Imma Anjani adalah gadis yang baru duduk di bangku SMU kelas 11 menjalankan amanah ibu kandungnya yang sudah meninggal dunia untuk menjaga Adik nya Faro Sanjaya dengan status putra nya.
Imma harus melindungi Faro Sanjaya dari ketua mafia terbesar di Asia tenggara yang memiliki dendam lama dengan kakek kandung Faro yaitu Tomy Sanjaya
Perjuangannya Imma tidak lah mudah, karena dia harus meninggalkan segala cita-cita, masa depan impiannya hanya untuk Faro.
Perjuangkan itu sedikit demi sedikit berkurang setelah bertemu dengan pujaan hatinya Kenzie Wiguna, yang tulus mencintai Imma satu paket dengan putranya Faro, berjuang bersama dalam satu keluarga demi melindungi putra nya
Dengan ikatan cinta yang tulus dalam keluarga akan lebih mudah untuk mengatasi masalah hidup.
mari kita simak cerita selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muda Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Anton Menjadi Asisten Bastian
Hari ini Anton Sahroni menghadap Bastian Wiguna di ruang Presdir.
"Tok......... tok.......tok"
"Silahkan masuk" kata Bastian dari dalam ruangan.
"Selamat pagi pak, nama saya Anton" ucap Anton dengan sopan.
"Pagi pak Anton, silahkan duduk" Bastian sambil mengulurkan tangannya.
"Pak Anton bisa kah membantu saya?" tanya Bastian.
"Selagi saya mampu pak, apa yang bisa saya bantu?" jawab Anton.
"Saya butuh asisten, bisakah Pak Anton menjadi asisten saya, sebab kalau dengan sekertaris suka di protes istri, dan juga orang seumuran kita ini jika terlalu capek tidak bagus juga, jadi bisa berbagi tugas jika ada asisten" jelas Bastian panjang dan lebar.
"Mengapa anda memilih saya pak, apakah sebaiknya cari yang lebih muda?" komentar Anton.
"Justru karena kita seumuran itu yang membuat saya tertarik dengan pak Anton, saya juga membaca biodata anda, sepertinya tidak diragukan lagi dengan kinerja anda" ucap Bastian lagi
"Oya satu lagi alasan saya tentang saya meminta anda menjadi asisten saya tetapi agak pribadi, saya ingin jujur dari awal agar tidak terjadi kesalahpahaman nanti nya" Bastian menjelaskan lagi.
"Boleh kah saya mengetahui nya?" tanya Anton penasaran.
"Ini coba anda lihat" ucap Bastian sambil menunjukkan foto Anton, bibi Sumi, dan Ibu Lestari di handphone nya.
"Dari mana anda mendapatkan informasi ini?" tanya Anton heran.
Lalu Bastian menceritakan semua temuan tentang penyelidikan tentang Faro, Imma dan bibi Sumi.
Bastian juga menceritakan tentang Winda Hamidah yang bertemakan sejak kecil dengan ibu Lestari.
Juga menceritakan tentang niat putra nya Kenzie untuk melamar Imma setelah pulang dari training ke Singapura.
"Justru karena kejujuran anda, saya terima tawaran menjadi asisten anda pak, kapan saya bisa mulai bekerja dengan anda?" komentar Anton.
"Maaf pak, saya memang ada hubungannya dengan mereka, tetapi maaf saya belum bisa menceritakan tentang hal ini, saya berani menjamin putra anda tidak akan menyesal jika akan menikahi seorang Imma Anjani, mungkin Imma lah yang berhak menceritakan nya tentang Faro, bibi Sumi ataupun Bu lestari" jelas Anton lagi dengan hati yang gelisah.
"Baiklah saya tidak akan memaksakan untuk menceritakan semua nya, saya menghargai privasi Anda, mulai besok sudah mulai bisa bekerja menjadi asisten saya" kata Bastian.
Pertemuan itupun berakhir setelah Anton berpamitan dengan Bastian Wiguna.
Kemudian Bastian menelpon Ken yang berada di Singapura dan menceritakan tentang pertemuan dengan Anton Sahroni.
Hati Ken semakin mantap dan tidak merasa ragu lagi untuk melamar gadis pujaan hati nya setelah dari Singapura nanti.
Disela-sela kesibukan Ken selama berada di Singapura dia selalu menghubungi Faro dan uminya, baik melalui vedio call ataupun WA.
Hanya dengan memandang wajah keduanya hati Ken menjadi bersemangat ingin cepat pulang ke Indonesia.
Ken berpesan kepada Papi Bastian sudah waktunya untuk memberitahu mami Winda tentang siapa uminya Faro.
akhirnya Papi Bastian menelpon mami Winda minta tolong membelikan kue box untuk acara di kantor nanti sore di toko kue Imma.
Sebenarnya membeli kue adalah hanya alasan agar mami Winda bertemu dengan Imma dan Faro sendiri.
"Halo mami, apakah lagi sibuk, bisa tolong papi kah?" telpon Papi Bastian.
"Tidak papi, ini lagi nonton televisi" jawab mami Winda.
"Bisa tolong pesankan kue box untuk acara rapat di kantor hari ini Mi, soalnya tamunya dari luar negeri, mereka request makanan tradisional?" pinta Papi Bastian.
"Ya bisa papi berapa box?" tanya mami Winda lagi.
"Belinya di alamat yang papi kirim lewat Wa ya Mi, Jagan beli tempat lain" titah Papi Bastian kemudian.
"Iya papi, jangan khawatir, berapa box?" tanya mami Winda.
"25 box saja, berangkat sekarang ya, terima kasih mami manis" rayu papi Bastian.
"Iya papi" jawab mami Winda singkat.
Di kediaman keluarga Imma, sudah hampir sepuluh bulan pembangunan kafe itu berlangsung, walaupun lambat akhir nya selesai juga pembangunan kafe itu.
Imma mulai menata peralatan kafe, dari meja kursi, dan ruang untuk bermain anak-anak, karena konsep nya adalah kafe keluarga.
antara toko dan kafe di satukan, tidak ada penyekat ruangan, disamping terlihat luas memberikan kesan harmonis.
Imma memasang foto ibu Lestari dan ayah Hariyanto berukuran besar di dinding bagian kanan, foto Imma dan Faro di dinding sebelah kiri sebagai sentuhan akhir kafe bertema keluarga.
Di samping kafe ada dua kamar yang rencananya untuk kamar karyawan yang mau tinggal di sana, setiap kamar di sediakan dua tempat tidur, dua lemari dan satu meja kecil.
Sebelum membuka resmi kafe nya, Imma akan mencari karyawan terlebih dahulu, menempelkan pengumuman menerima karyawan baru di pintu masuk toko Imma bakery.
Imma mencari karyawan dua orang untuk waiters satu koki dan satu lagi untuk bagian kasir, sebagian besar karyawan yang di butuhkan adalah lulusan SMK tata boga, kecuali bagian kasir boleh lulusan SMU.
Rencana Imma kafe akan di buka resmi satu bulan lagi tepat di hari lahir nya Imma tujuan nya agar mudah mengingat nya.
Selama ini Imma tidak pernah merayakan ulang tahun nya ataupun ulang tahun Faro.
Hari ini sudah dua Minggu Imma berpisah dengan Ken, karena kesibukan nya Imma hampir tidak mempermasalahkan nya, beda dengan Faro, rupanya bos kecil Faro merindukan sosok Ken.
Faro duduk di kursi baru yang berada di kafe sambil memegangi kaca cermin yang diarahkan ke wajahnya dan duduk di sebelah Imma.
"Faro kenapa nak, kangen sama Abi?" tanya Imma.
"Palo kangen tama Abi Ten, kok wadah Palo tidak tama umi dengan Abi Ten" tanya Faro heran.
"Kan yang sama dengan wajah Faro Abi Dona bukan Abi Ken" jawab Imma spontan sambil bergumam kenapa menyebutkan nama Abi Dona.
"Jadi Abi Palo yang di tulda nama na Abi Dona?" celoteh Faro.
"Betul ganteng, wajah Faro dan Abi Dona itu sama persis" cerita Imma.
"Jadi Faro kangen sama siapa sekarang, Abi Dona atau Abi Ken?" tanya Imma lagi.
"Abi Ten" celoteh Faro lagi.
"Faro lihat ini saja kalau gitu" ucap Imma sambil mengeluarkan handphone yang ada foto Ken yang sedang duduk.
"Iya....ya....ya Palo mau" jawab Faro senang.
Setelah Faro puas memandangi wajah Abi Ken, Faro mengantuk dan minta uminya menemani tidur siangnya.
"Uthi Sumi, uthi Marni tolong di cek lagi ya apa yang kurang dari kafe kita, umi temani Faro tidur siang dulu?" ucap Imma
"Iya umi" Jawab mereka serempak.
Di pintu masuk datanglah seorang perempuan setengah baya anggun dan masih terlihat cantik.
"Selamat datang Bu" ucap uthi Marni.
"Terimakasih" jawab mami Winda sambil melihat foto Ibu Lestari dan ayah Hariyanto.
Kaki mami Winda gemetar dan langsung meneteskan air mata tanpa disadari nya, dan akhirnya bersimpuh di depan Uthi Sumi sambil menangis.
______________________
mohon dukungan like, vote dan komentar nya ya pembaca yang baik hati.
Terimakasih sudah mampir membaca novel ku......
I love you all
ketawa.sampai.keras.perutku
.kretttt...kreeeeetttt🤣🤣🤣