Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Sifa masih memilih buku-buku yang ingin dia bawa untuk di panti.
"Keknya ini cocok deh buat Burhan," gumam Sifa.
"Lo suka bawa buku ya ke panti?" tanya Shani.
"Suka, karena buku ini menambah wawasan! makanya gue bawa dua buku dalam seminggu, untuk anak panti harus gantian juga sih."
"Kenapa harus dua buku dalam seminggu?"
"Perpustakaan cuma memperbolehkan murid meminjam dua buku aja dalam seminggu, emang lo gak tau yahh."
"Enggak!"
"Ouh pantesan."
Tidak lama Sifa menemukan buku yang cocok untuk umuran Burhan.
"Nah ini dia ketemu."
Sifa mengambil dua buku itu lalu ke pustakawan.
"Kak, Minggu ini aku minjam dua buku ini yah."
"Coba lihat, oh ini yahh ... nanti kalau sudah selesai kembalikan yahh." Kata pustakawan itu.
"Iya kak," sahut Sifa.
Shani hanya melihat kegiatan Sifa selama diperpustakaan dia tidak ikut membaca.
Tidak lama kemudian terdengar suara bel masuk.
"Shani ayo, bel udah bunyi tuh."
"Iya."
Setelah mereka keluar karena kelas mereka beda, jadi Shani mengambil arah kiri dan Sifa ke kanan.
"Bye Shan gue ke kelas dulu yahh," kata Sifa lagi seraya melambaikan tangan.
Sedangkan Shani hanya senyum lalu berbalik ke arah depan dan mukanya kembali datar! bukan ke kelas yang di tuju Shani tapi ruangan kepala sekolah.
Shani mengetuk pintu ruangan kepala sekolah.
"Masuk," kata Pak Herman.
Shani pun masuk.
"Eh Shani ada apa?" tanya Pak Herman.
"Siang Pak," sapa Shani sebelum memulai aksinya.
"Siang juga Shani apa yang bisa Bapak bantu," sahut Pak Herman.
"Berikan saya data Angel kelas 11 Biologi A," pinta Shani.
"Untuk apa Shani."
"Berikan saja."
Karena tidak mau berurusan dengan keluarga William, Pak Herman memberikan data itu.
"Tunggu sebentar ya Shan Bapak cari dulu," kata Pak Herman seraya memilih beberapa map yang menumpuk.
Setelah agak lama Pak Herman menemukan map milik Angel.
"Ini Shan map-nya."
Shani mengambil map itu dan membukanya terukirlah senyuman devil dibibir Shani.
"Angel Prayoga hemmm ..."
Pak Herman dibuat heran dan bingung dengan sikap Shani.
"Apa yang ingin kamu lakukan terhadap Angel Shan?" tanya Pak Herman sekali lagi.
"Keluarkan dia dari sekolah!" kata Shani dengan muka datarnya tanpa embel-embel.
"Apaaaaa ..." Pak Herman tampak terkejut.
"Kenapa?" tanya Shani.
"Shani, apa Angel punya masalah sama kamu? kenapa kamu ingin dia dikeluarkan."
"Murid tidak punya sopan santun harus dimusnahkan!"
Pak Herman menelan salivanya karena merinding dengan ucapan Shani.
"Saya pergi," kata Shani lebih dingin.
Pak Herman tampak lesu karena permintaan Shani yang ingin mengeluarkan Angel Prayoga.
"Lagian itu anak bikin masalah apa sih sampai Shani ingin mengeluarkannya? mau tanya sama Tuan Kazio, akh ... serba salah begini! mereka berdua sama-sama anak sultan, tapi Shani melebihi mereka semua." Pak Herman pusing memikirkannya.
Shani juga langsung ke ruang cctv.
"Boleh lihat," pinta Shani.
"Boleh dek," sahut penjaga kordinator itu.
Shani meminta kejadian sekitar jam 11 siang tadi.
"Baik dek," sahut penjaga kordinator itu sambil memilih video rekaman.
"Nah itu dia," sahut penjaga kordinator satunya.
"Bu Sita," kata penjaga kordinator.
"Iya," sahut Shani.
Terlihat Bu Sita baru saja keluar dari kantor tiba-tiba ada salah satu guru cewek yang langsung menjambak dan menarik-narik hingga mendorong Bu Sita, hingga membuat kalung Bu Sita terlepas dan guru itu langsung mengambil kalung itu dan membuangnya ke sembarang tempat.
"Sudah cukup!" kata Shani dengan datarnya.
"Baiklah, ternyata Bu Sita masih saja di rundung yah."
"Apa ini sering terjadi?" tanya Shani lagi.
"Ini sering terjadi," sahut penjaga kordinator itu.
"Siapa nama guru itu?"
"Bu Ajeng."
"Ajeng yahh ..." gumam Shani lalu tersenyum miring.
Para penjaga itu melihat reaksi Shani setelah itu saling menatap dan mengangkat bahu masing-masing.
"Ya sudah makasih yah," kata Shani lalu langsung keluar dan kembali ke kelas.
Shani pun masuk kelas.
"Shani, habis darimana kamu?" tanya Bu Sita.
"Toilet Bu," sahut Shani.
"Ya sudah, kamu duduk!" kata Bu Sita tegas.
The Angel protes, terutama Gea.
"Maaf Bu Sita! kenapa dia gak dihukum, kan dia telat masuk kelas."
"Tadi Shani bilang habis dari toilet, kan." Sahut Bu Sita.
"Ahh gak adil Bu," sambung Finni.
"Iya Bu gak adil," sahut murid lainnya.
Julia hanya diam karena merasa risih dengan kelakuan mantan sahabatnya itu.
"Tenang-tenang anak-anak," lerai Bu Sita.
Gea dan Finni saling tersenyum miring karena berhasil memprovokasi teman kelas mereka.
Sedangkan Aevan langsung mengangkat tangannya.
"Maaf Bu, Shani itu murid baru disini mungkin dia gak tahu peraturan sekolah disini." Aevan berujar membela Shani.
'Widiiih ... udah makin berani aja nih sohib gue,' batin Boy.
Bima juga tak mau kalah dari Aevan! langsung saja membela Shani.
"Maaf menurut saya maafin aja Bu! Shani, kan anak baru."
"Ya gak bisa kaya gitu dong lo Bim!" sahut Gea kesal.
"Ya terserah gue lah mau apa lo," kata Bima judes.
"Idih judes banget tuh mulut," sinis Finni.
"Diem lo!" dengus Bima.
Bu Sita kembali melerai untuk kedua kalinya.
"Cukup anak-anak!" teriak Bu Sita.
Semua terdiam.
"Ibu disini yang menentukan Shani dihukum atau enggak," tegas Bu Sita.
"Eh Bu Sita jelek! ngaca dong Ibu itu siapa, jangan bentak-bentak kita dong dasar guru kampungan!" hina Gea.
Tiba-tiba sepatu Shani langsung mendarat cantik tepat mengenai wajah cantiknya Gea.
"Aaaaaaa ..." teriak semua murid.
"Astaghfirullah, Shani!" kaget Bu Sita.
Shani langsung mengkode Bu Sita untuk diam dengan tangannya.
Bu Sita langsung menurut.
"Brengsek lo!" maki Gea langsung beranjak dari kursinya langsung mencengkram kerah baju Shani.
"Apa? berani lo sama gue ... " kata Shani dengan muka santai dan datarnya.
Lalu Shani balik mencengkram lengan kiri Gea dengan kuat sampai meringis.
"Lepasin gue, sialan!" teriak Gea menahan sakit di lengannya.
"Gea," panik Finni mendengar suara Gea.
Saat Finni ingin menghampiri Gea dengan sigap kaki Shani menahan perut Finni.
"Kamu kesini ... kram perut lo," ancam Shani.
Finni takut lalu memilih mundur.
Shani kembali menatap Gea dengan tajam.
"Minta maaf sama Bu Sita!" tegas Shani dengan dingin.
Gea menelan salivanya karena takut.
"Gu-gue gak mau," sahut Gea gengsi tapi juga takut.
Shani langsung menguatkan cengkeramannya.
"Aaaaa ... lo gila yah!" maki Gea.
"Minta maaf," kata Shani lebih dingin.
"Iya, iya gue minta maaf. Bu Sita saya minta maaf!" sahut Gea dengan ketus.
"Yang lembut," pinta Shani.
"Banyak aturan lo yah!" kesal Gea.
Shani menjambak rambut Gea lalu berbisik.
"Gue tahu ... lo tadi pagi suruh orang buat culik gue, kan!"
Gea tampak shok dan kaget.
"Minta maaf atau gue laporin ke polisi!" bisik Shani lagi dengan nada mengancam lalu melepaskan cengkeramannya.
Gea langsung menunduk dan menghadap pada Bu Sita.
"Maaf Bu Sita, Gea minta maaf."
"Iya saya maafkan," sahut Bu Sita yang masih bingung.
Gea kembali duduk sedangkan Shani mengambil tasnya mau keluar.
"Shani mau kemana?" tanya Bu Sita.
"Ngejalanin hukuman, karena saya tidak mau ada orang baik tersakiti sama orang munafik!" kata Shani yang kemudian melirik sekilas ke arah Gea dan Finni dengan tajam.
Bu Sita hanya diam.
Mata Aevan mengikuti arah langkah Shani, dengan sigap Aevan juga mengambil tasnya dan keluar.
"Aevan kamu kemana?" teriak Bu Shani tapi tidak ada jawaban.
"Biar saya yang kejar Bu," sambung Bima yang juga mengambil tasnya.
"Adihhhh buset lo berdua benar-benar yak!" kesal Boy.
"Boy kamu juga mau keluar!" tatap tajam Bu Sita.
"Eh enggak Bu," sahut Boy sedikit takut.
***
Alya dan Shina bertemu di restoran Mzn Food.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Shina.
"Santai aja dulu Shin," sahut Alya.
"Aku gak bisa santai Al, bentar lagi anakku pulang sekolah!" ketus Shina.
"Ko kamu ketus gitu ngomongnya sama aku," ucap Alya lirih.
Shina sedikit iba.
"Ya habisnya kamu, kan bestinya Laras."
"Ouu ... itu masalahnya kamu gak pernah ramah sama aku, padahal udah 6 bulan kita kenal."
"Hem ... "
"Ya sudah sebelumnya aku minta maaf, tapi ... aku bukan tipe teman yang nusuk dari belakang."
"Siapa tahu kita, kan gak ada yang tahu ke depannya."
"Gini aja deh ... gimana kalau kita bikin perjanjian."
"Ogah!"
"Kenapa?"
"Aku gak suka ada perjanjian antar temen dan aku juga gak di izinin sama suami aku."
"Penurut sekali kamu."
"Iya dong, kan aku istri yang baik."
"Iya, iya kamu istri yang baik."
"Udah cepetan nih aku gak ada waktu! desak Shina.
"Huhh ... iya, iya. Jadi gini ... aku pengen hibur Citra kayaknya dia lagi sedih deh kamu mau, kan?"
"Emang dia kenapa sih terus kenapa ngajak aku," ketus Shina.
"Kan, kita sahabat."
"Iya."
"Nanti malam aku rencananya mau ngajak Citra makan malam tanpa Laras, aku, kamu, dan Citra kita bertiga aja gimana?"
Shina tampak berfikir.
"Boleh," sahut Shina kemudian.
"Aaaaa ... terima kasih Shina," kata Alya seraya memeluk Shina.
'Baru kali ini dia meluk aku ... apa sepenting itu si Citra, ' batin Shina.
"Udah, kan?"
"Udah ko."
"Ya sudah aku pulang!"
"Ok, hati-hati di jalan yahh."
"Hemm ... dachhh ...."
"Shina lucu juga yah," gumam Alya lalu mengambil tasnya yang juga ingin pulang.
***
💙DUKUNG KARYA INI DENGAN LIKE DAN KOMENTAR SERTA VOTE💙
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..