NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta

Terjebak Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Patahhati / Duda / Balas Dendam
Popularitas:533.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rina Listiyanti

Ketika kesalah pahaman membawanya dalam rumitnya ikatan pernikahan.

Elena Maursty, yang berniat menolong seorang wanita tak dikenalnya pada akhirnya berakhir sebagai seorang pembunuh dimata seorang laki-laki.

Edwart Emardo, seorang suami yang kehilangan istrinya bersikap gila dengan memaksakan sebuah pernikahan dengan Elena Maursty. Penikahan yang hanya bertujuan untuk membalas dendam atas kematian sang istri tercintanya.

Menutup mata juga hatinya, akankah Edwart menemukan jalannya.. ?? Jalan kebenaran akan siapa pembuhuh istrinya ??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Listiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TC 34

[ JANGAN LUPA MASUKAN CERITA INI KEDALAM FAVORIT KALIAN, AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATENYA ] 😇

---------------------------🌾-----------------------------

Elena berjalan menggandeng lengan Maya masuk kedalam kamar. Tubuhnya luruh kebawah saat keduanya sampai didalam kamar, Elena begitu merasa gila berani memprovokasi suaminya.

"El, " kaget Maya berjongkok dihadapan Elena.

"Aku baik-baik aja mah, cuma kakiku rasanya lemes banget," memijat kedua kakinya yang begitu lemas.

"Tapi mama suka gaya kamu nak, lawan Ed seperti itu. Jangan hanya diam," seru Maya memberikan semangatnya.

Bagi Maya, keberanian Elena inilah yang nantinya akan menaklukkan keangkuhan anaknya tersebut.

Edwart butuh sosok Elena yang mampu menopangnya, dia mungkin terlihat kuat namun sesungguhnya Edwart sangatlah rapuh.

"Dengerin mama, jangan terlihat lemah dihadapan Edwart nak."

"Makasih ya mah," haru Elena.

"Untuk apa?"

"Karena mama ada sama aku saat ini, bahkan mama mengabaikan anak mama."

"Yang salah haru tetap diingatkan nak, yang benar tetap harus ditegakkan. Kamu paham maksud mama kan?" tanya Maya menatap teduh Elena.

"El tau mah."

Dan diluar sana masih ada Edwart yang tengah kesakitan memegangi pusakanya. Ia bahkan berbaring diatas sofa untuk meredakan sedikit rasa sakitnya.

"Sialan! Dasar cewek brengsek," umpat Ed memaki El istrinya yang tengah tertawa didalam kamar bersama mamanya.

"Gue bakal balas masalah ini, jangan harap gue diam aja."

Tanpa sepengetahuan Ed, El telah menghubungi dua orang anak buahnya untuk mengantar Edwart pulang dengan selamat.

"Nona muda meminta kami mengantar tuan muda pulang dengan selamat, " seru seorang anak buah yang datang menghampiri Edwart.

"Brengsek!" teriaknya begitu lantang.

"Tolong jangan membuat keributan lagi tuan."

"Diam kalian."

El keluar dengan begitu angkuhnya, ia berjalan menghampiri Edwart yang tengah tengkurap diatas sofa.

Sambil menyandarkan tubuhnya ditembok Elena pun berkata, "Pulanglah, rawat pusakanya."

"Aku bakal balas penghinaan ini," tunjuknya pada Elena yang tengah tersenyum menatapnya.

"Ya ya ya, aku tunggu. Sekarang pulanglah," serunya sambil mengibaskan tangannya.

"Kalian berdua, tolong antarkan tuan muda sampai kedalam rumah ya."

"Baik nona," serunya bersamaan.

"Mari tuan," mencoba memapah tubuh Ed yang terlihat masih kesakitan.

"Jangan sentuh saya! Saya bisa sendiri," angkuh Ed menolak bantuan.

"Jangan terlalu angkuh tuan, takutnya anda hanya akan jatub," sinis El berucap dengan senyum manis menghiasi wajahnya.

Tak berapa lama setelah ucapan El, Edwart tanpa sengaja terjatuh setelah menabrak hiasan pot bungan yang terdapat disekitar rumah.

"Akh," pekiknya tertahan.

"Upst, baru juga aku menutup mulut," ledek Elena menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"Kamu!"

"Aku hanya diam saja," mengangkat kedua tangannya.

Edwart begitu geram dibuatnya, begitu sialnya dirinya hari ini. Datang untuk mengerjai Elena, namun malah dirinya yang jadi bahan leluconnya.

"Sudah, sudah kalian bawa dia pergilah. Sakit perutku terus tertawa," seru Elena sambil berjalan meninggalkan Edwart yang masih ada.

Dibantu kedua anak buah, Ed berjalan keluar dan masuk kedalam mobilnya. Dengan diantar kedua anak buah, Ed lebih leluasa beristirahat dikursi penumpang.

Maya menghubungi suaminya, ia menceritakan apa yang telah terjadi didalam rumah saat tak ada dirinya. Billy begiti geram dengan tinglah Ed anaknya, namun ia juga senang pada akhirnya El berani melawan suaminya.

Billy yang sedang berada diluar kota terpaksa meminta Maya untuk tetap berada dirumah selama ia tak ada. Takutnya nanti akan ada hal buruk yang datang menimpanya.

"Ma, " panggil El masuk kedalam kamar.

"Ya mak," sahutnya segera menutup ponselnya.

"Mama lagi ngapain disini?"

"Tadi habis telpon papa, udah pulang suamimu?"

"Udah dianterin anak buah papa mah, " mendudukan dirinya diatas ranjang empuknya.

"Tadi ribut-ribut apa didepan?"

"Oh itu, anak mama tadi nggak sengaja kesandung hiasan didepan terus jatuh deh," menahan tawanya saat mengingat kembali kejadian tadi.

"Terus terus?"

"Marah dia mah, malah bilang jatuh gara-gara aku lagi."

"Bener-bener minta di pites tuh anak," gemas Maya.

"Disunat lagi aja gimana ma," canda El yang membuat Maya terkejut.

"Wah wah, jangan dong nak. Kalau disunat lagi kamu susah hamil, kan masuknya nggak sampai kedalam," seru Maya ketakutan, membuat Elena terbatuk-batuk akibat ucapannya.

"Uhuk uhuk uhukk," Memukul-mukul dadanya sendiri.

"Hehe, maaf ya nak. Keceplosan," malu Maya sambil memijat tengkuk Elena.

"Mama ih, bikin malu aja deh."

Wajah El bersemu merah dengan tiba-tiba. Bayangan kejadian itu kembali teringat dalam pikirannya, namun kini tak lagi ada rasa takut.

El membayangkan bagaimana perkasanya Edwart saat menidurinya. Bagaiaman lihainya tangan tersebut mengobrak abrik kesadarannya.

"Elena, " panggil Maya memegangi tangan Elena.

"Ah iya mah, ada apa."

"Kamu kenapa? Kok gugup, wajah kamu merah lagi, " tanya Maya menyentuh kedua pipi El dengan kedua tangannya.

"Oh ini, kayaknya karena panas deh mah. Nih ac nya mati mungkin," serunya menyalahkan ac yang hanya berdiam diri ditembok kamarnya.

Elena bangkit dan berjalan meninggalkan ranjang menuju kamar mandinya. Maya tahu jika pasti El tengah teringat dengan suaminya, maka dari itu wajahnya memerah terasa panas.

"Dasar anak muda," seru Maya menggelengkan kepalanya.

...***...

Sesampainya didalam kamar, Ed segera berendam menggunakan air dingin untuk membantu menghilangkan rasa sakitnya.

"Cewek sialan itu, pasti akan ada balasnnya."

Butuh waktu satu jam bagi Ed untuk berendam mengurani rasa ngilunya. Dan setelahnya ia bangkit dengan jubah mandinya.

Masuk kedalam kamarny, ia menghancurkan segala barang didalamnya. Semua parfum pecah, banyak barang berserakan dilantai.

"Pembalasan akan lebih kejam."

"Mata dibalas mata, nyawa dibalas nyawa, dan rasa malu ini akan dibalas dengan berlipat-lipat rasa malu juga."

Edwart kini sudah dibutakan dengan kebenciannya. Hanya ada satu pembunuh Mimi yang sudah pasti, dan itu adalah Elena.

Ed mulai memikirkan cara untuk membalas istrinya, namun semakin ia berfikir semakin ia merasa marah.

"Kenapa semua fikiranku penuh dengan pembunuh itu!"

"Kenapa, akh!" membuang semua bantal serta guling yang ada diatas ranjang.

Jo yang menerima kabar bergegas datang menghampiri tuannya. Dan betapa terkejutnya Jo saat melihat isi kamar Edwart.

Pecahan kaca berserakan dimana-mana, semua barang jatuh berantakan. Bantal serta guling dibawah, sedangkan ranjang begitu berantakan.

"Tuan muda," sapa Jo.

Edwart hanya menatap sekilas Jo yang terkejut didepan pintu kamarnya. Rasanya tubuhnya lelah, dibaringkannya tubuh itu diatas ranjang yang begitu berantakan.

"Jo," panggilnya masih dengan memejamkan matanya.

Jo dengan susah payah berjalan masuk menghampiri tuannya. Setelah sampai, Jo segera menjawab sapaannya, "Saya tuan."

"Bantu saya carikan cara untuk membalas istriku."

"Maaf tuan, tapi saya tidak berani."

Ed bangkit dari tidurnya, menatap tajam Jo yang tertunduk dihadapannya.

"Berani menolakku," geram Edwart.

"Bukan begitu tuan, tapi-

Ed memotong ucapan Jo dan meneriakinya dengan lantang, "Jangan kamu pikir saya bodoh! Kamu lebih membela pembunuh itu sama dengan orang tua saya!"

Jo berjingkat ngeri saat mendengar teriakan tuannya yang negitu nyaring. Jo hanya bisa pasrah mengiyakan tuan mudanya, ia tak ingin tuannya nekat dan berbuat hal yang merugikan semuanya.

"Baik tuan, saya akan memikirkan sebuah ide untuk anda."

"Bagus, dari tadi aja kenapa."

Ed kembali duduk diranjangnya, ia teringat kembali dengan apa yang telah El lakukan. Marah tentu saja, dan ia akan membalasnya.

"Saya ada ide tuan."

...‐🕊‐...

Terima kasih sudah mampir membaca kisah keduanya.

Jangan lupa tekan like komen juga share nya ya 😄

Kalau mau bagi-bagi hadiah juga bisa kok ..

Happy reading guys..

1
Irfan Dani
pistol mainan kali ketinggalan di meja hehehee
Irfan Dani
kagak segitunya kali El... bikin drama baru aja...,😌😌
Irfan Dani
darma siapa
Irfan Dani
ngapain ngomong kek GT coba? dah dibilang pura2 kgk tau diem2 Bae... eeh nyari penyakit kan ya
Irfan Dani
harusnya dibikin kabur dulu lah elena... baru tuh nyesel sampk nyungsep di Edward nyaa... bikin menderita berbulan2 dulu GT looh,,,🤣🤣🤣
Irfan Dani
eee b*** akut
Irfan Dani
abis itu ngapain?? bobok malem? hehehehhe
Irfan Dani
kan kapan hari udah jemput di rumah baru... dikasih tau Jo kan?
Irfan Dani
teringat apa
Zikran Zikran
Luar biasa
Sumiatun San San Kin
Suka sekali 👍
Siti Aminah
baru nyimak thor...smga cerita ny bgs
Tuti Murtiani Ahmad Amanu
jadi males.baxanya
Qarine Amelia
Luar biasa
Mifta Jannah
bagus
Tia Vhagela
terlalu lembek,
Rezqi Fatimah [🐧²⁴]
kurang puas bikin penyesalan Ed yg segitu doang
Eni Merpati
pori pori km kelihatan semua wkwkwkwkwk
Ratna Nst
End😍😍😍😍😍
karim Ok
mmpir buna
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!