Pengantin Tuan EL (Sang Pewaris)

Dan apa yang diinginkan Zoya benar-benar terjadi. Malam ini mereka semua melakukan makan malam di sebuah restoran mewah. Keinginan Zoya benar-benar tidak bisa di bantah lagi. Dia ingin segera menikahkan anaknya dengan Najwa nanti setelah pernikahan Elvan dan Aida diadakan.

"Katakan pada mama, bagaimana kamu bisa yakin memilih Rafa sebagai suamimu. " tanya Zoya saat mereka semua sedang berada di ruang VIP restoran tersebut.

Najwa menunduk, ingin mengatakan sesuatu tapi dia malu. Haruskan dia jujur? tentang apa saja yang dialaminya selama beberapa hari ini.

"Katakan saja, sayang kau tidak perlu malu. " ujar Zoya sambil mengusap hijab yang menutup kepala Najwa.

"Sebenarnya tidak terjadi apa-apa tante... " ucapan Najwa terpotong.

"No tante. Panggil mama mulai sekarang karena kau akan menjadi anak mama juga. " kata Zoya yang tidak ingin dibantah.

Najwa pun mengangguk dan mulai meneruskan ceritanya.

"Tidak terjadi apa-apa, tan. Eh, ma." ralat Najwa dia masih belum terbiasa akan hal ini.

"Aku hanya melakukan apa yang di minta ayah kepadaku untuk berikhtiar kepada Allah, dan meminta petunjuk darinya. Tiga hari berturut-turut aku melakukannya, dan akhirnya aku mendapat petunjuk. " cerita Najwa.

Semua orang yang menyimak pun semakin penasaran dengan cerita Najwa. Mereka tidak sabar ingin mendengarkan kelanjutannya.

"Lalu, apa yang kau dapatkan sebagai petunjuk. " tanya Zoya yang sangat penasaran.

Najwa menunduk dalam haruskah dia mengatakannya. Zoya yang mengerti pun mendekatkan wajahnya di telinganya Najwa.

"Jika kau malu mengatakannya kepada semua orang. Bisikkan saja di telinga mama. " bisik Zoya.

Mendengar hal itu Najwa langsung menatap calon mama mertuanya dan mengangguk. Dia lalu membisikkan sesuatu ke telinga Zoya.

"Aku hanya bermimpi kak Rafa datang dan mengajakku pergi. ' ucapnya lalu menundukkan kepalanya lagi.

"Benarkah, memang ada ya, yang seperti ini. Saat kita meminta sesuatu kepada Allah, dan Allah langsung mengabulkannya dengan cara tak terduga seperti itu. " ucapnya polos, seolah dia. Melupakan semua petuah mommynya dulu.

Semua orang menatap dengan menyelidik memangnya apa yang sudah dikatakan Najwa kepadanya, sehingga membuat Zoya heboh seperti itu.

"Lalu apa ada alasan lain selain itu? " tanya Zoya lagi tanpa menjawab rasa ingin tau semua orang.

Najwa mengangguk. " aku juga berfikir jika seandainya aku menikah dengan kak Rafa, maka aku tidak perlu beradaptasi lagi dengan keluarga nya. Karena aku sudah mengenal semua keluarganya karena keluarganya adalah keluargaku juga. " Najwa menjeda kalimatnya

"Namun jika aku menikah dengan pria lain, maka aku masih harus beradaptasi dengan keluarganya dan Aku juga takut andai memiliki mertua yang kejam. " kata Najwa dengan polosnya.

Mendengar itu, semua orang tertawa. Ternyata Najwa bisa berfikir jauh sampai sana. Tapi semua yang dikatakan Najwa benar. Bahkan ayahnya Alan pun mengangguk setuju dengan ucapan Najwa.

"Kau pintar sayang , bahkan kau sampai memikirkan semua ini . Kami sendiri tidak pernah berpikir sampai sejauh itu ." Kata Zoya .

Semua orang setuju dengan ucapan Zoya dan Najwa. Mereka semua berhenti berbincang saat pelayan menghidangkan makanan di meja. Banyak hidangan mewah yang menggugah selera tersaji disana. Sayang sekali kakek dan nenek mereka tidak ikut.

"Mari silahkan di nikmati. Ini semua demi hubungan Rafa dan Najwa yang akan berlanjut. " ujar Zoya.

"Kak, tidakkah mereka berdua tukar cincin terlebih dulu. " saran Faza.

Zoya menepuk keningnya. Kenapa dia bisa lupa.

"Kak Gita, Kau harus mendampingi Najwa, dan aku akan mendampingi anakku. " ucap Zoya.

Zoya lalu menggandeng lengan Rafa diikuti Ezra. Begitu juga Gita yang mendampingi Najwa diikuti Alan. Kini Rafa dan Najwa saling berhadapan. Lalu Zoya membuka kotak cincin untuk di sematkan di jari mereka berdua.

"Kak Alan dan Kak Gita, dengan ini aku melamar anakmu Najwa untuk menjadi istri anakku Rafa. Cincin pertunangan ini kami berikan untuk mengikat Najwa. Sebagai tanda kalau Najwa sudah menjadi mikik Rafa. Tinggal meresmikan saja. " Kali ini Ezra yang bicara sebagai sebagai seorang ayah.

"Baiklah, kami menerima pertunangan ini. Atas persetujuan dari Najwa juga. " ucap Alan sebagai balasan.

Akhirnya mereka berdua dengan rasa ragu, malu dan canggung mulai menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Rafa memasangkan cincin di jari Najwa begitu pula sebaliknya.

Mereka kembali duduk, kali ini mereka memberi kesempatan Rafa duduk disamping Najwa. Biarlah mereka saling mengenal terlebih dulu. Dan menghilangkan kecanggungan.

"Dengan begini kalian sudah seperti Ta'aruf an, nak. Karena kalian duduk berdua tapi ada banyak keluarga yang mendampingi kalian. " celetukan itu keluar dari mulut sang mama, yang membuat Rafa dan Najwa malu.

Malam itu keluarga Khan dan keluarga Alan berbahagia. Bahkan mereka juga melakukan panggilan dengan Rayyan dan Zahra. Mengabarkan kepada mereka berdua kalau Rafa si manusia es sudah souldout. Jadi kemungkinan nanti mereka saat pulang akan memboyong dua menantu sekaligus.

"Baiklah kak, nanti aku dan Rayyan akan segera kesana mungkin besok. Hari ini kami sudah packing. Eh, tunggu kenapa kalian tidak menunggu kami untuk menyaksikan pertunangan mereka berdua. " kata Zahra pura-pura merajuk.

"Maaf Zahra, kami lupa saking senangnya mendengar Najwa menerima Rafa. " ujar Zoya yang melupakan saudaranya itu.

"Ya, sudah kalau begitu, besok kami akan segera kesana. Nathan dan Nala terus merengek karena mereka kesepian disini tidak ada temannya. Mereka juga protes karena tidak ikut menyaksilan lamaran kak Elvannya. Apalagi kalau mendengar pertunangan kak Rafanya. Pasti mereka akan heboh. " kata Zahra sambil terkekeh. Begitu juga Rayyan yang ada disampingnya.

'Ya sudah, cepatlah berkemas, dan segeralah kemari. Masalah pekerjaan papa Kemal akan bantu mengawasi kan, dan Leo yang menjalankan nya. " Murad menimpali.

Mereka setuju. Sebelumnya mereka juga minta kepada Kemal yang sudah sepuh untuk mengawasi perusahaan saja selama kedua pewaris itu sedang melakukan perjalanan. Agar pekerja mereka tidak teledor. Dan mengakibatkan kerugian perusahaan.

Panggilan di akhiri dan mereka akhirnya kembali berbincang sebelum pulang.

Di saat seperti ini Alan mulai berfikit, mungkinkah anaknya Najwa akan segera dinikahkan juga. Mengingat pekerjaan mereka yang sangat banyak dan terburu waktu untuk berada di sini. Pantas saja bibinya Nisa jarang pulang ke rumah setelah menikah. Kini dia tahu tenyata keluarga mereka ini benar-benar bukan keluarga biasa. Dia tahu dari cincin yang diberikan sebagai cincin tunangan itu saja, harganya tidak main-main.

Di tengah kebahagiaan semua orang, Alan memandang anaknya Najwa dengan sendu. Melihatnya tersenyum malu-malu saat diajak bicara Rafa atau keluarga lainnya yang sedang menggodanya.

"Apakah aku harus bahagia karena Najwa mendapat keluarga yang baik untuk meneruskan tanggung jawabku kepada putriku ataukah aku harus bersedih, karena akan berpisah dengan anak gadisku satu-satunya. "