Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18, undangan pesta
Siang itu, suasana rumah Aditya lebih sibuk dari biasanya. Alya sedang membantu Tara menyelesaikan tugas sekolah di ruang keluarga ketika bel pintu rumah berbunyi. Seorang wanita muda berpenampilan rapi dengan jas hitam masuk setelah diantar oleh salah satu pelayan. Di tangannya tergantung beberapa tas belanja besar dari butik mewah.
Alya menatap tamu itu dengan bingung. Tara, yang lebih penasaran, langsung melompat dari kursinya.
"Siapa itu, Alya?" tanya Tara dengan suara kecil, menatap wanita itu dengan kepala sedikit miring.
Sebelum Alya sempat menjawab, wanita itu sudah tersenyum ramah. "Selamat siang, Nona Alya. Saya asisten Pak Aditya, namanya Ratna. Saya membawa pakaian yang dipesan untuk Anda dan Nona Tara."
Alya, yang masih belum sepenuhnya memahami situasinya, mendekati Ratna dengan ekspresi penuh tanya. "Pakaian? Untuk apa, ya, Mbak Ratna?"
Ratna menjawab dengan sopan tetapi singkat, "Malam ini, Pak Aditya ingin Anda dan Nona Tara menghadiri acara tahunan perusahaan beliau."
Mata Alya melebar. "Saya? Hadir di acara perusahaannya? Saya rasa ini hanya kesalahpahaman. Saya cuma pengasuh Tara."
Ratna tetap tersenyum tenang. "Maaf, Nona. Tapi ini adalah instruksi langsung dari Pak Aditya. Dia ingin Anda dan Nona Tara tampil bersama sebagai bagian dari keluarga."
Tara yang mendengar itu langsung bersorak. "Asyik! Kita akan pesta, Alya!"
Alya, di sisi lain, merasa semakin bingung. "Mbak Ratna, saya rasa ini bukan ide yang bagus. Saya tidak cocok untuk acara seperti itu."
Ratna mengangguk sopan. "Saya hanya menyampaikan instruksi, Nona Alya. Jika ada keberatan, Anda bisa membicarakannya langsung dengan Pak Aditya." Ia meletakkan tas-tas itu di sofa. "Ini pilihan pakaian untuk Anda dan Nona Tara. Silakan dicoba dulu. Saya akan kembali nanti untuk memastikan semuanya sudah siap."
Setelah Ratna pergi, Alya duduk di sofa sambil memijat pelipisnya. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dalam keputusan Aditya ini. Tara, di sisi lain, sudah sibuk membuka tas-tas tersebut dengan penuh antusias.
---
Ketika Aditya pulang sore itu, Alya langsung menemuinya di ruang kerjanya. Ia berdiri di depan pintu, mengetuk dua kali sebelum masuk.
"Aditya, saya ingin bicara soal acara malam ini," katanya dengan nada tegas, mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Aditya, yang sedang sibuk membaca dokumen, mendongak sebentar. "Silakan bicara. Tapi cepat, waktu kita terbatas."
Alya menarik napas dalam-dalam. "Saya rasa tidak seharusnya saya ikut ke acara itu. Saya hanya pengasuh Tara, bukan bagian dari keluarga Anda."
Aditya meletakkan dokumennya, menatap Alya dengan tatapan datar namun tajam. "Justru karena itu kamu harus ikut. Saya tidak memerlukan gosip yang merusak reputasi saya. Kehadiran kamu bersama Tara akan mengukuhkan citra yang saya butuhkan."
Alya mengernyitkan alis. "Tapi, Pak, ini tidak nyaman bagi saya. Saya merasa ini tidak adil."
Aditya menyandarkan tubuhnya ke kursi, kedua tangannya terlipat di depan dada. "Alya, kamu bekerja untuk saya. Jika saya memerlukan kamu untuk mendampingi Tara malam ini, itu bagian dari pekerjaan kamu."
"Tapi saya tidak terbiasa dengan acara mewah seperti itu," jawab Alya, mencoba tetap tenang. "Bagaimana jika saya melakukan sesuatu yang memalukan?"
Aditya mengangkat bahu ringan. "Maka itu masalah kamu, bukan saya. Sudah ada pakaian yang disiapkan untuk kamu. Pastikan kamu terlihat pantas."
Alya menggigit bibirnya, berusaha menahan komentar tajam yang hampir terlontar. "Saya tidak mengerti kenapa harus sejauh ini, Pak. Bukankah Anda bisa hadir sendiri dengan Tara?"
Aditya menatap Alya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Tara butuh pendamping yang bisa membuatnya nyaman di acara seperti itu. Dan kamu, entah bagaimana, berhasil mendapatkan kepercayaan darinya."
Dia berdiri, menyelesaikan percakapan. "Saya harap kamu tidak membuat ini lebih sulit dari yang seharusnya, Alya. Kita akan berangkat pukul tujuh. Jangan terlambat."
---
Alya keluar dari ruang kerja Aditya dengan perasaan campur aduk. Tara mendatanginya dengan senyum lebar, memamerkan gaun kecil berwarna merah muda yang terlihat seperti gaun putri dalam dongeng.
"Alya, lihat! Cantik, kan? Kamu juga pasti cantik kalau pakai gaunmu!" seru Tara sambil menarik tangan Alya untuk melihat gaun yang sudah tergantung di kamar.
Alya memandang gaun itu dengan ragu. Gaun biru tua berpotongan sederhana tapi elegan. Ia menghela napas panjang. "Tara, kamu yakin aku pantas pakai ini?"
Tara mengangguk bersemangat. "Pasti! Alya kan cantik. Ayah juga pasti bangga."
Alya hanya tersenyum tipis, hatinya masih belum sepenuhnya menerima keputusan ini. Namun, melihat Tara yang begitu antusias, ia tahu ia tidak bisa mengecewakan anak itu. "Baiklah, ayo kita bersiap-siap."
Di dalam hatinya, Alya berbisik pada dirinya sendiri. Semoga aku tidak melakukan kesalahan besar malam ini.
Bersambung
Happy reading