian membahasnya berdua saja di ruang kerja ayah?"
Xixi melihat acara televisi yang kakaknya tonton, dia mengangguk mengerti.
"Oh, jadi karena kakak tidak bisa mendengar orang yang ada di dalam televisi itu, yang bikin kakak kesal padaku dan ayah?"
Mimi menatap Xixi "Kau ini kenapa selalu ikut campur urusan kakak."
"Jika kakak suka dengan Joseph Smith itu, aku bisa memperkenalkan kakak dengan dia."
"Kau.... Kenal dengan Joseph Smith?"
Xixi mengangguk dengan pasti sambil tersenyum.
"Hah, sudahlah. Kau itu, di kampus saja selalu di bully. Bagaimana bisa mengenal Joseph Smith." Mimi kembali menonton televisi di depannya.
"Jika kakak tidak percaya tidak apa-apa. Tapi yang aku tahu kak, dia itu sudah punya kekasih."
Mimi kembali menatap Xixi "Jangan asal bicara, kak Junnie bilang kalau dia belum punya pasangan."
"Yaaahh itu kalau tidak percaya."
Xixi diam-diam tersenyum, dia sangat senang menggoda dan mengerjai kakaknya seperti itu.
"Ya... Kalau dia memang sudah punya kekasih, itu bagus." Ucap Mimi dengan nada melemah.
"Apa kakak menyukai Joseph Smith itu?"
Blusssh
"Ti... Tidak ada. Kakak... tidak menyukainya, kakak hanya.... melihat beberapa berita mengenai dia saja, karena kak Junnie bilang dia akan memperluas perusahaannya pada bidang entertainment." Mimi menjawabnya dengan begitu cepat dan gugup.
Xixi hanya tertawa kecil mendengar kakaknya menjelaskan semua itu.
"Begini saja, besok aku akan kenalkan kakak dengan dia. Kebetulan dia akan kesini dengan adiknya, dan aku juga sedang membutuhkan bantuannya."
Mimi menatap Xixi dengan tidak percaya "Kau benar-benar mengenalnya?"
Xixi mengangguk, Xixi yakin kalau kakaknya tidak ingat waktu Lulu dan kakaknya datang ke rumah ini. Karena saat itu mereka sedang fokus menggoda dirinya dan Leon di ruang tamu.
"Kakak akan ingat sesuatu setelah kakak bertemu dengan dia. Ingat untuk tidak pergi kemanapun besok."
Xixi berdiri dan berjalan ke kamarnya. Dia sungguh sudah tidak tahan dengan udara dingin di luar kamarnya.
Mimi terdiam dan termenung dengan apa yang Xixi katakan.
"Mengingat sesuatu? Memangnya aku pernah bertemu dengan Joseph Smith sebelumnya?"
Mimi lalu menggelengkan kepalanya dan kembali menonton televisi yang ternyata chanel televisi sudah di ganti oleh ayahnya.
Di dalam kamar, Xixi berlari ke ranjangnya dan menarik selimut tebal lalu membungkus tubuhnya dengan ketat.
"Shhhh, kenapa hari ini lebih dingin dari biasanya?"
Xixi membaringkan tubuhnya di atas ranjang, lalu menekan layar ponsel yang ada di tangannya.
"Hmmm, pas sekali besok hari sabtu, semoga Lulu bisa membawa kakaknya kesini besok." Gumam Xixi.
Xixi membutuhkan bantuan dari keluarga Smith, meski dia yakin keluarga Gabriel tidak akan bisa menghadapi keluarganya. Tapi tetap saja, Xixi harus berhati-hati dan membutuhkan keluarga kaya lainnya untuk membantunya.
"Oke, tinggal tunggu besok saja." Ucap Xixi setelah mengirimkan pesan pada Lulu.
"Megan, semoga kau bisa bertahan menghadapi balasan dari ku."
Xixi membuka media sosialnya karena tidak ada kegiatan apapun yang ingin dia lakukan saat musim dingin, di tambah liburan masih berlangsung sampai minggu depan.
***
Sore harinya Xixi mendapatkan paket dari seseorang yang tidak dia kenal. Di atas paket itu pun tidak ada nama pengirimnya.
Xixi meletakan kotak paket itu di atas meja, lalu dia menempelkan sebuah alat pendeteksi bom atau benda tajam pada kotak paket yang misterius itu.
"Apa itu Xixi?" Tanya Mimi yang berdiri di samping Xixi.
"Aku tidak tahu, aku menerimanya tadi dan ini tidak ada nama pengirimnya."
"Dari siapa kira-kira?"
"Kita akan tahu setelah melihat isi di dalamnya."
Tit
Suara dari alat pendeteksi berbunyi, dan menampilkan tulisan 'negatif'
"Baiklah ini aman, bukan benda tajam atau bom di dalamnya."
Xixi meletakan alat pendeteksi itu di samping kotak paket di atas meja.
"Kita ke halaman samping untuk membukanya." Ucap Xixi.
Mimi hanya mengangguk mengikuti apa yang adiknya katakan.
Xixi lalu membawa paket itu ke halaman samping dan meletakkannya di atas lantai.
Mimi memanggil beberapa penjaga yang tidak jauh berdiri dari mereka.
"Xixi, lebih baik para penjaga saja yang membuka paket aneh ini. Aku takut kalau isinya sesuatu yang tidak kita inginkan." Ucap Mimi.
"Kak, ini hanya paket."
"Aku tidak peduli."
Mimi lalu menatap beberapa penjaga yang sudah datang dan berdiri di depan mereka.
"Kalian, bantu nona muda untuk membuka paket itu. Buka dengan hati-hati." Ucap Mimi pada penjaga rumah.
"Baik nona."
Mimi lalu menarik tangan Xixi untuk berdiri dan agar para penjaga itu yang membuka paket yang ada di depan mereka.
Sreeet sreeeeet
Para penjaga itu mulai membuka dan menggunting selotip dan plastik yang membungkus paket itu.
"No... Nona, nona muda, ini....." Ucap salah seorang penjaga yang membuka paket itu.
Xixi dan Mimi lalu melihat isi dalam paketan itu, dan kedua mata mereka membulat seketika.
"Apa? Siapa yang sudah berani mengirimkan hal ini pada kita?" Ucap Mimi sambil menutup hidung dan mulutnya.
Satu foto saat Xixi masih kecil dan satu lagi saat Xixi duduk di sekolah menengah, kedua foto itu terkoyak seperti telah di gunting-gunting, dan di bawah kedua foto itu ada dua kepala ayam yang penuh dengan darah.
Xixi menatap dua fotonya yang di gunting-gunting itu dengan tajam, hanya satu orang yang mempunyai foto itu ketika dia masih duduk di sekolah menengah.
"Megan, dia ternyata sudah tidak bisa menunggu." Gumam Xixi.
Mimi menatap Xixi tidak percaya, ternyata paket yang ada di depan mereka adalah paket dari Megan.
Tak lama setelah paket itu di buka, seseorang melemparkan sebuah kotak lain yang lebih kecil ke rumah keluarga William.
Seorang penjaga rumah langsung membawa kotak itu dan memberikannya pada Xixi.
Xixi menerima kotak itu, lalu membaca sebuah pesan yanga ada diatas kotak itu.
"Bekas gudang kayu, di samping sekolah MM." Ucap Xixi saat membaca tulisan yang ada di atas kotak itu.
"Apa maksudnya itu?" Tanya Mimi yang tidak mengerti.
"Dia ingin aku pergi ke bangunan bekas gudang kayu di sekolahku dulu. Sepertinya, kita tidak perlu menunggu lagi, besok aku akan menyelesaikan semuanya."
Mimi menatap Xixi dengan sedikit bergidik, dia tidak pernah melihat Xixi yang seperti ini sebelumnya.
"Megan, kali ini habis riwayatmu karena telah membuat singa ini marah."
"Kalian bereskan semua ini, dan malam nanti penjaga tim 2 datang ke ruang kerja ayah." Ucap Xixi.
"Baik nona muda."
Kali ini Xixi benar-benar akan membuat keluarga Gabriel itu hancur tak tersisa. Sudah cukup mereka terus menekan dan membuatnya bersabar.
Xixi dan Mimi masuk kembali ke dalam rumah, Xixi berjalan menuju kamarnya setelah berpisah dengan Mimi di ruang keluarga.
"Heh, Megan. Kau terlalu meremehkan ku."
Xixi masuk ke dalam kamarnya dengan senyum devil dan tatapan yang sulit di artikan.