Almayira seorang gadis yang sangat religius, dia tidak pernah melepaskan niqobnya.
Namun di suatu hari ketika dia mengantar temannya, untuk menemui seorang laki_laki justru dirinya yang malah direnggut kehormatannya secara paksa sehingga
menyebabkan dia hamil saat masih sekolah, demi menutupi kehamilannya dia selalu menggunakan jaket.
Bagaimana nasib mayira? Apakah pria itu akan bertanggung jawab?
Penasaran? makanya baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Akan Menikahimu
"Hei jangan mencoba menghasut dia...teriak bara mendekat ke arah Citra.
"Maira menatap Bara, "Kak jangan ngomong kasar sama orang tua.. Ucap Mayira.
Bara menghela nafas berat, Citra tersenyum melihatnya. Citra membawa bara ikut duduk di sofa.
"Terserah sekarang cepat gugurkan janin itu" desak bara. jujur ini juga berat bagi bara mau bagaimanapun anak itu setiap anaknya, darah dagingnya Iya sayang anak itu. Tapi rasa itu ia tekan dan lenyapkan, demi masa depan dan pendidikan.
"Bara, menggugurkan kandungan disaat tidak dalam keadaan mendesak, itu sudah menyalahi kode etik kedokteran. Tante tidak bisa melakukannya... ujar Citra selembut mungkin, agar bisa dipahami oleh kedua anak muda di hadapannya.
"Kamu yakin ingin menghilangkan anak itu? Suara berat itu membuat Bara, Maira dan Citra menoleh ke arah sumber suara di pintu ruangan. Mereka mendapati seorang laki-laki berperawakan tinggi, dan terlihat sedikit berumur.
Astaga bara lupa di mana ada tante Citra, di situ pada pasti ada Om Satrio. Sepasang suami istri dokter beda spesialis, Namun bekerja di rumah sakit yang sama. Karena rumah sakit ini milik keluarga Om Satrio, dan Satria mengelolanya.
Citra berdehem, "Suter boleh keluar... Pinta Citra pada seorang suster yang masih di ruangan, dan mendengar apa yang orang-orang di ruangan itu bicarakan.
"Om Satrio Nggak usah ikut campur... Tegas Bara, ia mulai geram karena semua berjalan tidak sesuai dengan Rencananya tadi. Dia pikir akan mudah jika hanya untuk menggugurkan satu kandungan saja, Ditambah lagi dengan munculnya orang-orang yang tidak ingin Ia temui.
Laki-laki bernama Satrio itu Manggut-manggut, "Oke beri Om satu alasan kenapa kamu mau menggugurkan kandungan itu? Tanya Satrio, ia meletakan tunjuknya di dagu seolah berpikir.
"Oh atau kamu mengikuti jejak papa kamu? Satrio senyum menang.
Bbrrakk
Bara menggebrak meja dihadapannya, "Gue nggak pernah mengikuti jejak laki-laki itu!"
"Ya Apa bedanya kamu sama papa kamu, membuang anak dan membunuh anak bahkan tindakan kamu jauh lebih keji"... Sahut satrio tak mau kalah.
"Gue nggak seperti itu..
"Dengan kamu membunuh anak kamu.
"Gue nggak jadi menggugurkan janin itu.. potong Bara. dadanya kembang kempis ia tidak mau disamakan dengan papanya, ia tidak bisa.
Satrio memangku tangannya di depan dada, lalu tersenyum.
Mayira sontak berdiri, "Tapi Kak..
"Gue akan nikahin lo..
Mata Mayira terbelalak, ini lebih gila dan mampu membuat Mira stress. Apa maksudnya? menikah? Menikah dengan laki-laki yang bernama Bara itu, Astagfirullah ini mimpi buruk bagi mayira.
Mayira menggeleng, "Tidak mayira tidak mau, mayira masih sekolah"..
Bara menoleh Intens ke arah Aira, "Egois, Lo lebih mentingin pendidikan daripada anak lo.
Mayira tergagap tunggu, bukannya Bara yang menyarankan Mayira untuk menggugurkan kandungannya. Lalu kenapa sekarang dia yang dibilang egois?
Citra menepuk bahu pelan Mayira, "Kamu masih bisa sekolah sebelum nanti perut kamu membesar, Setelah itu kamu bisa homeschooling kan.
Benar Ide Citra cukup bagus, bisa diterapkan untuk dalam kondisi seperti ini. Baiklah, masalah satu sudah ada solusi. Namun masih ada satu yang mengganggu pikiran Maira orang tuanya.
"Tapi..
Bara menghela nafas pelan, ia tahu apa yang ada di pikiran Mayira. Orang tua, Bara pun memikirkan mamanya. Mau bagaimanapun, Bara tidak bisa membohongi mamanya hanya karena alasan kondisi.
"Gue akan bicara ama ortu lo" ungkap Bara, Keputusan menikah bukanlah Hal mudah. Tapi ini adalah jalan keluar terbaik selain membunuh janin yang tak berdosa itu.
Mayira ternganga kecil di balik cadarnya, tidak semua itu berbicara dengan kedua orang tuanya. apalagi tentang masalah ini, Mayira takut sebelum bara berbicara nyawa laki-laki itu sudah melayang. Apalagi Ayah Maira Rendra bukanlah tipe orang yang mudah mengampuni, yang sudah menyakiti orang-orang yang ia sayang. jadi bicara dengan Rendra, sama aja bunuh diri.
Citra berdehem "Mayira, Jangan dipikirkan yang harus kamu lakukan sekarang. Adalah menjaga kesehatan, untuk diri sendiri dan anak kamu.
Satrio menjatuhkan dirinya ke atas sofa, "Saya akan beritahu papa kamu Bara, untuk melamar Mayira untuk kamu Saya rasa itu lebih mudah".
Bara menatap tajam Satrio dia tidak suka, kenapa semua hal harus bersangkutan dengan papanya.
"Ngga perlu, gue bisa mengatasi diri sendiri.
"Oh oke, Satrio berdiri hendak melangkah keluar ruangan. "Sepertinya saya harus pergi karena banyak urusan"
Setelah Satrio pergi meninggalkan ruangan ini, suasana menjadi hening Semuanya sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Kecuali Citra yang kembali berkutat, dengan beberapa berkas pasien
di atas mejanya.
"Kebetulan kalian sudah sampai di sini, gimana kalau sekalian kalian mengecek kandungan Mayira? Saran Citra.
Mayira menoleh ke arah bara, Ia berpikir Apakah Bara akan siap melihat anaknya.
"Bara Apa kamu mau lihat anak kamu? Tanya Citra.
Alis kiri Barat berangkat, "Emang bisa? Citra mungkin tersenyum "Ya bisa dong, Kata Citra.
"Gimana caranya? KIni Mayira yang bertanya, ada rasa bahagia menghampiri Mayira. Saat Citra mengatakan hal itu, dia ingin melihat malaikat kecil di perutnya.
"Dengan cara USG.. ucap Citra, ia beranjak ke tempat Mayira berdiri. Lalu menuntun gadis bercadar itu ke arah bangker, di salah satu sudut ruangan. Lalu dengan izin Mayira Citra merebahkan tubuh Maira di atas kasur itu.
Citra beralih menyiapkan alat-alatnya, sedangkan bara Masih Berdiri memperhatikan setiap pergerakan dua wanita beda generasi itu.
"Mayira buka setengah atasan kamu untuk meletakkan alat ini." imbuh Citra menunjukkan sebuah alat di tangannya.
Mayira diam ia tidak bisa melakukan apa yang dokter Citra bilang, karena di sini masih ada bara seorang laki-laki yang bukan mahramnya.
"Gimana ya Dok".. kata Mayira, dengan mata yang terus menuju Bara.
Citra mengikuti ke arah pandang Mayira, ia tersenyum ah masalah aurat ya bagian perut adalah aurat bagi perempuan bukan? Citra mengerti, ia menggeser tirai yang ada di atas langit-langit brangkar. Tirai itu menutup dari kaki Mayira sampai dada, jadi bara hanya bisa melihat kepala Mayira saja.
Merasa ada yang melihat ke arahnya, Bara menaikkan alisnya tidak mengerti,.
"Lihat saja ke monitornya Jangan lihat ke sini" pesan Citra, Bara hanya mengangguk masih bingung. Sampai beberapa saat ia baru mengerti, Jadi jika dari USG itu dengan perut terbuka dan perut itu adalah bagian aurat
"Jangan ngintip... Kini Mayira pula yang memperingati.
"Idih, siapa yang mau ngintip... Serka Bara.
Mayira merasakan dingin di bagian permukaan kulit perutnya, Citra seperti tangan mengoleskan gel. Lalu setelah itu Mayira merasakan benda yang bergerak, Citra melakukan pekerjaannya dengan telaten.
"Lihat bayi kalian"... Ucap Citra, menunjuk monitor yang menyala menampilkan gambar hitam yang buram. Namun setelah itu Maira dan Bara bisa memfokuskan suara titik, Yang Citra bilang adalah anak mereka.
Bara tertegun Melihat gumpalan kecil yang belum terbentuk, pada monitor sebelah brankar Maira berbaring. ia meraba dadanya yang bergemuruh, dia tidak tahu apa yang dirasakan pada saat itu tapi benar-benar tidak menyangka bahwa itu adalah anaknya.
Yang terjadi pada Mayira tidak jauh berbeda dari bara, matanya berkaca-kaca haru. Anak itu yang ingin dia bunuh tadi, tapi seolah ia melupakan hal itu sekarang justru sebaliknya Ia ingin melihat gumpalan itu tumbuh.
Walaupun raut wajah Bara masih biasa, tapi percayalah hatinya rasanya sangat bahagia. hanya saja dia tidak tahu cara mengekspresikan dirinya, Bara sampai lupa dan merasa bersalah. Tadi dia sangat menggebu_gebu ingin janin itu pergi, karena dianggap mengganggu hidupnya.
____Tbc___