Fahmi yang sudah bertunangan dengan Sesil terpaksa harus menikahi Saras yang seorang janda. Bukan karena cinta melainkan karena rasa kasihan dan kepeduliannya terhadap janda miskin beranak satu.
Lantas bagaimana dengan Sesil setelah tahu tunangannya sudah menikah lebih dulu ?
Lalu bagaimana dengan Saras yang telah menjadi istri seorang dokter itu, akankah ia mendapatkan cinta yang tulus darinya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama Bagas
"Pak, anak siapa yang kamu bawa pulang ini ?" tanya Surti ketika sang suami pulang.
Suryo membopong tubuh Bagas yang terlelap lalu meletakkannya di atas kasur.
"Aku nemu di jalan." sahutnya lalu melepas peci. Ia terlihat letih setelah seharian bekerja sebagai pengangkut pasir.
"Nemu ? Kok Bisa, Pak !" Surti tampak tak percaya lalu mendekati suaminya untuk mengetahui detail ceritanya.
"Heh," Suryo menghela nafas panjang. "Kopiku mana Bu ?"
"Ah, iya, sampai lupa." Surti bergegas kembali ke dapur lalu segera kembali dengan secangkir kopi hitam.
Sambil menikmati kopi buatan sang istri, Suryo pun bercerita. "Bocah itu bernama Bagas. Ia aku temukan sedang berjalan sendirian di pinggir jalan raya. Aku merasa iba lalu aku tanyai dia. Dia sedang mencari ibunya yang katanya sakit dan di rawat di rumah sakit."
"Pasti keluarganya mencarinya."
"Itu sudah pasti."
"Lalu kenapa Bapak malah membawanya pulang, bukannya mengantar dia ke rumahnya."
"Dia kan tidur, mana bisa ditanyai. Nanti kalau sudah bangun, Ibu tanyai saja dia. Bapak mau mandi dulu." ujar Suryo sebelumya menyeruput kopinya lagi.
Suryo dan Surti adalah pasangan suami istri yang hidupnya berkecukupan. Sehari - harinya dia bekerja membuka warung di depan rumahnya.
Hari makin gelap, barulah Bagas terbangun karena merasakan perutnya yang lapar.
Surti sudah menyiapkan makan malam dan meminta Bagas untuk bergabung makan.
Suryo memberi kode agar Surti menanyai bocah itu.
"Setelah makan, kamu bisa bercerita pada kami siapa orang tuamu dan dimana kamu tinggal."
Bagas tampak lahap dan seolah tak mendengar wanita itu bicara.
Makanan Bagas sudah habis, Surti menyodorkan segelas air minum, ia pun meneguknya sampai tandas.
"Namamu siapa ?" tanya Surti seramah mungkin.
"Bagas. " Sahutnya singkat.
"Bagas, kamu tahu siapa orang tuamu ?"
"Iya, bundaku bernama Saras."
"Lalu orang tua laki - lakimu?"
"Joni. Ia sudah dipenjara sekarang. Tapi aku punya seorang ayah baru. Ia seorang dokter yang tampan dan baik hati." celoteh Bagas.
" Jadi, kamu punya dua orang ayah sekarang?"
Bagas mengangguk lalu
ganti ia yang bertanya. "Aku di mana sekarang?"
"Kamu di rumah kami, " Lalu Surti menunjuk dirinya dan suaminya sambil menyebutkan nama mereka.
"Terima kasih sudah menampungku. Tapi, aku harus segera pergi."
"Hah, kamu mau kemana? Ini sudah malam. Tunggulah sampai besok pagi !" Suryo tersentak kaget.
"Aku harus ke rumah sakit untuk menemui bunda. Aku yakin bunda saat ini sedang membutuhkanku." kelakarnya yang membuat semua orang menjadi iba.
"Tunggu sampai besok pagi ya," hibur Surti.
"Tapi, aku takut. Aku ingin bersama bunda sekarang."
Suryo dan Surti saling pandang. Mereka sudah lama tidak memiliki anak kecil jadi semenjak Bagas datang suasana rumah menjadi lain.
"Ini sudah malam. Banyak penjahat berkeliaran di luar sana. Berbahaya !" ancam Suryo yang membuat Bagas mengerut.
"Baiklah!" Bagas terlihat pasrah.
Tak lama kemudian suara langkah sepatu memasuki rumah yang membuat Bagas menoleh ke arahnya.
Ditatapnya wajah pria itu, penuh dengan tindik di kuping kirinya dan berambut pirang seperti sapi ijuk.
"Pak, minta duit !" Riko mengadahkan tangan.
Suryo mendesah panjang, "Duit lagi, makanya kerja cari uang yang bener, jangan keluyuran saja pekerjaanmu !" umpat Suryo sambil menarik uang dari dompetnya yang tipis.
"Hah, 20 ribu! Cuman dapat es teh nih!"
Riko mengadahkan tangan lagi. Suryo menampik tangan putranya. "Sudah, ini buat beli beras besok!"
Riko mendelik kecewa. Lalu sorotan mata pria berusia 29 tahun itu jatuh pada pria kecil yang sedang duduk bersama ibunya. Kedua mata mereka beradu. "Siapa dia, Buk?"
"Bagas. Bapakmu nemu di jalan."
"Heleh, anak orang diambil, nemu itu duit kek, emas kek !" umpat Riko dengan rasa kesalnya lalu bergegas pergi. Seharusnya ia sudah menikah di tahun ini, karena calon istrinya meninggal akibat kecelakaan jadi ia patah hati berkepanjangan.
Riko segera pergi dan menemui teman - temannya yang lain. Nongkrong di sebuah pos ronda yang sudah tidak difungsikan lagi kegunaannya.
Kawan - kawan Riko sedang membicarakan bahwa sekarang beredar kasus penculikan anak lalu diambil organ tubuhnya untuk dijual. Seperti mendapat asupan saja, Riko teringat dengan bocah kecil bernama Bagas tadi. Dan usia Bagas sangat cocok jika diambil jantungnya. Niatnya yang busuk itu tidak ada seorang pun yang tahu.
Riko pun ikut nimbrung dan menanyakan bagaimana bisa menemukan orang yang akan membeli organ itu.
"Lo tertarik kerja yang kayak beginian. Resikonya besar. Paling berat dimasukan penjara sama polisi." ujar temannya.
"Kalau itu menguntungkan kenapa tidak ?"
Kawannya memberikan kontak person seseorang yang menerima penjualan organ dalam. Riko segera bergabung dan langsung mendapatkan respon.
Sementara itu di rumah sakit.
"Bagas ...." Saras sesenggukan tidak kuasa membendung air matanya yang kini menganak sungai.
Fahmi sudah mengatakan tentang kepergian Bagas. Mau tidak mau Saras harus mendengar berita pahit itu.
"Maaf kan aku mbak Saras, aku berjanji besok akan mencari Bagas lagi. Dan melapor kejadian ini ke polisi agar mereka membantu mencarinya."
Saras tergugu dalam isak tangisnya, "A-aku juga ikut mencari."
"Pikirkan kesehatanmu, kamu baru saja keguguran. Doktor meminta agar kamu untuk istirahat total." larang Fahmi yang mengetahui jika hati Saras sangat terpukul.
"Bagas, dimana kamu, Nak ! Bunda sangat merindukanmu ."
Fahmi mengusap bahu Saras agar tenang kembali. "Tenang ya, Allah bersama kita dan bersama anak yang baik." Dan tiba - tiba Saras merasakan sesuatu merembes di bawah sana. Ia mengalami pendarahan lagi.
Fahmi tampak panik dan segera memanggil dokter.
Sambil menunggu Saras ditangani dokter, ia pun bergegas pergi untuk membeli pakaian dan semua yang berkaitan dengan orang yang baru saja melahirkan. Ia bertanya dulu pada Ambar yang sudah berpengalaman akan hal ini.
Waktu di tanya oleh pelayan toko tentang ukuran CD, Fahmi tidak bisa menjawab pasti dan hanya memberi gambaran saja bagaimana bentuk Saras. Pelayan pun hanya bisa mengira saja ukuran CD Saras.
Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia segera kembali ke ruangan Saras.
Dokter sudah memberikan obat dan kini Saras telah tertidur. Mungkin ia terlalu lelah megeluarkan air matanya. Setidaknya, Fahmi bisa bernafas lega untuk sementara. Dan ia duduk di kursi samping ranjang pasien.
Ia terkantuk menunggui Saras hingga di detik berikutnya ia tertidur.
Dilain sisi.
Joni melihat pintu kamar Rika terbuka sedikit. Hatinya tertarik untuk berjalan ke arah sana.
Rika memiliki tubuh yang montok dan menggoda. Pantas jika Joko kepincut saat mereka pertama kali bertemu. ( Joko suami Rika )
Joni mulai menggapai pintu dan entah apa yang ia rasakan sekarang seakan ada dorongan kuat yang memintanya agar masuk ke dalam kamar Rika.
Lagian di rumah ada CCTV tinggal lihat aja
DinDut Itu Pacarku Mampir
Susah suami utk bs adil sama kedua istrinya
DinDut Itu Pacarku Mampir
Toker mah Pak dokter
Dua istri nya Hami5
DinDut Itu Pacarku mampir
DinDut Itu Pacarku Mampir
DinDut Itu pacarku Mampir
DinDut Itu pacarku mampir
DinDut Itu Pacarku Mampir
DinDut Itu Pacarku mampir