NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Ajeng, Abi dan Vivi serempak menoleh ke sumber suara yang berbicara cukup berani.

"Hanan!" koor Ajeng dan Abi terdengar kompak. Menyerukan namanya dengan wajah kaget dan bingung.

Sementara Vivi jelas tidak menyangka pemuda itu akan muncul di ruangan yang ternyata kakaknya. Entah suatu kebetulan atau tidak, semua terjadi secara bersamaan.

Hanan berjalan mendekat dengan percaya diri. Siap menumpahkan kebenaran yang jelas nyata.

"Jangan pernah Kakak berikan anak ini pada perempuan itu Kak," tunjuk Hanan dengan lantang. Menatap keduanya antara Abi dan Vivi dengan rasa benci yang mendalam.

"Apa maksud kamu, Hanan? Rubby anakku, dia milikku, dan aku akan membawanya pulang." Abi menyela dengan tegas.

"Ruby juga anak Kak Ajeng, dia berhak merawatnya, dan mengasuhnya."

"Kamu lupa, kakakmu punya kesepakatan dan semua diperjelas hari ini."

"Aku tahu dan juga sama sekali tidak lupa, sayang sekali itu berlaku sebelum aku tahu kelicik kalian. Semuanya sudah begitu jelas, dan istri Anda yang terhormat ini yang telah membuat aku celaka. Sudah seharusnya kalian bertanggung jawab atas pengobatanku, tanpa harus membuat perjanjian konyol yang jelas-jelas menguntungkan pihak Anda. Picik dan licik sekali!" ucap Hanan berapi-api.

Abi dan Ajeng sama tercengangnya. Perempuan itu langsung mendekap Ruby penuh dengan kasih sayang dan kelegaan. Bagai malaikat penuh keberanian, Hanan tak gentar sama sekali.

"Heh bocah! Jaga mulut kamu ya! Jangan menuduh orang sembarangan, kita tidak kenal tiba-tiba kamu datang mengacaukan semuanya. Jangan fitnah!"

"Anda yang fitnah, dengan jelas mobil itu dengan nomor plat yang sama yang menabrakku. Seratus persen saya yakin, bahkan Anda juga sempat melihat diriku sebelum akhirnya lari dari tanggung jawab! Masih mau mengelak!" bentak Hanan jelas emosi.

"Apa maksudnya ini Vi? Tolong jelaskan!" Abi menyorotnya tajam.

"Kamu percaya sama dia Mas, dari pada sama aku? Sudah jelas Ajeng tidak mau menyerahkan bayi itu pada kita makanya membuat alibi seperti itu. Orang miskin memang pandai bersilat lidah," ejek Vivi cukup lantang.

"Kami memang miskin, tapi kami punya adab, jangan harap aku akan membiarkan kalian membawa Ruby!" Hanan mendekati Ajeng dan bayinya. Seakan melindungi keduanya yang masih bersitegang.

"Mas, ayo ambil anak itu, kamu punya perjanjian tertulis 'kan, kita bisa menuntutnya atas semua ini."

Hanan pasang badan, jelas tidak membiarkan kedua pasutri itu mendekat. Walaupun Abi sebagai ayah dan juga suami dari kak Ajeng, pria itu tidak berhak sama sekali bila benar dengan pernyataan Hanan.

"Perjanjian itu jelas gugur, karena Anda bermain di dalamnya dengan cara licik. Silahkan tuntut, kami siap ke jalur hukum." Hanan berbicara cukup lantang dan berani. Satu tangannya merangkul kakaknya dengan yakin.

"Aku akan cari bukti sendiri atas kasus ini, apabila memang tidak ada bukti, kami berhak membawa anak itu pulang," ucap Abi mencoba mengambil jalan tengah.

Ketegangan itu berakhir setelah Vivi dan Abi keluar. Sementara suasana mendadak begitu mengharukan. Ajeng menangis tak percaya dengan keajaiban hari ini. Di mana ia bisa kembali memeluk baby Ruby dengan penuh kasih sayang.

"Kasih asinya Kak, dia haus," titah Hanan menatap dengan penuh kelembutan.

"Iya," jawab Ajeng dengan binar bahagia. Banyak hal yang ingin Ajeng tanyakan, namun rasa bahagia hari ini menepikan segalanya.

Hanan memberikan ruang untuk kakaknya mengASIhi bayinya. Sementara pemuda itu duduk menepi di sofa tunggu.

Saking bahagianya Ajeng menimang anaknya serta memberikan sumber kehidupan untuk bayi itu. Hingga rasa sakit dan geli pertama kali bersentuhan tidak membuatnya mengeluh. Ia menangis haru, mengelus pipinya yang mungil.

"Hanan, aku ingin membawanya pulang, apakah sudah boleh pulang?" Tak sabar rasanya Ajeng keluar dari rumah sakit.

"Iya Kak, aku akan mengurus kepulangan kakak," jawab Hanan menenangkan.

Untung saja Hanan pandai menabung. Uang yang dikirim kakaknya dalam jumlah besar selalu disimpan yang ia maksudkan untuk biaya kuliah nanti. Pemuda itu berprestasi dan mendapat beasiswa selama jenjang di SMA. Bahkan sudah dinyatakan lolos di Universitas ternama lewat jalur undangan atau prestasi. Karena sekarang benar-benar butuh uang, Hanan mengambil secukupnya.

"Nan, tolong ambilkan uang kakak di ATM, aku tunggu di sini," ujar Ajeng menyerahkan kartu debit miliknya.

"Hanan ada Kak, pakai uang Hanan dulu, insya Allah cukup," jawab pemuda itu menilik isi saldo yang masih lumayan.

"Kamu punya uang? Tapi biaya operasinya dan perawatannya kan mahal?"

"Uang dari kakak selalu aku simpan, jangan khawatir, kita akan melewati ini sama-sama."

Ajeng tersenyum mendengar perkataan adiknya yang selalu membuatnya bangga. Setelah mengurus semua administrasi, hari itu Ajeng dan bayinya bisa pulang ke rumah.

"Kakak pakai taksi, aku akan membuntuti mobilnya dari belakang," ujar pemuda itu tersenyum lega.

Ajeng lebih dulu pulang ke rumahnya yang diberikan Abi. Sadar diri sudah tidak punya hak di sini, perempuan itu pun hanya mampir mengambil barang-barang pribadinya untuk dipindahkan ke rumah lama mereka.

"Kakak yakin? Atau kita cari kontrakan dulu saja untuk sementara. Aku takut kakak tidak nyaman, terlebih keadaan Ruby yang nanti dipertanyakan?"

"Aku ikut apa kata kamu saja, Nan, aku pasrah tentang nanti orang akan menilaiku seperti apa, yang penting aku bisa sama-sama Ruby," jawab Ajeng tak begitu peduli dengan statusnya.

"Kak, Kak Denis dari kemarin telepon aku terus, dia nanyain kabar kakak, gimana?"

"Aku belum siap ketemu, Nan, sekarang ada Ruby juga, aku takut Denis tidak mau menerima anakku," jawab Ajeng ingin menikmati waktu yang begitu baik untuknya.

Sementara Abi dan Vivi pulang ke rumah dengan membawa pertengkaran di antara keduanya.

"Katakan dengan jujur, atau aku akan cari tahu sendiri dan kamu akan tahu akibatnya!" ancam Abi jelas murka. Ekspektasi tak sesuai realita, harusnya ia tengah bahagia menjadi ayah baru yang sudah begitu lama ia nantikan.

"Kamu lebih percaya dengan dia dari pada sama aku, seharusnya kamu tetap ambil anak itu, atau semua rencana kita akan berantakan!"

"Bagaimana bisa aku seegois itu seandainya kenyataannya benar. Kalau memang terbukti kamu pelakunya, kali ini kamu harus bertanggung jawab, kebohongan kamu sudah kelewatan dan aku tidak bisa menolongmu!" tandas Abi cukup jelas.

"Kamu ikut memojokkan aku? Tak ada bukti apa pun, seharusnya kamu jangan cepat menerima mentah-mentah perkataan pemuda itu."

"Oke, sampai aku menemukan bukti itu, dan kamu harus terima konsekuensinya bila terbukti."

"Siap, cari saja sepintar kamu. Seharusnya kamu berpikir, untuk membawa anak itu pulang, emang kamu mau hak asuh anakmu jatuh pada Ajeng yang miskin itu."

"Diam! Dia ibunya, kamu membuatku pusing saja!"

"Terus bagaimana kita ngejelasin ke mama kamu kalau anaknya nggak ada? Sedang ibumu tahunya aku sebentar lagi melahirkan!"

"Jujur, aku tidak mau berbohong lagi, aku lelah dengan sandiwaramu."

"Aku tidak mau! Pokoknya kamu harus ambil anak itu, kamu berhak kamu ayahnya!"

.

Tbc

.

Sambil nunggu novel ini up teman-teman mampir ke karya teman aku yuk ...!

1
Moertini
terimakasih thor sudah tamat bagus bahasanya mudah dimengerti ceritanya asyik terus berkarya thor semangat
Dian
Luar biasa
#ayu.kurniaa_
.
Praised93
Sudah baca sampai Bab 40an, ceritanya menarik dan mengalir apa adanya tidaj dibuat-buat dengan kelemahan tidak terlalu banyak tokoh, kelemahan lainnya tidak dijelaskan suasana perkantoran sang suami yang punya perusahaan juga siapa saja kolega bisnis dan bagainana dimata kolega bisnis, juga kehidupan masing2 tokoh seolah-olah berdiri sendiri tidak ada keponakan, pa man bibi, kakek nenek, ibu mertua semuanya hilang bahkan sampai Bab 40an hanya tokok inti yang dibahas selah olah hanya bertiga yang aktif tak ada selingan ber Bab Bab ttg tokoh lainnya selain ke-3 tokoh tsb
Adhyta Wahyuningsih
Luar biasa
lilis indri hastuti
kasihan Abi...sebenarnya dia baik
lilis indri hastuti
nahlo ketahuan
Aromah Iyut
Luar biasa
Anonymous
ok
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
Goresan Receh
abi cemburu dng denis, tdr diistri muda
Goresan Receh
adakah nanti vivi selingkuh dn cerai?
Goresan Receh
adakah nanti vivi selingkuhdn cerai?
Fincencia Fatmawati
Sangat suka karya2 Asri Faris 👍🏻
Hera Puspita
panggilan nya sering ganti2 ya thor, kadang bunda, kadang mama 🤭🤭🤭
Hera Puspita
betul tebakan ku kl terjadi apa2 sama abi
Hera Puspita
mgkin terjadi sesuatu dgn abi
Hera Puspita
😁😁😁😁😁perempuan dapat rayuan seperti itu pasti melehoi hati nya 🤭🤭
Hera Puspita
😭😭😭😭
Hera Puspita
yg nabrak hanan, vivi x ya 🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!