Langit yang sangat mencintai Monica merasa tidak bisa melupakannya begitu saja saat Monica dinyatakan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan yang tiba-tiba. Diluar dugaan, arwah Monica yang masih penasaran dan tidak menerima takdirnya, ingin bertemu dengan Langit. Dilain tempat, terdapat Harra yang terbaring koma dikarenakan penyakit dalam yang dideritanya, hingga Monica yang terus meratapi nasibnya memohon kepada Tuhan untuk diberi satu kali kesempatan. Tuhan mengizinkannya dan memberinya waktu 100 hari untuk menyelesaikan tujuannya dan harus berada di badan seorang gadis yang benar-benar tidak dikenal oleh orang-orang dalam hidupnya. Hingga dia menemukan raga Harra. Apakah Monica berhasil menjalankan misinya? apakah Langit dapat mengenali Monica dalam tubuh Harra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Prayogie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 LEGENDA
...Jika denganmu, apakah aku akan mengetahui apa itu cinta?...
......................
Bel istirahat berbunyi, Monica berlari keluar kelasnya dan menuju kelas Langit yang ada disebelah kelasnya. Dia berdiri disana sambil menunggu Langit keluar. Tak lama kemudian, tampak Langit yang sudah berjalan keluar dengan bercanda bersama teman-temannya.
"Langit.." Monica segera memanggil Langit yang langsung tampak menoleh dan mendatangi Monica.
"Apa?" tanya Langit berdiri sambil menatap gadis didepannya yang memakai bandana warna putih dengan rambut terurai panjang natural, tampak cantik dimatanya.
"Aku mau bicara" kata Monica sambil menarik tangan Langit.
Langit menurut saja sambil melihat lengannya yang sudah ditarik oleh Monica, tampak teriakan menggoda mereka saat teman-temannya melihat Langit dibawa oleh Monica begitu saja.
Namun dari seberang kelas Langit tampak seseorang yang melihat kejadian itu dengan pandangan tidak suka.
Monica membawa Langit sampai ketaman samping sekolahnya yang memang tidak terlalu ramai dengan lalu lalang siswa.
"Ada apa ini? Mau ngobrolin apa?" tanya Langit sambil tersenyum melihat ekspresi Monica yang tampak ragu.
"hmmm-----" Monica tampak gelisah sambil meremas tangannya yang mulai terasa dingin. Sementara Langit hanya menatapnya tidak mengerti dengan perilaku Monica.
"---- Kamu---- Kamu---" Monica tampak ragu melanjutkan pertanyaannya. Dia bingung bagaimana mengatakannya.
"---- Kamu ngerti nggak apa itu cinta?" tanya Monica setelah berusaha menenangkan dirinya dan menatap lurus kearah mata Langit.
Langit terkejut dengan pertanyaan Monica dan menatap mata Monica berusaha membaca apa yang dipikirkan Monica saat ini. Apakah dia bercanda atau hanya menguji Langit. Tapi Langit yakin bahwa Monica yang polos pasti benar-benar ingin menanyakan pendapatnya.
"Cinta??" tanya Langit lagi dan terlihat Monica mengangguk.
Langit lalu tersenyum kecil dan duduk disalah satu bangku taman yang ada disana.
"Duduk dulu sini--" kata Langit sambil menepuk area bangku disebelahnya. Monica menurut dan duduk disebelah Langit sambil memiringkan badannya dan masih melihat Langit menunggu jawaban dari Langit.
"-- Cinta yaa-- Bagi aku, jujur aku belum pernah benar-benar memikirkannya. Namun yang aku tahu, kalau kamu punya perasaan berdebar dekat dengan seseorang, bisa saja itu cinta-- dan kamu nggak suka lihat orang itu berada disekitar orang lain" kata Langit berusaha memberikan pendapatnya kepada Monica.
"--- Tapi selebihnya aku belum benar-benar mengerti, kalau aku sampai mencintai seseorang. Aku bakal berusaha membuat dia hanya milikku dan membuat dia bahagia, gitu aja" kata Langit lalu menatap Monica.
Tanpa Langit sadari, degup jantungnya berdetak kencang saat mata mereka bertemu, Langit seperti terpaku sejenak terhisap kedalam tatapan Monica.
"--- Masa aku cinta kamu" Gumam Monica setelah mendengar penjelasan Langit.
"Hah?" tanya Langit seperti tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Monica, namun sebenarnya dia mendengarnya. Langit hanya ingin memastikan kembali apa yang didengarnya.
"Hah?? Nggak-- Nggak-- Bukan apa-apa, Yaudah makasih mau jawab" kata Monica yang kemudian berlari pergi begitu saja meninggalkan Langit yang masih terpaku ditempatnya duduk.
"Gimana bisa pergi begitu saja habis ngomong gitu tuh anak" kata Langit berbicara sendiri sambil menatap Monica yang berlari menjauhinya.
Lalu dia tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya, masih terbayang tatapan Monica terhadapnya dan ayunan rambut Monica saat berlari.
Didalam kelas, Langit tidak bisa fokus dengan pelajarannya. Dia terngiang dengan perkataan Monica. Hatinya merasa bimbang dengan jalan pikirannya sendiri. Bagaimana bisa Monica yang sepolos itu memiliki keberanian menariknya dan membicarakan hal ini dengan dia.
Padahal sebenarnya, Langit adalah orang yang memiliki rasa terlebih dahulu dengan Monica. Namun Langit berusaha memendamnya karena melihat Monica hanya menganggapnya sebagai sahabat dan Langit tidak ingin merusak persahabatannya atau bahkan kehilangan Monica.
"Benarkah cinta?" gumam Langit yang tanpa dia sadari terdengar oleh Gurunya yang sedang menerangkan Biologi didepan kelas.
"Bukan Langit-- Ini Amoeba, bukan Cinta" kata Gurunya yang membuat gelak tawa dikelasnya.
Langit bingung ternyata suaranya cukup keras dikelasnya yang sedang hening menyimak pelajaran. Langit segera meminta maaf kepada Gurunya dan kembali duduk merasa tidak enak hati.
Lalu kembali meyakinkan dirinya, mengumpulkan keberaniannya. Dia bertekad akan mengatakannya kepada Monica.
Bel pulang sekolah berbunyi, siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Langit segera mengemasi barang-barangnya dan berlari keluar kelas namun langkahnya terhenti didepan pintu kelas saat dia melihat sosok Mareta yang berdiri disana melambaikan tangan kepadanya sambil tersenyum.
Langit menghembuskan nafasnya dan berusaha tidak menghiraukan Mareta. Dia berjalan melewati Mareta dan melihat Monica tampak berjalan dengan teman-temannya. Langit mempercepat langkahnya dan berdiri didepan Monica.
Monica yang terkejut melihat Langit disana hanya terdiam sambil menatap Langit.
"Ikut aku" tanya Langit sambil mengulurkan tangannya kepada Monica.
"Kemana?" tanya Monica dengan polosnya.
"Jangan bawel, yuk ikut" kata Langit kembali sambil mengulurkan tangannya kembali kepada Monica.
Monica bingung namun akhirnya mengangguk.
"Aku jalan sendiri" kata Monica lalu berjalan mendahului Langit tanpa membalas tangan Langit.
Riuh sekali suara siswa-siswi dibelakang sana melihat Langit yang berjalan bersama dengan Monica kearah belakang sekolah menuju danau kecil buatan.
Para siswa sudah tampak gaduh dengan opini mereka bahwa Langit akan menyatakan cinta kepada Monica, karena danau itu kerap sekali menjadi tempat menyatakan cinta oleh para siswa disekolah itu.
"Kalau sampai pas daun gugur pertama, apakah legenda itu benar?" bahas salah seorang siswa disana dengan para siswi lain.
Mereka bertanya-tanya dan karena rasa penasaran mereka, mereka diam-diam mengikuti Langit dan Monica, termasuk Mareta bersama kawan-kawannya.
"Mau ngapain disini? Aku mau pulang" kata Monica setibanya disana.
"Bentar dulu--" kata Langit sambil berusaha menenangkan hatinya dan berjalan mondar-mandir didepan Monica.
Monica hanya melihat Langit yang berjalan tidak jelas didepannya dan bingung apa yang sedang dilakukan Langit.
"Kamu kenapa?" tanya Monica melihat Langit yang tak kunjung bicara.
"Bawel banget sih kamu, bentar dulu-- diem dulu disitu, 5 menit" kata Langit kembali meminta waktu kepada Monica yang merasa sudah tidak nyaman berdiri disana hanya melihat Langit berjalan mondar-mandir didepannya.
"Okee--" kata Langit yang sudah berhasil menenangkan hatinya lalu berjalan didepan Monica. Monica tampak bingung melihat Langit yang berdiri didepannya.
"Tadi kamu tanya apa itu cinta bagi aku?" tanya Langit memulai percakapannya. Monica mengangguk menjawab pertanyaan Langit.
"--Sekarang bakal aku jawab. Cinta bagi aku itu--- kamu" kata Langit sambil menatap Monica.
Suasana mendadak hening diantara mereka, gemeretak daun bergesekkan dipohon mewarnai heningnya situasi diantara mereka. Monica hanya menatap Langit dengan pandangan yang membeku, otaknya tidak bisa berjalan menanggapi perkataan Langit.
"Mon.. Aku tahu kamu anggap aku sebagai sahabat kamu. Tapi Mon, aku suka kamu sejak pertama kita ketemu. Dan aku nggak bisa lupain itu, aku nggak bisa bilang karena aku takut persahabatan kita rusak. Aku nggak suka kamu meminta aku buat deket sama cewek lain. Aku maunya deket kamu---" kata Langit berbicara begitu saja mencurahkan apa yang ada dihatinya.
"--- Boleh nggak kalau kita lebih dari sahabat? Maksud aku--- Mau nggak kalau kamu jadi pacarku? Walau aku belum mengerti arti cinta, tapi bisakah kita mencari jawabannya bersama?" tanya Langit kembali dengan setengah memohon kepada Monica yang masih mematung berdiri menatap Langit.
Hati Monica berdegup kencang, dia tidak tahu situasi apa ini. Situasi yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Dia bertanya-tanya dalam hatinya. "Bapak.. Ini kah cinta?" . Dia berdiam cukup lama, bisa kah dia mencoba perasaan ini dan mencari jawabannya bersama dengan Langit.
Monica kembali meyakinkan hatinya dan berusaha mendekat kearah Langit.
"Boleh-- kita cari jawabannya mulai sekarang. Aku juga suka kamu Langit. Tapi aku nggak bisa bicara karena aku tahu, aku cuma cewek biasa buat kamu" kata Monica sambil menunduk menjawab pertanyaan Langit dan mencurahkan apa yang selama ini dipendamnya.
"Nggak Mon, kamu luar biasa. Kamu pinter, kamu cantik, dan aku nggak bisa lupain kamu disehari-hariku. Jadi--- mulai hari ini kita jadian?" tanya Langit dengan senyum merekah dibibirnya.
Monica hanya tersenyum menundukkan kepalanya dan mengangguk malu-malu.
Tanpa mereka sadari, sehelai daun terjatuh dari pohonnya tepat diantara mereka berdua. Monica dan Langit menatap daun itu yang tak lama kemudian terdengar gemerisik dedaunan yang tampak mulai berguguran terhembus angin sore. Suasana berubah menjadi indah dengan mereka berdiri diantara dedaunan yang gugur.
Dari kejauhan, teman-teman mereka terkejut karena Langit dan Monica resmi menjadi kekasih tepat di daun gugur pertama, menjadikan mereka sebuah legenda yang selama ini disbearkan turun-temurun disekolah mereka.
Jika ada sepasang kekasih yang memulai menjalin cinta didanau tepat saat daun gugur pertama, maka mereka terikat dengan benang merah takdir.
Para murid tampak riuh meneriaki mereka, yang membuat Langit dan Monica tersipu malu karena dilihat oleh banyak siswa. Dibalik pohon, Mareta menggigit kuku ibu jarinya menahan rasa sakit didalam hatinya, dia merasa tidak terima dengan apa yang dilihatnya. Mareta pergi meninggalkan kerumunan dengan setitik air mata dipipinya.
Langit menggandeng tangan Monica dengan tersipu malu, begitu juga Monica yang tampak gugup disamping Langit. Tanpa mereka sadari sebuah lingkar benang merah tak kasat mata menyatu diantara kelingking mereka, terikat dalam sebuah takdir yang tak mereka sadari.