Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidur bertiga
Selesai makan malam, Salwa menemani Khumairah nonton TV. Sedari tadi anak itu selalu nempel dengan Bundanya. Sedangkan Tristan, ia sibuk dengan laptop di ruang kerjanya.
"Bunda, apa boleh Ira tidur dengan Abi dan Bunda?"
"Hem.. boleh dong! Ira biasanya tidur dengan siapa?"
"Dengan Encus, tapi kalau sudah tengah malam Encus pindah kamar. Bunda....!Kakek, Nini, sama Ami Tita kemana?"
"Mereka sedang di luar negeri. Kakek sedang melakukan pengobatan, Ira do'ain ya! Supaya Kakek cepat sembuh dan bisa berkumpul lagi dengan kita."
"Iya, Bunda! Nanti Ira akan do'akan Kakek. Seperti do'a Ira sama Allah, minta dikasih Ibu. Allah kasih Bunda untuk Ira."
"Anak pintar." Salwa mencubit pipi Khumiarah.
Ia sangat gemas dengan anak sambungnya itu.
Jam 9 malam, Salwa melihat Khumairah sudah mulai menguap.
"Ira ngantuk?"
Khumairah mengangguk.
"Ayo kita tidur! Besok kan, harus sekolah?"
Tak
Tak
Tak
suara tapak kaki Tristan turun dari tangga. Salwa dan Khumairah menoleh ke arahnya.
"Abi... Ira mau tidur dengan Bunda! Boleh?"
"Boleh, kita tidur bersama di kamar Abi saja!"
"Yeay...! Ayo Bun, kita tidur!" Khumairah menarik tangan Bundanya untuk segera bangun dari sofa.
"Kalian tidur saja dulu! Aku masih mau menyelesaikan pekerjaanku!"
Salwa dan Khumairah naik ke atas kamar. Mereka pun siap-siap untuk tidur.
"Bunda, apa Bunda akan tidur dengan memakai gamis dan penutup ini?"
"Ah iya, nanti Bunda akan ganti! Ayo sekarang kamu tidur dulu, biar Bunda dongengin kamu! Mau nggak didongengin?"
"Mau mau...!"
Salwa pun mendongengkan kisah Nabi Isa AS kepada Khumairah. Dan dalam hitungan menit, tidak terasa Khumairah pun tertidur. Salwa yang juga merasa capek dan ngantuk berat pun tertidur dengan posisi miring memeluk Khumairah.
Ceklek
Suara pintu terbuka. Tristan masuk ke dalam kamarnya. Ia tertegun melihat pemandangan indah di depannya. Ia tidak menyangka putrinya akan sangat menerima Ibu sambungnya. Selama ini dia tidak mau mencari pengganti istrinya, karena Khumairah tidak pernah suka dengan wanita yang sering dibawa Nini atau Kakeknya untuk dikenalkan dengan Tristan. Bukan berarti Tristan belum bisa melupakan istrinya. Baginya, mendiang istrinya memiliki tempat yang khusus di hatinya. Tapi ia harus bangkit dan melanjutkan hidupnya dan putrinya.
"Semoga kamu bisa menjadi Ibu yang baik untuk Khumairah-ku! Meski aku belum mengenalmu, tapi aku yakin kamu wanita yang baik. Maaf aku belum terbiasa dengan kehadiranmu, tapi aku akan berusaha membuatmu nyaman." Batin Tristan.
Tristan pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan berwudhu'. Saat ia keluar dari kamar mandi, ternyata Salwa sudah tidak berada di tempat tidur. Melihat ruang walk in closet masih terang, iavmenduga Salwa pasti sedang berada di sana. Ia pun naik ke tempat tidur.
Mendengar suara pintu terbuka, Tristan pura-pura memejamkan mata. Salwa sudah mengenakan setelan baju piyama lengan panjang. Ia menggunakan jilbab rumahan, namun kali ini ia sudah tidak menggunakan cadarnya.
Salwa terkejut saat melihat Tristan sudah berada di atas tempat tidur.
"Aduh gimana ini? Masa' iya aku tidur pakai cadar? Nggak usah kali ya? Lagian Mas Tristan sepertinya sudah tidur! Aku bisa bangun sebelum dia bangun nanti." Batin Salwa.
Salwa pun buru-buru untuk naik ke tempat tidur dan mematikan lampu. Setelah lampu mati, Tristan membuka mata dan tersenyum. Ia memang tidak bisa melihat wajah istrinya, namun samar-samar ia melihat tingkah istrinya yang lucu baginya. Ia pin kembali memejamkan mata dan tertidur.
Jam 4 pagi, Salwa terbangun. Ia terkejut saat tangannya terasa tertindih. Saat membuka mata, ternyata tangannya ada di bawah tangan seseorang. Siapa lagi kalau bukan suaminya.
Dag-dig-dug
Jantung Salwa berlalu-talu.
Posisi saat ini mereka berpelukan dengan dihalangi tubuh Khumairah. Dengan hati-hati, Salwa mengangkat tangan suaminya, dan segera bangun untuk pergi ke kamar mandi. Setelah mandi, Salwa berganti gamis dan jilbab rumahan serta tidak lupa memakai cadarnya. Ia ingin membangunkan suaminya untuk shalat Shubuh. Tapi dia bingung, karena dia tidak tahu harus membangunkan suaminya dengan cara apa.
Beruntungnya Salwa, suaminya terbangun saat ia menghidupkan lampu kamar. Tristan mengusap kedua matanya.
"Tolong bangunkan Ira! Biasanya dia akan mengamuk kalau tidak diajak sholat!"
"Ah, Iya!"
Tristan masuk ke dalam kamar mandi. Salwa pun membangunkan Khumairah dengan mengelus pipi mungilnya.
"Ira sayang! Ayo bangun!"
Khumairah hanya membalikkan badan.
"Ira, ayo bangun! Katanya mau shalat dan berdo'a untuk kakek?"
Khumairah mengucek matanya. Ia mengedipkan matanya, mengumpulkan kesadaran.
"Bunda, Ira nggak mimpi, kan?"
"Mimpi gimana maksudnya?"
"Semalem Ira mimpi dipeluk Abi dan Bunda saat tidur, Ira senang sekali! Tapi ternyata Abi nggak ada, mana abi?"
"Ira nggak mimpi kok! Kan, semalem Ira memang tidurnya bareng kita? Abi masih di kamar mandi tuh! Ayo Ira bangun dulu, ambil wudhu' terus shalat bareng Abi!"
"Siap, Bunda!"
Pov Tristan
Saat dia kembali dari ruang ganti, aku pura-pura memejamkan mata, samar-samar aku melihatnya berlari kecil dan menutupi wajahnya dengan sebelah tangannya. Ternyata dia lucu juga! Di pertengahan malam aku terbangun. Aku baru sadar kalau saat ini aku sedang tidur bertiga dengan Ira dan istriku. Ah iya aku lupa kalau aku sudah punya istri lagi! Saat aku hidupkan lampu tidur, kulihat istriku tidur dengan posisi miring memeluk Ira. Wajahnya tertutup ujung jilbabnya. Sebenarnya aku sangat ingin melihat wajahnya. Namun hal itu aku urungkan, karena aku tidak ingin bersikap lancang. Meski dia sudah menjadi istriku, tapi aku ingin dia yang akan menunjukkan sendiri.
-
Tristan keluar dari kamar mandi. Dan segera memakai baju kokohnya. Salwa pun menemani Khumairah ke kamar mandi dan mengajarinya berwudhu'. Rupanya anak sambungnya itu sudah banyak mengerti.
"Ira, kita shalat di kamar saja ya?"
"Iya, Bi."
Sambil menunggu suami dan anaknya shalat, Salwa merapikan tempat tidur. Kemudian ia turun ke bawah, menemui Bi Eni yang saat ini sudah di dapur.
"Ada yang bisa dibantu?"
"Ah Nyonya muda, bikin Bibi kaget saja!"
"Maaf, Bi! Saya tidak bermaksud buat ngagetin Bibi!"
"Iya, Nyonya! Nggak pa-pa! Nyonya ngapain pagi-pagi masuk dapur? Apa ada yang diperlukan?"
"Em... itu Bi! Saya mau tanya sesuatu, boleh?"
"Dengan senang hati, saya akan jawab!"
"Biasanya Mas Tristan kalau pagi minum apa, Bi?"
"Oh.. Den Tristan itu suka coklat hangat atau susu coklat, Nonya! Dia kan, nggak merokok! Jadi nggak suka ngopi! Ini Bibi mau bikinin punya Den Tristan!"
"Oh, iya! Sini Bi, biar saya yng meneruskan!"
"Jangan, Nyonya! Ini sudah tugas saya dari dulu! Bahkan saat Den Tristan sudah menikah pun, almarhum istrinya tidak pernah membuatkannya! Karena dia lebih cocok dengan buatan saya!"
"Oh ya? Tapi nggak ada salahnya saya mencoba kan, Bi? Nanti kalau dia marah, saya yang tanggung jawab!"
"Baiklah, Nonya muda! Silahkan! Saya akan menemui ART yang lain dulu, untuk bagi tugas hati ini."
"Makasih ya, Bi?"
"Sama-sama, Nyonya!"
Salwa pun mulai meracik minuman.
"Kalau cuma bikin minuman coklat, aku udah biasa dong! Kan, ini minuman favoritku juga. Eh, kok bisa sama ya?" Batin Salwa.
Bersambung....
...----------------...
Next ya kak....
..negajarkan kluarga laki2 nya setia