SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Zian
Dengan tergesa-gesa Naya berjalan setengah berlari menuju rumah Zian. Dia takut Zian sudah pulang lebih dulu. Namun, saat tiba di rumah, ternyata Zian pun belum pulang.
"Zianku belum pulang, ya..." gumam Naya ketika melihat seluruh lampu di rumah itu masih padam.
Gadis itupun segera masuk ke kamarnya dan mengganti pakaian. setelah itu beranjak ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk suami tercintanya.
Walaupun tubuhnya sangat lelah dengan semua pekerjaan itu, namun tidak sedikitpun Naya mengeluh. Dia sangat menikmati perannya sebagai seorang istri dari laki-laki yang dicintainya.
Setelah semua pekerjaan rumahnya selesai, Naya duduk di kursi menunggu Zian, namun selang beberapa saat menunggu, Zian tak juga menunjukkan batang hidungnya. Gadis itupun segera kembali ke kamarnya.
Dan, ketika menatap cermin, dia melihat wajahnya yang sangat pucat. Naya yang selalu ingin terlihat cantik di depan Zian segera memoles wajahnya dengan make up untuk menyamarkan wajah pucatnya.
"Sekarang aku tidak terlihat pucat lagi, kan?" kata Naya seraya tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
Gadis itupun meraih tas ransel miliknya, lalu membukanya. Tampak dalam tas itu penuh dengan uang. Naya siang tadi menjual mobil miliknya dan berencana memberikan uang itu pada Zian, agar bisa dia gunakan untuk membuka bengkel yang baru. Matanya pun berbinar menatap uang itu.
"Ada gunanya juga aku membeli mobil itu. Sekarang aku bisa membantu Zianku untuk pindah ke tempat lain. Zianku tidak perlu lagi merasa terancam oleh orang-orang tadi." gumam Naya dengan bahagianya.
Tidak lama setelah itu, terdengarlah suara motor milik Zian berhenti di depan rumah. Naya dengan penuh semangat berlari menuruni tangga dan membukakan pintu.
"Kau baru pulang?" Naya menyambut Zian di depan pintu dengan senyumannya.
"Aku sibuk!" jawab Zian singkat.
Zian pun segera masuk kedalam rumah tanpa menoleh pada Naya.
"Aku sudah siapkan air hangat untukmu mandi."
"Hmm..." Zian hanya menjawab dengan deheman, dan langsung masuk ke kamarnya.
Cuma hmm...? Ah,Sepertinya dia sedang pusing memikirkan nasib bengkelnya. batin Naya.
***
Naya membersihkan meja makan setelah Zian selesai makan malam. Lalu setelah itu, Dia membuatkan teh hangat untuknya.
Sejak pulang, Zian belum bicara sepatah katapun, membuat Naya kebingungan. Biasanya dia akan memarahi Naya jika melakukan kesalahan sedikit saja, akan membentak saat Naya tersenyum di hadapannya. Namun bahkan Naya telah sengaja melakukan kesalahan, tapi Zian tetap terdiam.
Zianku pasti sedih mengingat bengkelnya yang mungkin akan di gusur.
Naya pun beranjak menuju kamarnya dan mengambil tas ransel miliknya. Lalu segera menghampiri Zian yang masih duduk memainkan ponselnya di meja makan.
"Aku ingin bicara sesuatu," kata Naya.
"Apa?"
Dia sangat menakutkan. Kenapa aku merinding? Aku kan sudah biasa menerima sikapnya yang seperti ini.
Gadis itu menaruh tas ranselnya di atas meja, lalu menggesernya ke hadapan Zian.
Zian hanya melirik tas itu dengan ekor matanya, lalu kembali menatap layar ponsel.
"Apa itu?" tanyanya kemudian.
"Tadi siang aku menjual mobilku. Aku rasa itu cukup untukmu membuka bengkel yang baru di tempat lain. Bukankah mereka memintamu meninggalkan tempat itu?"
Bukannya senang, Zian malah menatap tajam pada Naya, membuat gadis itu ketakutan.
"Apa maksudmu memberikan itu padaku?" bentak Zian membuat Naya terlonjak.
"A-aku ma-mau membantumu," jawab Nata takut-takut.
Zian pun tertawa sinis, menatap Naya dengan penuh kebencian.
"Kau pikir aku membutuhkan uangmu? Simpan saja untukmu bersenang-senang dengan teman-temanmu!" bentaknya lagi.
Naya yang tidak menduga reaksi Zian akan seperti itu hanya mampu tertunduk, menahan air matanya.
"Maaf, aku pikir... Kau- bisa...."
"BISA APA?" tanya Zian dengan suara menggelegar, "Aku tahu, kau ingin menghinaku dengan memberiku uangmu kan? Karena kau pikir aku hanya seorang montir, jadi aku harus di kasihani, begitu?" ucap Zian penuh emosi.
"Bu-bukan begitu maksudku, aku hanya..."
"HANYA APA?" Zian berdiri dari duduknya, "Aku tahu, uang yang aku berikan padamu tidak cukup untukmu kan? Kau butuh uang yang lebih banyak, karena itulah kau memilih bekerja. Kau ingin menunjukkan apa padaku dengan memberiku uang itu?" Zian semakin tidak bisa mengendalikan emosinya yang meluap-luap.
Sekuat mungkin, Naya berusaha menahan air matanya yang seolah memaksa menetes.
"Maafkan aku,"
"Pergi kau dari sini! Keluar dari rumahku. Kalau kau tidak sanggup hidup dalam kesederhanaan bersamaku, kenapa kau memaksaku menikahimu?" teriak Zian, lalu hendak meninggalkan Naya.
Seketika pertahanan yang di bangun Naya runtuh mendengar ucapan Zian. Gadis itu pun segera berlutut di bawah kaki Zian. Memohon agar tidak di usir. Untuk pertama kalinya, Naya menangis di depan Zian.
"Maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya. Aku akan melakukan apapun yang kau katakan," ucap Naya seraya memegangi kaki Zian.
Zian mengibaskan kakinya sehingga Naya terhuyung kebelakang, lalu dengan cepat Naya kembali memeluk kaki Zian lagi.
"Aku mohon jangan usir aku. Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu. Aku akan berhenti bekerja, aku hanya akan hidup dari hasil kerjamu. Maafkan aku, tolong jangan usir aku." Naya pun mulai sesegukan, namun tangannya semakin erat melingkar di kaki Zian.
"LEPASKAN!" teriak Zian meminta Naya melepaskan tangannya, lalu melemparkan tas berisi uang itu ke hadapan Naya.
Naya menggeleng, enggan melepas tangannya, "Aku tidak bisa jauh darimu. Aku mohon, jangan usir aku. Aku akan melakukan apapun yang kau katakan. Aku tidak akan membantah sedikitpun. Aku tidak akan marah walaupun kau dekat dengan wanita lain, tapi izinkan aku berada di sisimu. Setidaknya sampai kesepakatan kita berakhir,"
"Aku akan benar-benar menendangmu keluar dari rumah ini kalau kau tidak melepaskan tanganmu." Mendengar nada ancaman itu, Naya segera melepaskan tangannya yang melingkar di kaki Zian.
Zianpun melangkahkan kakinya meninggalkan Naya, masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
Tinggallah Naya terduduk di lantai memandangi tas berisi uang yang di lempar Zian ke arahnya.
Hingga beberapa saat, Naya masih terduduk di lantai itu, suaranya yang sesegukan memenuhi setiap sudut ruangan itu.
Dengan tangan bergetar, Naya meraih tas itu, menaruhnya ke dalam pelukannya. Air matanya yang seolah tidak bisa kering, terus meluncur dengan bebasnya.
Bersabarlah Naya, Zianmu hanya salah paham. Dia hanya tidak menyadari kalau tujuanmu benar-benar tulus untuk membantunya. Suatu hari, dia akan sadar seberapa besar kau mencintainya.
Zian yang sedang berada di kamarnya menyunggingkan senyum.
Kita lihat, apa setelah hari ini kau masih bisa bertahan denganku. Aku tidak akan berhenti menyakitimu sampai kau benar-benar pergi dari hidupku untuk selama-lamanya. batin Zian.
***
Bersambung.