Eva adalah gadis berusia 18 tahun berasal dari keluarga sederhana. Ia memiliki mimpi besar menjadi orang kaya dan hidup serba ada.
Daniel Ananta menikahi gadis bernama Arsana putri wijaya. Putri satu-satunya dari keluarga terpandang di negaranya. Sayangnya Arsana adalah wanita yang sombong dan bertindak semaunya. Dalam pernikahannya Arsana tak mau mengandung seorang anak dengan berbagai alasan. Untuk itu Daniel akan membayar siapa saja yang mau mengandung anaknya dan Arsana. Dengan imbalan uang 3 miliar setelah anaknya dapat terlahir di dunia.
Dengan informasi dan bujukan dari Toni,
Eva bersedia menyewakan rahimnya karna terbayang uang yang akan di dapatkannya nanti setelah melahirkan bayi Daniel dan Arsana.
Mampukah Eva yang masih berusia 18 tahun mengandung seorang bayi dan melahirkannya. Dan konflik apa saja yang ada di dalamnya.
Ikuti kisahnya, jangan lupa like, coment, vote, favorit dan hadiahnya ya...
Salam manis dari author..selamat membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar kost
"Hey sudah ku bilang jangan bawa apapun dari sini....semua aku sita...semua ini menjadi milikku..."
jawab wanita itu ketus, sambil menghadang Eva.
Eva masih bersikeras untuk mengambil beberapa barang seperti tas atau pun sepatu, dalam fikirannya sekarang, dia akan mengambil itu semua untuk di jualnya nanti sebagai biaya kehidupan mereka nantinya.
"Kau tidak bisa mengambil semua..."
"Dasar wanita keras kepala...."
wanita itu tiba-tiba menarik tubuh Eva yang ingin mencoba mengambil sebuah tas bermerek untuk di bawanya. Wanita itu mendorong tubuh Eva hingga terjatuh tersungkur di lantai.
"Aaahh...."
Eva meringis, karna perutnya yang sudah cukup besar terbentur di lantai.
Sebuah tangan yang kekar membantu Eva untuk bangun dari posisinya sekarang.
"Apa yang kau lakukan....apa kau tak melihat dia sedang hamil..."
bentak Toni pada wanita pemilik villa.
"Dia yang keras kepala...aku sudah bilang jangan ambil apapun dari sini...semua ini aku sita sebagai bayaran sewa villa ini yang belum kalian bayarkan...enak aja...tinggal-tinggal doank gak bayar...emang kalian fikir ini milik nenek kalian apa..."
jawab ketus wanita itu.
"Setidaknya lihat kondisinya....dia sedang hamil...kau juga perempuan nyonya..pasti pernah mengalaminya..."
jawab Toni dengan wajah kesal sambil membantu Eva berdiri.
"Aku tidak peduli...yang terpenting sekarang kalian harus angkat kaki dari sini..."
"Beri kami waktu untuk membereskan barang-barang kami...baru setelah itu kami akan pergi..."
"Tidak....aku mau sekarang juga kalian pergi dari sini..."
jawab Wanita itu sambil menunjuk ke arah luar.
"Sudahlah Toni ayo kita pergi....susah bicara dengan penyihir gila sepertinya..."
kata Eva sambil menahan rasa nyeri di bagian bawah perutnya.
"Hey apa kau bilang...jaga bicaramu ya..."
yang di ajak bicara sudah berlalu dan mengambil tas mereka masing-masing untuk di bawa pergi.
"Pengawaall....bawa mereka keluar dari sini..."
teriak wanita itu dengan kencang kepada para pengawal yang ada di luar kamar Eva.
"Hey...kalian jangan berani-beraninya menyentuhku kami...akan ku hajar kalian...dan kau..."
tunjuk Toni pada wanita pemilik villa.
"Tak perlu kau menyuruh para budakmu ini untuk menyuruhku keluar...kami bisa keluar sendiri tanpa bantuanmu..."
"Tak usah kau mengajariku...aku hanya tak ingin.. villa berhargaku ini lebih lama lagi di tinggali oleh orang-orang seperti kalian....gayanya aja sok kaya... nyewa villa tapi gak bisa bayar...dasaarr....kalo udah miskin...miskin aja jangan kebanyakan gaya..."
jawab Wanita itu sambil mengibas-ngibaskan tangannya seperti membuang sebuah kotoran.
"Udah miskin belagu..sok-sokan nyewa villa segala...ujung-ujungnya gak bisa bayar...saya nih yang rugi...tau gitu di sewa orang lain udah jadi duit ini...sana-sana...aku gak mau lihat wajah kalian lagi...pergiii..."
hardik wanita itu pada Eva dan Toni yang sudah mulai berjalan pergi meninggalkan villa.
Eva berjalan tertatih karna merasakan perutnya yang nyeri karna dorongan wanita tadi. Dan dia juga berjalan membawa 1 tas yang cukup besar.
Sedangkan Toni berjalan di samping Eva membawa 3 tas yang cukup besar juga milik Eva dan miliknya.
Setelah berjalan cukup jauh, Eva membuka suaranya.
"Dimana ada angkutan yang bisa kita naiki Toni, aku sudah lelah berjalan..."
kata Eva sambil memegangi pinggangnya yang mulai terasa sakit juga.
"Masih sekitar 80 meter lagi Eva....baiklah ...kau tunggu disini saja...jaga tas kita...aku akan memanggil taxi kesini untuk menjemputmu...."
Eva hanya mengangguk dan Toni pun berlari kecil supaya dia cepat sampai di jalanan tempat taxi dan ojek berkumpul.
Tak lama setelahnya Toni benar-benar datang membawa sebuah taxi. Mereka pun naik dan membawa ke empat tas mereka.
"Tuan dimana tempat tujuan anda..saya akan mengantarnya..."
Toni yang mendapat pertanyaan itu dari sang supir, dia menatap Eva bingung tak tau kemana mereka berdua akan pergi.
"Kemana aja pak asal yang jauh dari sini..."
jawab Eva tiba-tina sambil memandang Toni.
"Tidak bisa begitu nona...anda harus menetapkan tujuan anda..baru saya bisa mengantarnya..."
"Baiklah kalau begitu kita pergi ke arah selatan dimana bapak tau ada sebuah tempat kost yang cukup murah yang bisa kami tinggali berdua...'
Jawab Toni mencoba memberikan ide.
Supir itu terlihat berfikir sejenak lalu segera berkata.
"Baiklah tuan..saya akan mengantar anda.."
Mobil pun melaju menyibak jalanan kota yang ramai dan panas di siang itu, Eva mencoba mencairkan suasana yang sedari tadi hening dan hanyut dalam fikiran masing-masing.
" Toni...lalu apa yang harus kita lakukan sekarang.."
"yang penting sekarang kita cari tempat yang jauh dari orang-orang yang kita kenali...apalagi kau Eva..dengan keadaanmu yang seperti ini..."
Eva menunduk mengusap perutnya, sang bayi pun meresponnya bergerak-gerak di dalam perut Eva.
" Bagaimana bisa..mereka meninggalkan bayi yang merupakan darah dagingnya....bahkan dia sudah bernyawa di dalam sana...dia merespon setiap gerakan...dia mempunyai nyawa Toni...jiwanya masih suci..."
kata Eva sambil mengalirkan setitik air di ujung matanya.
Toni sendiri tak dapat menjawabnya, ia hanya terdiam memandang Eva yang masih melihat ke arah perutnya.
Toni sendiri juga berfikir, betapa hidupnya menderita selama ini tanpa orang tua, Dia membayangkan bagaimana anak yang akan di lahirkan Eva nanti, jika tanpa kasih sayang orang tua. Apalagi dia yang sudah di vonis memiliki kecacatan yang perlu perhatian khusus dari orang tuanya.
Taxi pun berjalan membawa mereka kesebuah tempat dengan banyak kost-kost an di sekitarnya. Juga ada rumah susun di sampingnya. Area itu dekat dengan sebuah pasar tradisional, membuat pemandangan disana sangat ramai banyak orang.
Mungkin itu juga yang menjadi pertimbangan banyak orang disana, memiliki tempat tinggal yang dekat dengan pusat perbelanjaan dengan harga yang terjangkau. Menjadi salah satu favorit para kalangan menengah kebawah untuk tinggal disana.
Toni dan Eva pun siang itu menyewa sebuah kamar kecil berukuran 4x4 meter. Ruangan yang di isi oleh sebuah kamar, dapur dengan bilik kecil dan juga kamar mandi. Dengan fasilitas tempat tidur berukuran kecil, lemari, dan televisi sebagai hiburan.
Kamar itu mereka sewa dengan harga 1 juta perbulannya.
"Apa kita akan tidur satu kamar.."
tanya Eva sedikit canggung.
"Untuk sementara waktu..iya...nanti aku akan bekerja dan menyewa satu kamar lagi untukku sendiri...maaf aku pun tak punya uang sama sekali..karna gajiku bulan ini telah aku berikan pada panti asuhan tempat tinggalku dulu...dan aku tak meyangka semua akan jadi seperti ini...aku tak akan macam-macam Eva...kau bisa tidur di ranjang .. dan aku akan tidur dengan tikar di bawah sini..."
kata Toni sambil menunjuk lantai di samping tempat tidur.
Bersambung....
makin penasaran nich..
kira2 siapa yg akan membongkar masalah ini🤔
kelihatannya dokter itu org baik...
membuang darah daging nya sendiri.ingat hukum karma lambat laun akan menghampiri kalian Danil
mmg tuh y pasangan durjana mentang² kaya bisa berbuat semaunya 😡
makanya nurut aja y...tp aku yakin lama kelamaan berontak jg tuh si Danil,hbs juga kesabaran dia...