Lihat saja, aku bersumpah, aku akan membuatnya memohon untuk menikah dengan ku kurang dari 100 hari ini.
Luna mengucapkan sumpah di depan sahabatnya, Vera yang hanya menganga menatap ke arahnya, merasa sumpahnya itu konyol dan takkan pernah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Beberapa hari berlalu.
Luna sibuk mengurus Abel, dia tak sama sekali menjenguk Lucas karena memang tak terpikir olehnya.
Tiba-tiba, Lucas datang ke mejanya.
"Hai sayang! " sapanya.
Luna terkejut, Lucas menarik tangan Luna keluar dari mejanya.
"Mau kemana? " tanyanya.
"Kenapa tak pakai kacamata dari ku? " Lucas malah membahas kacamata.
Sambil berjalan Lucas terus bertanya.
"Tak nyaman dipakai, ini kita mau kemana? " tanya Luna tertatih mengimbangi langkahnya.
"Ke sini! " ucap Lucas.
Mereka berhenti di atrium gedung di tengah-tengah orang yang sedang bekerja.
Semua orang menatap mereka.
"Lucas kau mau apa? " Luna melotot.
"Sthhh! " Lucas menutup bibirnya dengan jari.
Lucas naik ke panggung yang akan dijadikan tempat shownya.
"PERHATIAN SEMUA! " serunya.
Luna kebingungan.
Semua orang berpaling padanya.
"Aku Lucas Lee, akan mengumumkan hubungan percintaan ku pada kalian semua hari ini" ucapnya dengan microphone.
Luna menganga tak percaya, dia mundur perlahan hendak kabur dari sana.
"Aluna Maleandra, aku sedang berpacaran dengan nya" seru Lucas.
Semua orang tak percaya, Luna menunduk menyembunyikan wajahnya.
"Sayang kau mau kemana? " Lucas turun hendak menariknya naik.
Sebuah tepukan tangan keras terdengar, yang lainnya ikut bertepuk tangan. Beberapa mencibir Luna yang penampilannya sama sekali dirasa tak pantas bersanding dengan Lucas.
Tapi Lucas terus merangkul pinggangnya.
"Lucas hentikan, kau mempermalukan dirimu sendiri" ucap Luna.
Microphone yang masih menyala, suara Luna pun terdengar oleh semua orang dan mereka terdiam.
Lucas menganga tak percaya dengan reaksi Luna.
"Kenapa kau berpikir seperti itu? " nada suara Lucas melemah.
"Kau lihat aku, meskipun jabatan ku mentereng dengan kata sekretaris pimpinan tapi aku tidak pernah pantas bersanding dengan mu dari sisi manapun" Luna terengah karena mengucapkan nya dengan kesal.
Lucas terdiam, dia melempar microphone nya.
"Tapi aku merasa kau sangat pantas untuk ku, karena aku mencintaimu" ucap Lucas.
Luna melihat ke semua orang, dia menarik tangan Lucas hendak mengajaknya bicara di tempat lain.
"Bicara di sini saja...! " ucap Lucas.
Luna memaksa tapi Lucas tak bergerak.
"Ayooo...! " Luna kesal.
"Katakan jawaban mu di sini saja" Lucas bersikeras.
Luna kesal.
"LUNAAAA...... ! "
Teriakan Abel menggema, semua orang berhamburan kembali ke pekerjaan mereka.
Luna menatap ke arah ruang kerjanya. Lucas menghela tahu kenapa Abel berteriak seperti itu.
Luna pergi setelah melepaskan tangan Lucas.
"Iya Pak! " Luna datang dengan terengah.
"Ada keributan apa? " tanya Abel.
"Itu.... Lucas.... dia.... " Luna tergagap.
Abel menelpon seseorang untuk memanggilnya. Luna menelan salivanya.
Tak lama kemudian, Lucas datang.
"Ada yang ingin kau jelaskan? " tanya Abel.
Abel mengingat ucapan Lucas di atrium.
"Aku mundur dari show" jawab Lucas.
Luna menoleh dan menatapnya tak percaya.
"Apa? " Abel juga tak percaya.
"Itu yang ingin kau dengar kan? " Lucas seolah menantang.
"Apa maksud mu? " Abel kesal.
"Aku tidak akan pernah mundur Bel, aku akan tetap di sini aku akan tetap menyukai Luna" ucap Lucas.
"Luna kau boleh kembali.... "
"Tidak Bel, cukup. Kita luruskan semua di sini sekarang! " Lucas menahan lengan Luna.
"Lepaskan tangan mu dari Luna, kau menyakiti nya" ucap Abel.
"Dia tersakiti oleh semua tindakan mu bukan aku" ucap Lucas.
"Kau ini bicara apa? " Luna tak mengerti.
"Kau selalu menangis di balkon setelah dia meneriaki mu, aku selalu melihat kesedihan itu, tapi kenapa kau terus tetap di sisinya? " Lucas kesal.
"Karena dia membutuhkan aku" jawab Abel.
Luna menatap ke arah Abel, merasa pertengkaran ini tak perlu terjadi.
"Kau tidak membutuhkan dia jika kau bersama ku" ucap Lucas menatap Luna.
Luna menghela tak tahu harus bagaimana.
"Dia tidak bisa pergi dari ku, tidak akan pernah bisa" ucap Abel.
Lucas menunggu Luna bicara.
"Pak Abel benar Lucas aku tidak bisa" jawab Luna.
Abel mengangkat kedua alisnya.
"Kenapa? " Lucas menurunkan nada suaranya.
"Karena aku membutuhkan nya lebih dari apapun" jawab Luna.
Lucas melepaskannya. Dia pergi begitu saja setelah mendengar ucapan Luna.
Hening seketika ruangan itu. Tapi orang-orang di luar menggunjingkan mereka.
Luna masuk ke toilet, duduk meski tak ingin melakukan apapun.
Beberapa rekan kerja wanita masuk dan membicarakan mereka.
"Fakta bahwa Pak Abel dan Lucas saling berebut Luna itu mencengangkan. Kau tahu kan kalau mereka adalah sepupu"
"Tentu saja aku tahu, ini pasti karena kejadian itu"
Temannya hanya merengut tak yakin.
"Kau ingat saat Bu Liana meminta Luna menjauh dari Abel, menjaga jarak. Lucas ada di sana saat itu. Luna ke balkon dan menangis. Aku pikir Luna menyukai Pak Abel"
"5 tahun bersama mana mungkin tak pernah terjadi apapun dengan mereka? "
Luna membuka pintu toilet tiba-tiba. Mereka terkejut.
"Memang tidak pernah terjadi apapun" seru Luna kesal langsung pergi.
"Hei kau tak cuci tangan? "
"Aku tidak berak! " teriak Luna.
Mereka menertawakan dirinya.
Luna kembali ke meja dengan kesalnya.
Abel melihatnya. Dia keluar dan mengajaknya pulang.
"Ayo pulang! " ucap Abel.
"Aku pulang ke rumah Vera" Luna mengambil tas nya lalu pergi.
Aryo dan yang lainnya yang belum pulang, melihat pemandangan yang luar biasa itu. Luna meninggalkan orang yang biasa berjalan di depannya itu dengan ketus.
Abel menatap mereka, mereka hanya tersenyum.
#
Abel tak bisa tidur, Luna sedang marah padanya.
"Bukan salah ku Lucas bersikap begitu, kenapa dia marah padaku? " ucap Abel.
"Sheila tak menjawab telpon ku" ucap Devan yang sejak tadi menelpon istrinya.
"Kenapa dia harus marah sebegitunya, sejak awal bulan dia begitu" Abel masih berpikir.
"Katanya cuma dua hari di rumah orang tuanya, ini sudah seminggu" Devan mengeluh.
"Katanya cuma karena PMS, tapi ini sudah sebulan dia bersikap begitu, marah-marah terus" keluh Abel.
"Apa dia mendengar saat aku bicara dengan orang tua ku? " Devan bicara sendiri.
Abel menatap kesal ke arahnya. Dia melempar bantal sofa.
"Heiii, ponsel ku hampir jatuh" keluh Devan.
"Pergi dari rumah ini, kau sama sekali tak membantu" ucap Abel.
"Tanyakan sendiri pada Luna kenapa dia begitu, kenapa kau terus berpikir tanpa mendapatkan jawaban" ucap Devan.
Abel mendengar suara pintu rumah sarah terbuka. Dia mengintip dari monitor kuncinya, melihat Luna masuk.
"Dia tak jadi menginap di rumah Vera? " gumam Abel.
"Haah, dia pulang, sana tanyakan" ucap Devan.
Abel menggosok tangannya, tak berani melakukannya.
Tapi kemudian dia keluar. Berdiri di depan pintu rumahnya dan ragu untuk mengetuk.
Luna yang hendak keluar membuka pintu dan menatapnya.
"Anda! " Luna menatapnya.
"Kau sudah pulang? " tanya Abel tersenyum.
Luna melihat tangan Abel yang masih memakai plester.
"Ada yang anda ingin saya lakukan? " tanya Luna.
Abel heran Luna bicara seperti biasanya.
Mereka saling menatap.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>