Pertemuan tanpa sengaja menjadi bibit cinta tumbuh dibumbui oleh perjalanan karakter yang penuh rintangan serta persahabatan antar karakter yang membuat kisah mereka lebih berwarna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan juga kumpul dengan teman-temannya, akhirnya Shani kembali ke rumah Vino karena sekarang Shani tinggal bersamanya.
Sesampainya di rumah Vino, tiba-tiba Nadila berlari dan memeluk Shani dan itu membuat Shani terkejut hingga hampir saja mereka terjatuh.
"Astaghfirullah nad pelan-pelan" Shani yang terkejut
"Ngga kak, aku lagi seneng banget" Nadila memeluk Shani dengan erat
"Waduh ada apa nih sampe seneng gitu" Shani yang membalas pelukannya
"Akhirnya album musik aku rilis dan banyak yang suka" ucap Nadila melepaskan pelukannya
"Alhamdulillah, coba dong aku mau denger"
"Boleh kak, aku pinjem laptopnya kakak"
"Boleh"
Nadila mengambil laptop yang diberikan Shani dan memasukan lagunya pada laptop dan diperdengarkan pada Shani.
"Bagus kan kak" Nadila tidak bisa menahan kegembiraannya
"Bagus nad, ternyata kamu ada bakat" bangga Shani dengan calon adik iparnya itu
"Iya kak, aku bikin sendiri loh semua lagu itu" Nadila membanggakan dirinya
"Wihh hebat yah kamu nad" Shani menepuk pundak Nadila
"Kalo ngga ada aku pasti Nadila ngga kayak sekarang" ucap Vino yang melihat mereka berdua di ruang tamu
"Apaan ini hasil kerja gw sendiri" elak Nadila
"Iya kan kalo pas dulu gw ngga maksa lo pasti ngga kayak sekarang" ucap Vino yang merasa dirinya turut andil dalam usaha Nadila
"Iya deh iya terserah kakak" kesal Nadila
"Udah katanya mau mandi malah ngobrol" pinta Vino
"Oh iya, aku mandi dulu ya kak"
"Iya gpp nad"
Nadila meninggalkan Shani dan Vino di ruang tamu, kemudian Vino menghampiri Shani disana dan duduk bersamanya.

"Gimana rasanya jadi manajer?" Tanya Vino pada Shani
"Gitu lah kak, cape banget terus banyak yang harus handle orang yang susah jadi harus ekstra" jawab Shani dengan memeluk Vino dari samping
"Emang gitu sayang kalo jadi manajer"
"Kalo kakak gimana?" Tanya balik Shani
"Tinggal dikit lagi sih sama besok mau nyari proyek lagi" jawab Vino yang sedikit lagi menyelesaikan laporannya
"Kok cepet banget sih kak, ngga istirahat dulu gitu" Shani yang khawatir
"Ngga dong, kalo aku istirahat nanti yang nafkahin kamu siapa" ucap Vino sambil mengelus pipi shani
"Kan aku masih kerja jadi gantian" balas Shani memegang tangan Vino di pipinya
"Ngga Shan, tanggung jawab aku itu nafkahin kamu dan kamu hanya menjadi pendamping aku" Vino menggenggam kedua tangan Shani
"Yahh ngga seru banget" Shani memanyunkan bibirnya

"Kenapa emang?"
"Iya masa aku di rumah diem aja gitu ngga ngapa-ngapain" Shani menggoyangkan tangannya seperti anak kecil yang ingin meminta sesuatu
"Kan kamu bisa buat komik lagi sayang kalo lagi kosong"
"Iya sih tapi ngga seru aja"
"Kenapa lagi?"
"Penyemangat aku sibuk sendiri"
"Astaghfirullah Shani Shani, kamu ngegemesin banget sih" Vino mencubit pipi kekasihnya
"Kan emang"
"Iya deh nanti aku ambil libur biar nemenin kamu" akhirnya Vino melunak dan mencoba untuk membuat Shani senang
"Beneran nih kak"
Vino mengangguk-anggukkan kepalanya, "Iya dong"
"Haduhh yang lagi uwu uwuan, jadi iri" sisir Nadila yang baru saja selesai mandi
"Makanya cari" balas Vino meledek Nadila
"Apaan sih kak, ini juga lagi berusaha" kesal Nadila
"Cepet makanya biar kakek ngga ribut terus" ledek Vino
"Kakak juga cepet nikah" balas Nadila
"Hushh sana" Vino mengusir Nadila
"Huh" kesal Nadila dan kembali menuju kamar tamu Vino
"Kak" ucap Shani yang melihat interaksi kedua kakak beradik ini
"Kenapa sayang?" Balas Vino menghadap Shani
"Katanya kakak mau kenalin aku ke keluarga kakak" jawab Shani yang mengingat Vino ingin mengenalkan dirinya pada keluarganya
Vino menepuk dahinya karena lupa tentang hal itu, "Astaghfirullah iya lupa, bentar ya kakak bilang keluarga aku dulu"
"Emang keluarga kakak siapa aja?"
"Ada kakek aku, pade, bude, om, sama Tante aku kok Shan" Vino menjelaskan siapa saja yang tersisa di keluarganya
"Mereka di luar negeri semua kak?"
"Ngga sih, cuman kakek sama pade aku aja. Terus yang lain di indo" jawab Vino yang mengingat beberapa keluarganya
"Gitu yah"
"Iya Shan, ya udah aku hubungin mereka dulu ya"
"Iya kak"
Vino mengeluarkan handphonenya dan menghubungi keluarga dan Shani menunggunya. Setelah menyelesaikan menghubungi Vino langsung memeluk Shani dan itu membuat Shani kebingungan.

"Kenapa kak?" Shani yang bingung kenapa Vino memeluknya
"Kamu liburnya kapan?"
"Ngga tau sih kak, emang kenapa kak?"
"Ngga aku mau ajak kamu ke Bali" jawab Vino melonggarkan pelukannya dan merangkul Shani
"Hah ngapain kak?" Shani yang terkejut
"Keluarga aku rencananya mau ke Bali akhir bulan nanti sekalian kita liburan disana" jawab Vino kenapa dia mengajak Shani menuju Bali
"Gitu yah kak, aku ngga bisa janji ya bisa apa ngga" Shani yang bingung apakah dirinya diberikan ijin atau tidak
"Gpp sayang, kamu bisa ijin ngga?" Usul Vino
"Ngga tau kak, nanti aku tanya besok ya"
"Ya udah deh, pasti kamu cape habis kerja seharian" pinta Vino
"Iya kak, kakak mau makan sama apa?" Tanya Shani
"Tumben nanya gitu Shan" Vino keheranan
"Lah emang kenapa"
"Gpp sih, kamu mau masak emang?"
"Kakak maunya gimana?"
"Maunya kamu yang masak sih tapi kalo kamu belum jago gpp lain kali aja" Vino tidak ingin Shani memaksakan dirinya
"Aku mau nyoba masak deh biar bisa gantian sama kamu" balas Shani yang ingin mencoba memasak
"Beneran nih?"
Shani menganggukkan kepalanya dengan semangat, "Iya dong, masa kamu terus yang masak gantian dong"

"Ya udah gpp, aku bebas yang penting kamu yang masak ya" ucap Vino menoel hidung Shani
"Ya udah kak nanti aku masakin, sekarang aku mau mandi dulu terus masak ya"
"Iya sayang"
Shani meninggalkan Vino di ruang tamu menunju kamar Shani yang semula kamar Shania dan untuk Vino dia menunggu di ruang tamu sembari menonton TV.
*
Sekarang Gracia sedang pada tahap pengerjaan skripsinya dan itu membuatnya sedikit penat karena banyak yang harus dikerjakan seperti pengumpulan, pengolahan, dan kesimpulan dari data yang dikumpulkannya dan itu membuat Gracia cukup penat dan hampir saja membuatnya gila.
Namun dengan adanya Okta disebelahnya membuatnya tenang dan juga bersemangat mengerjakan skripsinya itu dan untung saja Okta dapat membantunya walaupun tidak banyak ditakutkan dia terlalu bergantung pada kekasihnya itu.
Sekarang Gracia sedang berada di kantor keluarganya karena sedang ada pertemuan dengan salah satu rekan bisnis orang tua Gracia yang ingin bertemu dan itu membuat Gracia kebingungan.
Setelah Gracia mendengarkan semua pembicaraan itu ternyata mereka masih membahas tentang perjodohan dirinya dengan Frans dan itu membuat Gracia murka karena dia tidak ingin dijodohkan dan dia ingin mencari lelaki yang tulus dan dapat diandalkan bukan karena partner bisnis atau apapun itu.
Gracia langsung meninggalkan gedung kantor keluarganya itu dan menunggu di halte bis karena dia menuju kesana bersama dengan mobil orangtuanya jadi tidak mungkin dia menaiki mobil itu tanpa orangtuanya.
Tiba-tiba sebuah mobil menghampiri halte itu dan orang yang mengemudikan mobil itu memanggil Gracia.
"Gre kamu ngapain disitu?" Ucap orang itu dalam mobil

Bukan jawaban yang dia terima, Gracia langsung masuk ke dalam mobil itu.
"Jalan"
"Kamu kenapa?"
"Udah jalan dulu"
Akhirnya mobil mereka melaju dan tanpa disadari oleh mereka ternyata mereka dikejar oleh bawahan orang tua Gracia.
"Astaga kenapa harus kejar-kejaran sih" kesal Gracia yang melihat mobil-mobil itu mengejarnya

"Kamu habis ngapain gre?" Tanya orang itu yang masih fokus pada jalan
"Udah kamu nyetir aja yang bener aku sambil ngawasin di belakang" pinta Gracia
"Iya deh"
Mereka melaju lebih cepat dan memasuki tol dan diikuti oleh beberapa mobil dibelakangnya.
"Haduhh ngga ada habisnya yah" kesal Gracia
"Gimana kalo kita ke rest area terus naik bis" usul orang itu
"Lah mobil kamu gimana?" Gracia yang kebingungan dengan usulan orang itu
"Nanti aku minta Vino yang ambil" jawab orang itu
"Emang dia mau?"
"Dia bisa diandalkan, kita ke rest area"
Orang itu langsung melipir menuju rest area, setelah itu mereka berdua langsung turun dari mobil dan mencari bis yang sekiranya masih ada tempat untuk mereka berdua.
Setelah ketemu mereka langsung menaiki bis itu dan bertepatan dengan itu para bawahan orang tua Gracia tiba di rest area mencari Gracia namun mereka berdua sudah meninggalkan rest area itu dengan bis yang tidak diketahui mereka.
"Alhamdulillah akhirnya lolos juga" orang itu mengelus dadanya dan merasa lega
"Iya ta" Gracia juga ikut merasa lega, ternyata orang itu adalah Okta
"Kamu kenapa sih sampe kek gitu? Bahaya banget" tanya Okta kenapa Gracia dikejar-kejar
Gracia menghembuskan nafas beratnya, "Biasa ta"
"Si Frans itu?" Tebak Okta
"Iya ta tadi keluarganya ketemuan lagi sama keluargaku jadi begitu" Gracia menjalankan kronologinya
"Gimana yah gre bisa yakinin keluarganya kamu" Okta yang kebingungan untuk meyakinkan keluarga Gracia
"Kamu tenang aja ta pasti ada jalan" Gracia menenangkan Okta
"Iya gre tapi aku bingung"
"Bingung kenapa?"
"Kayak ada aja gitu halangannya" Okta yang cukup frustrasi dengan yang dia hadapi sekarang
"Itu adalah tantangan di hubungan kita ta jadi kita harus sabar dan mau bertanggung jawab atas pilihan kita" Gracia menasehati dan menyemangati Okta
"Iya gre"
"Tadi kita kayak di film-film yah" Okta membayangkan mereka berdua seperti di film-film action
"Iya juga yah tapi ngga ada tembak-tembakan gitu hehehe" balas Gracia yang juga sependapat dengan Okta
"Ya kali gre, mau di kejar polisi juga gitu"
"Ngga dong kan ada pacar aku yang jago" puji Gracia
"Jago sih jago tapi kalo sama hukum harus patuh"
"Iya deh iya otut"
"Ya udah pasti kamu cape, tidur sini" Okta menepuk pundaknya agar Gracia dapat menyenderkan kepalanya pada pundaknya
"Gpp ta?" Gracia yang merasa tidak enak
"Ya Allah gre, pundak doang dipermasalahin kalo paha tuh baru bermasalah" balas Okta
"Haduh kamu yah ta, ya udah deh"
Gracia memposisikan kepalanya menyender pada pundak Okta dan Okta merangkul Gracia agar dia merasa nyaman dan dapat tidur dengan nyenyak selama perjalanan.
***