“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”
Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fragmen 14
Ketampanan tak biasa dengan tatanan wajah tak manusiawi, tubuh tinggi di atas 180 senti dengan pundak, dada dan lengan bidang juga berotot. Jago beladiri, pandai berbicara walau tak banyak, kemampuan otomotif juga mekanik yang sejalan. Dan yang paling mengejutkan ... tangan dinginnya, jari-jari tegasnya ... bisa menghasilkan karya yang begitu indah.
"Bagaimana bisa manusia sesempurna itu?"
Pertanyaan itu sudah berulang dia ucapkan.
Suzi tak bisa mengkondisikan perasaannya. Jantungnya terus bertalu seolah akan meledak. Bayangan wajah Gun mengusir semua yang ada di kepalanya, menguasai tak tahu malu. Lukisan dirinya di dinding kamar seperti sihir yang mengantar pikirannya pada sosok sialan itu, sosok yang sudah hampir dua minggu ini terus dilihatnya setiap saat.
"Sayang."
Suara itu entah mengacau, atau justru menyelamatkan Suzi dari dunianya, dunia tentang seorang pria yang tak ada siapa pun lagi di dalamnya. Gadis itu menoleh ke sisi kanan dan mendapati Hwayoung berjalan mendekat dikawal Ra-goon di belakangnya seperti yang selalu Suzi lihat di berbagai kesempatan.
"Ibu."
Hwayoung memeluknya dengan tepukan halus di balik punggung diiring senyum dari bibir semerah cherry. Suzi menerimanya sedikit terlihat sungkan.
"Selamat ulang tahun, Sayang. Maaf, Ibu terlambat datang," kata Hwayoung selepas melerai pelukan. "Ibu tak ingin terlihat biasa-biasa saja di hari ulang tahunmu, jadi Ibu berdandan agak sedikit lama." Senyumnya pancaran keibuan--yang mungkin dibuat-buat.
"Ya, aku bisa melihatnya. Gaunmu lumayan mencolok, Nyonya," cibir Suzi dalam hati, tapi dia tetap harus bersikap hormat. Ditariknya senyum untuk menanggapi kicau sang ibu tiri. "Tidak apa-apa, Ibu. Kau memang selalu luar biasa."
Luar biasa dalam konteks yang ambigu, lain di ucapan lain hati, Suzi tentu tak akan menjelaskan makna sebenar dari baliknya. Dia tak pernah suka Hwayoung.
Seperti tidak akan pernah mematahkan takdir, hubungan ibu dan anak tiri selalu menjadi konsep yang bersinggungan antara hati dengan apa yang mereka tunjukkan.
Ada banyak kepura-puraan di antara mereka, bibir Gun menarik senyuman ejek. "Aku mual.” Dengan santai dia berjalan mendekat ke arah Suzi dengan segelas mocktail beraroma manis di tangan kiri. "Selamat malam, Nyonya Presiden."
Sapaan yang terdengar hangat, Hwayoung sontak menoleh untuk mengetahui milik siapa suara itu. “Ma ... lam!”
Dan demi apa pun senyum hangatnya seketika hilang, langsung memundurkan tubuh dengan mata membola dan mulut lebar. "Kau!"
Kilat di bening mata Gub terlihat mengerikan bagi Hwayoung. Senyuman pria itu seperti berisi mantra untuk mengutuk dan memutuskan syaraf-syarafnya.
"K-kau si-siapa? Aku baru melihatmu?" tanya Hwayoung, berusaha bersikap normal dan menyembunyikan kegugupannya.
"Perkenalkan. Saya ... pengawal pribadi Nona Suzi, Nyonya." Gun mengangkat bungkuk tubuhnya lalu tersenyum. "Saya direkrut oleh Tuan Presiden dua pekan lalu,” akunya.
Dari terkejut, Hwayoung makin terpental isi dadanya. "Pe-pengawal pri-pribadi?" Dia tidak percaya, kemudian menatap Suzi untuk jawaban pasti.
"Benar, Ibu, dia Gun, pengawal pribadiku. Maaf tidak memberitahumu soal itu."
Kali ini Hwayoung tak bisa lagi mengatur diri. Lututnya mendadak lemas dan gemetar. Bagaimana bisa dia baik-baik saja berhadapan dengan seorang yang sangat mengerikan? Puluhan anak buahnya tak sanggup menangani dan dia hampir mati kedinginan karena tergantung semalam suntuk di raling balkon kamarnya.
Sekarang monster berwajah tampan itu ada di hadapannya, menjadi pengawal putri tirinya.
“Tidak! Bagaimana bisa begini?”
Hwayoung menatap Gun dengan wajah resah. Keringat sebesar butir kacang menggelinding dari pelipis.
"Ada apa denganmu, Ibu?" Suzi terheran dengan ekspresi ibu tirinya yang tiba-tiba berubah, lalu menoleh Gun. Pria itu tetap terjaga dengan sikap hormat yang terkesan dingin.
Pertanyaan ingin tahu Suzi menyentak Hwayoung pada gadis itu. "Ti-tidak. Ibu tidak apa-apa, Suzi. Kepala Ibu mendadak pusing. Bolehkah Ibu beristirahat sebentar?"
Sikap gelagapan Hwayoung tentu mencuatkan pertanyaan besar di kepala Suzi. "Oh, tentu, Ibu."
Tanpa memikirkan apa pun termasuk Suho Kim yang belum datang, Hwayoung melanting pergi diiikuti pengawal pribadi sekaligus selingkuhannya--Ra-goon.
Suzi mengamati sikap Gun selepas kepergian ibu tirinya. Pria itu tersenyum sembari menggeleng kecil. "Ada apa dengannya?" Lalu beralih menatap koridor kosong yang dilewati Hwayoung sesaat lalu. "Kenapa wanita itu terlihat ketakutan setelah melihatnya?"
Suzi yakin ada yang tak beres, tapi dia tak bisa bertanya pada Hwayoung, pada Gun juga--tidak untuk sekarang. Jantungnya masih bermasalah karena pria itu beberapa saat lalu.
Acara mulai ramai. Banyak tamu berdatangan dengan penampilan terbaik mereka.
Dengan sedikit jarak, Gun terus mengikuti Suzi sesuai tugasnya. Nona Kim nampak sibuk meladeni beberapa tamu. Sampai suara pembawa acara memecah, mengumumkan jika acara tiup lilin dan potong kue Suzi kan segera dilaksanakan.
Kebahagiaan terpancar dari wajah Suzi saat acara puncaknya berlangsung. Gun membuang wajah seraya tersenyum kecut setelah tersihir kedua kali oleh pesona putri presiden yang ternyata tidak sesederhana bayangannya.
Namun detik berikutnya, dia tak lagi sama. Raut wajahnya dalam sekejap berubah kelam. Seraut wajah lain menguasai penglihatannya.
Ming Deok-su, menteri tenaga kerja. Sosok laknat yang mendalangi pelenyapan Hyena. Pria itu duduk di selingkar meja kehormatan bersama beberapa orang dari kasta yang sama.
"Baiklah, Tuan Menteri. Penderitaan Anda akan dimulai dari sini," tekad Gun dengan rahang mengetat.
Dia mencari sosok Jae Won. Pria itu ditemukannya tengah meneguk segelas anggur di satu sisi seraya mengamati seluruh tamu.
"Kandung kemihku penuh. Bisa kau gantikan aku sesaat menjaga Nona?" Gun meminta izin.
Jae Won mengangguk tanpa berpikir. Gun cukup konsisten dalam pekerjaannya selama pemuda itu dipekerjakan. Suzi tak pernah ada keluhan. "Pergilah," katanya.
Mendapat peluang, Gun segera melanting pergi. Berlagak tak tahan ingin buang air dengan wajah dibuat tepat sesuai poin.
Yang dituju adalah ruang pengawas cctv. Ada satu petugas di sana, seorang pria paruh baya.
"Boleh aku melihat area parkir. Aku curiga ada tamu yang janggal."
"Tentu." Si petugas tak ada curiga. Logo keanggotaan Phantom di dada kiri jas yang dikenakan pemuda itu menjadi bukti kepercayaan.
Gun memasang mode fokus ke arah layar. Mundur ke menit saat para tamu agung tiba di parkiran. Dia mengamati dengan seksama setiap mobil yang datang dan mengeluarkan tuan mereka. "Syukurlah. Kurasa semua baik-baik saja," katanya setelah itu.
"Kau yakin?" Petugas paruh baya itu bertanya.
"Ya. Tak ada yang mencurigakan," jawab Gun. "Terima kasih, Paman."
Pria petugas itu mengangguk. "Jangan sungkan." Kemudian kembali fokus pada tugasnya.
Gun berlari ke arah gudang. Dia menyembunyikan sesuatu di sana. Hanya sehelai jaket dan masker hitam. Dalam sekejap pemuda itu berubah menjadi Goblin.
Bergerak sesuai keahliannya seperti hantu.
Menuju area parkir untuk menemukan mobil yang mengantar Ming Deok-su yang tadi dia dapat dari cctv.
Ada di ujung sana. Seringai terpancar dari matanya yang bagai elang. "Kematian cepat terlalu manis untuk orang sepertimu, Pak Tua," kata Gun kembali dengan mata berkilat geram. "Aku akan menyiksamu dengan cara yang tak biasa."
😄😄😄😄😄
lanjut thooorrr/Good//Good/
alur critamu itu lo thor ... luar biasa seru n susah di tebak.
sll bikin penasaran di setiap chapternya.. /Ok//Ok/
itulah harga diri lelaki sejati